Unduh
0 / 0
563118/01/2008

Perawatan dan perhatian Nabi shallallahu alaihi wa sallam Terhadap Puteri-Puterinya Saat Hidup dan Sesudah Kematian Mereka

Pertanyaan: 110501

Bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperlakukan puteri-puterinya pada masa sebelum baligh saat berusia 17 tahun?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama: 

Sulit sekali
mengetahui cara bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam berinteraksi
terhadap puteri-puterinya pada masa usia mereka seperti itu. Hal tersebut
karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam menikahi Khadijah radhiallahu anha
saat dia berusia 25 tahun dan menerima wahyu saat berumur 40 tahun. Kemudian
Khodijah meninggal dunia sekitar 10 tahun setelah kenabian. 

Adapun
puteri-puteri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Khadijah adalah;
Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah radhiallahu anhunna. Maknanya
adalah bahwa mereka rata-rata berusia seperti itu (17 tahun) saat berada di
Mekah. Fatimah radhiallahu anha adalah anak paling kecil, berdasarkan
pendapat yang dipilih oleh Ibnu Abdulbar rahimahullah dalam kitab Alistiab
(4/178). Dia dilahirkan tak lama sebelum kenabian, saat itu kaum muslimin di
Mekah sedang tertekan dan disiksa, tidak mungkin ketika itu menyampaikan
perkara-perkara detail tentang kehidupan Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
apalagi ketika itu beliau hanya menikah dengan Khadijah radhiallahu anha
saja, sedangkan Khadijah wafat beberapa tahun sebelum hijrah. 

Akan tetapi
masih memungkinkan bagi kita untuk membicarakan bagaimana perlakuan Nabi
shallallahu alaihi wa sallam terhadap puteri-puterinya secara umum pada masa
kehidupan mereka. 

Kedua: 

Perkara yang
tidak diragukan lagi, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam merupakan
panutan bagi kaum muslimin. Kehidupannya merupakan contoh agung bagaimana
pemimpin memperlakukan rakyatnya, suami memperlakukan isterinya, bapak
memperlakukan anak cucunya, dai terhadap orang-orang yang didakwahinya,
ulama terhadap para santrinya, panglima terhadap prajuritnya, dan hal ini
dalam semua aspek agama dan dunia.

Allah Taala
berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيراً

(سورة الأحزاب: 21)

“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah. SQ: Al-Ahzab: 21 

Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Ayat ini merupakan pokok utama dalam meneladani
Rasulullah shallallahu alaih wa sallam, dalam ucapannya, perbuatannya,
tindak tanduknya. Karena itu manusia diperintahkan untuk meneladani Nabi
shallallahu alaihi wa sallam pada perang Ahzab dalam kesabarannya,
keteguhannya, perjuangannya, dan penantiannya terhadap pertolongan Allah
Azza wa Jalla, semoga shalawat dan salam selalu terlimpah kepadanya hingga
hari kiamat. (Tafsir Alquranul Azim, 6, 391)

Adapun
terkait perlakuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam terhadap
puteri-puterinya, sungguh dia memiliki kasih sayang yang sangat dan penuh
bijak. Beliau memiliki empat orang puteri, seluruhnya dari Khadijah
radhiallahu anha. Mereka adalah; Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Semuanya mendapati masa dakwah Islam dan mereka masuk Islam. Semuanya wafat
sebelum beliau kecuali Fatimah. Dia wafat enam bulan setelah beliau wafat. 

Sikap kasih
sayang dan bijaknya tampak dalam perlakuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam
dalam berbagai contoh berikut; 

1.Beliau mendakwahi mereka untuk
masuk Islam, sebagai sikap sayangnya terhadap mereka.

Dari Abu
Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, “Saat Alalh Azza wa Jalla menurunkan
wahyunya,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الأَقْرَبِينَ

“Dan
berikanlah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.” 

Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bangkit dan berkata,

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً
نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ
اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ
مالِي لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا (رواه البخاري، رقم  2602
 ومسلم، رقم 206 ) .

“Wahai kaumm
Quraisy, atau ucapan semacamnya, selamatkan diri kalian, aku tidak dapat
menolong kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Abdi Manaf, aku tidak
dapat menolong kalian di hadapan kalian, wahai Abas bin Abdulmuthalib, aku
tidak dapat menolong kalian sedikitpun di hadapan Allah, wahai Shafiah, bibi
Rasulullah, aku tidak dapat menolongmu sedikitpun di hadapan Allah, wahai
Fatimah binti Muhamad, mintalah dariku harta semaumu, aku tidak dapat
menolongmu sedikitpun di hadapan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2602 dan Muslim,
no. 206) 

Ibnu Ishaq
berkata, “Adapun puteri-puterinya, semuanya menjumpai masa Islam, lalu
mereka masuk Islam dan  hijrah bersamanya shallallahu alaihi wa sallam.”
(Ar-Raudhul Anf, As-Suhaili, 2/157)

2.Perhatian beliau shallallahu
alaihi wa sallam terhadap mereka saat mereka sakit dan saat yang paling
sulit.

Saat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam hendak keluar perang Badar, beliau
memerintahkan Utsman bin Afan radhiallahu anhu agar menemani isterinya
Ruqayah binti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena dia sedang
sakit. 

Dari Ibnu
Umar radhiallahu anhuma, dia berkata, “Adapun dia, maksudnya Utsman bin
Afan, tidak ikut dalam perang Badar, karena dia sebagai suami Ruqayah binti
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan ketika itu Ruqayah sedang sakit,
maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya, 

إِنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ
بَدْرًا وَسَهْمَهُ (رواه
البخاري، رقم 3495 )

“Sesungguhnya
engkau mendapat pahala seperti pahala orang yang ikut perang Badar beserta
anak panahnya.” (HR. Bukhari, no. 3495)

3.Hangat dalam menyambut

4.Percaya kepada mereka dalam
menyerahkan rahasia beliau shallallahu alaihi wa sallam.

5.Mendatangkan kegembiraan di
hati mereka

Semua itu
terkumpul dalam sebuah hadits shahih; 

Dari Aisyah,
ummul mukminin, radhiallahu anha dia berkata, “Dahulu kami para isteri Nabi
shallallahu alaihi wa sallam berada di sisinnya semua, tidak ada seorang pun
di antara kami yang tidak ada, lalu datanglah Fatimah alaihassalam berjalan
kaki. Demi Allah, gaya berjalannya serupa dengan gaya berjalan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Ketika melihatnya, beliau menyambutnya seraya
berkata, 

مَرْحَبًا بِابْنَتِي

“Selamat
datang puteriku.”  

Kemudian dia
dipersilahkan duduk di sebelah kanannya atau sebelah kirinya. Kemudian
beliau membisikinya, maka dia menangis, ketika melihatnya bersedih, beliau
kembali membisikinya (lagi), ternyata dia tertawa. Maka aku berkata sebagai
salah seorang isteri beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam tadi membisikkanmu secara khusus di depan kami, kemudian engkau
menangis, maka ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bangun, aku
menanyainya tentang apa yang dibisikkan kepadamu?” Dia (Fatimah) berkata,
‘Aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika beliau wafat, aku bertanya lagi kepadanya. Ketika beliau (Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam) wafat, aku (Aisyah) berkata kepadanya
(Fatimah), “Aku masih menuntutmu perkara hak yang belum engkau sampaikan
kepadaku (soal bisikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). Maka
Fatimah berkata, “Kalau sekarang bolehlah,’ Lalu dia mengabarkanku dengan
berkata, “Adapun kala beliau membisikkan aku pada kali pertama, dia
mengabarkan bahwa Jibril biasnaya memeriksa bacaan Alqurannya sekali setiap
tahun, namun pada tahun ini dia memeriksanya dua kali dalam setahun, aku
menilai itu sebagai pertanda dekatnya ajalku, bertakwalah engkau kepada
Allah dan bersabarlah, sesungguhnya akan sebaik-baik pendahulu bagimu.” Dia
berkata, ‘Maka aku menangis seperti yang engkau lihat. Ketika beliau melihat
kesedihanku, beliau membisikkan aku kali kedua, beliau berkata, ‘Wahai
Fatimah, tidak kah engkau sudi menjadi pemimpin para wanita beriman atau
pemimpin wanita umat ini?” (HR. Bukhari, no. 5928, Muslim, no. 2450) 

7.Di antara petunjuk besar
perhatian beliau dalam mendidik puteri-puterinya adalah beliau segera
menikahkan mereka kepada orang yang beliau pandang berakal atau memiliki
agama yang kuat. Maka beliau menikahkan Zainab radhiallahu anha dengan Abul
Ash bin Rabi Al-Qurasy radhiallahu anhu. Dia adalah putera dari bibinya
Fatimah, yaitu Halah binti Khuwailid.

Kemudian
beliau menikahkan Ruqayah  dengan Utsman bin Afan radhiallahu anhu. Lalu
setelah Ruqayah radhiallahu anha wafat, beliau nikahkan Ummu Kultsum dengan
Utsman.

Adapun
Fatimah radhiallahu anha beliau nikahkan dengan Ali bin Abi Thalib
radhiallahu anhu.

8.Beliau memerintahkan
puteri-puterinya untuk berhijab dan mengenakan pakaian yang menutup aurat.

Hal tersebut
sebagai respon atas seruan Allah Ta’ala, 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ
مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ
اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً (سورة
الأحزاب: 59)

”Hai Nabi,
Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. SQ: Al-Ahzab: 59. 

9.Menyelesaikan problem mereka
dengan suami-suami mereka dan turut campur demi kebaikan.

Dari Sahl bin
Saad dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatangi rumah
Fatimah, dia tidak mendapati Ali di dalam rumah. Maka dia berkata, ‘Mana
anak pamanmu (Ali)?” Fatimah berkata, ‘Tadi sempat terjadi sesuatu antara
aku dan dia sehingga membuatku marah, lalu dia keluar dan tidak qailulah
(tidur siang) di rumah.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
berkata kepada seseorang, “Carilah dimana dia.” Lalu orang itu (setelah
mencari) datang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, dia tidur di masjid.”
Maka datanglah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat dia (Ali bin Abi
Thalib) sedang berbaring, sedangkan selendangnya sudah jatuh ke samping dan
tubuhnya sudah kotor oleh debu. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mengusapnya seraya berkata, “Bangunlah wahai Abu Turab (bapak debu),
bangunglah wahai Abu Turab.” (HR. Bukhari, no. 430 dan Muslim, no. 2409) 

10. Halusnya
perasaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam terhadap puterinya yang jauh
darinya dan syafaatnya untuk membebaskan suami puterinya yang ditawan kaum
muslimin dengan syarat dia harus mengirim puterinya ke Madinah. 

Semua itu
menunjukkan kasih sayangnya kepada puteri-puterinya serta besarnya perhatian
beliau dengan mereka. Itu semua ditambah dengan keinginannya agar mereka
selamat dari lingkungan kekufuran karena khawatir terkena fitnah. Dia
mencintai puteri-puterinya apa yang mereka cintai untuk diri mereka sendiri
berupa kebaikan, khususnya jika terkait dengan dengan suami dan anak.

Kesimpulan
dari semua di atas terangkum dalam satu hadit shahih, 

Dari Aisyah
dia berkata, “Ketika penduduk Mekah mengirim tebusan untuk para tawanan
mereka, Zainab mengirim pula harta sebagai tebusan untuk Abul Ash
(suaminya). Dia mengirim kalung miliknya yang didapat dari Khadijjah saat
dia menikah dengan Abul Ash. Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
melihatnya, hatinya sangat sedih (memikirkan Zainab seorang diri dan dia
ingat masa Khadijah hidup yang mendampinginya). Maka dia berkata (kepada
para sahabat), “Bagaimana jika kalian lepaskan tawanannya dan kembalikan
tebusan pemberiannya yang menjadi miliknya?” Mereka berkata, “Baik.”. Maka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil janjinya untuk membiarkan
Zainab (puterinya) kembali kepadanya. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam mengutus Zaid bin Haritsah dan seseorang dari kalangan Anshar, seraya
berkata, “Kalian berdua tunggu di lembah Ya’jaj (di tepi kota Mekah) sampai
datang kepadamu Zainab, lalu kalian iringi dia hingga engkau datang ke
sini.” (HR. Abu Daud, no. 2629, dinyatakan hasan oleh Al-Al-Albany dalam
Shahih Abu Daud) 

Syekh Muhamad Syamsulhaq Alazim Abadi rahimahullah berkata,

(رقَّ لها)

“Hatinya
luruh kepadanya.” Maksudnya terhadap Zainab, karena kesendiriannya, lalu dia
ingat dengan masa Khadijah masih hidup mendampinginya. Karena kalung itu
awalnya adalah miliknya dan ada di lehernya. (Aunul Ma’bud, 7/24) 

11.
Berpartisipasi dalam aqiqah cucu dari puteri-puterinya. 

Dari Ibnu
Abbas radhiallahu anhuma, 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا (رواه
أبو داود، رقم  2841 ، وفي رواية النسائي (كبشين كبشين) وقال الشيخ الألباني
عنها : إنها الأصح )

“Sesungguhnya
rasulullah shallallahu alaihi wa slam melakukan aqiqah untuk Hasan dan
Husain, seekor-seekor kibas (biri-biri).” (HR. Abu Daud, 2841, dalam riwayat
Nasai ”dua kambing-dua kambing”. Syekh Al-Albany berkata, riwayat ini yang
lebih shahih). 

12.
Memperhatikan kondisi puteri-puterinya bersama suaminya dan memberi nasehat
agar tidak tunduk pada harta dunia. 

Dari Ali
radhiallahu anhu, sesungguhnya Fatimah radhiallahu anha, mengeluhkan apa
yang dia alami akibat alat penumbuk gandum. Maka, ketika Nabi shallallahu
alaihi wa sallam menerima budak dari hasil rampasan perang, berangkatlah
Fatimah (untuk menemuinya dan minta pembantu), tapi tidak berjumpa dengan
beliau. Namun dia menemui Aisyah, lalu dia sampaikan maksudnya kepadanya.
Maka ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang, Aisyah memberitahunya
kedatangan Fatimah. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mendatangi kami saat kami berbaring. Aku sudah ingin bangun, namun beliau
berkata, “Tetaplah di tempatmu.” Lalu beliau duduk di antara kami sehingga
aku merasakan dingin kakinya sampai terasa di dadaku. Lalu dia berkata,

أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا
سَأَلْتُمَانِي ، إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا أَرْبَعًا
وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَا ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ)رواه
البخاري، رقم
3502 ومسلم، رقم 2727)

“Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang lebih baik dari apa
yang kalian minta. Jika kalian hendak tidur, hendaknya kalian bertakbir 34
kali, bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali. Itu lebih baik bagi kalian
daripada pembantu.” (HR. Bukhari, no. 302 dan Muslim, no. 2727)

13. Perhatian Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan kasih
sayangnya terhadap puteri-puterinya terus berlanjut hingga setelah mereka
wafat, hal tersebut terwujud sebagai berikuat; 

a. Perhatian untuk memandikannya dan meletakkan sesuatu
berupa baju pada salah seorang dari mereka. 

Dari Ummu Athiyah Al-Anshariyah radhiallahu anha, dia berkta,
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatangi kami ketika puterinya
wafat. Dia berkata,

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا ، أَوْ خَمْسًا ،
أَوْ أَكْثَرَ مَنْ ذَلِكَ ، إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ ،
وَاجْعَلْنَ فِي الآخِرَةِ كَافُورًا ، أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ ، فَإِذَا
فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي، فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ فَأَعْطَانَا حِقْوَهُ
– أي : إزاره – فَقَالَ : أَشْعِرْنَهَا إِيَّاهُ 
(رواه البخاري، رواه 1195
ومسلم، رقم  939) .

“Mandikan dia
dengan air sidr sebanyak tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika
kalian pandang perlu, gunakan kaafuur di (basuhan) terakhir, atau sesuatu
yang semisalnya kaafuur. Jika kalian telah selesai memandikan, beritahu
aku.’ Setelah kami selesai memandikan, kami memberitahunya lalu beliau
memberikan sehelai kain dan berkata, ‘Pakaikan dia dengan ini.” (HR.
Bukhari, no. 1195 dan Muslim, no. 939)

(أشعرنها)

 Maknanya
adalah mengenakan pakaian dengan pakaian yang langsung menyentuh kulit.
Dikatakan شعارا
karena menyentuh rambut yang ada pada kulit.

Sedangkan
yang dimaksud dengan puterinya adalah Zainab. Dalam riwayat namanya
disebutkan dengan jelas. 

b. Ikut
megurusi jenazah puteri-puterinya dan menguburkannya. 

Jika kita
ingin mengkaji dari sikap-sikap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
sebelumnya, niscaya hal ini membutuhkan pembahasan panjang. Penanya dapat
merujuk buku-buku sejarah, penjelasan-penjelasan hadits dan mengambil
sendiri pelajaran dan sikap-sikap tersebut serta urgensinya bagi seorang
muslim untuk meneladani petunjuknya.

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android