Unduh
0 / 0

Beberapa Riwayat Palsu Yang Menyatakan Bahwa Bumi Terletak Di Atas Punggung Sapi Jantan

Pertanyaan: 114861

Saya pernah membaca sebuah riwayat yang menyatakan bahwa bumi terletak di atas punggung sapi jantan, dan ketika sapi tersebut menggerakkan kepalanya maka terjadilah gempa, saya kira saya pernah membacanya dalam tafsir Ibnu Katsir: 2/29, dan 1/50, bisakah anda menjelaskan tentang hal ini ?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Apa yang disebutkan penanya
tersebut tidak ada dalil yang menyatakan hal tersebut baik dari al Qur’an al
Karim maupun sunnah Nabi yang shahih, namun riwayat tersebut hanya sampai
pada atsar sebagian para sahabat dan tabi’in.

Telah diriwayatkan dari Ibnu
Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- bahwa beliau berkata:

أوّل ما خلق الله من شيء القلم ، فجرى بما هو كائن ، ثم رفع
بخار الماء ، فخلقت منه السماوات ، ثم خلق ” النون
” –

يعني الحوت – فبسطت الأرض على ظهر النون ، فتحرّكت الأرض فمادت
، فأثبت بالجبال ، فإن الجبال لتفخر على الأرض ، قال : وقرأ : (ن وَالْقَلَمِ
وَمَا يَسْطُرُونَ

(

“Sesuatu yang pertama kali
diciptakan oleh Allah adalah pena, maka ia menulis semua kejadian, kemudian
uap air diangkat ke atas, maka darinyalah langit-langit diciptakan, kemudian
Dia (Allah) menciptakan Nuun, yaitu; ikan paus, maka dihamparkannya bumi di
atas punggung ikan paus tersebut, maka bumi pun bergerak dan berguncang,
lalu ditopang oleh gunung-gunung, maka gununglah yang lebih utama dari pada
bumi, lalu beliau berkata dan membaca: “Nuun, demi pena dan apa yang mereka
tulis”.

(Diriwayatkan oleh Abdur
Razzaq dalam Tafsirnya: 2/307, dan Ibnu Abi Syaibah: 14/101, dan Ibnu Abi
Hatim-sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Katsir: 8/210, dan Thabari dalam
Jami’ Al Bayan: 23/140, dan Hakim dalam Al Mustadrak: 2/540, dan masih
banyak yang lainnya, semua riwayat dari jalur Al A’masy, dari Abi Dzabyan
Hushain bin Jundub, dari Ibnu Abbas, yang ini sanadnya shahih. Al Hakim
berkata: ini adalah hadits yang shahih sesuai dengan syarat kedua Syeikhan
(Bukhori dan Muslim) namun keduanya tidak meriwayatkannya. Adz Dzahabi
berkata dalam at Talkhish: Sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Mujahid, Muqatil, Sudi dan al Kalbi.
Silahkan anda baca: (Ad Durrul Mantsur: 8/240, dan Tafsir Ibnu Katsir: 8/185
dalam permulaan tafsir surat al Qalam).

Atsar ini –sebagaimana anda
ketahui- adalah mauquf (terhenti) sampai pada Ibnu Abbas, bukan dari sabda
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, secara umum Ibnu Abbas –radhiyallahu
‘anhuma- mengambil dari Ka’b al Ahbar atau dari buku-buku Bani Isra’il yang
mencakup banyak keajaiban, keanehan dan kedustaan. Yang menunjukkan akan hal
itu adalah beberapa rincian yang disebutkan oleh sebagian kitab Tafsir dalam
masalah ini.

Imam al Baghawi
–rahimahullah- berkata:

“Para perawi berkata: Ketika
Allah menciptakan bumi dan dipisahkannya dari langit, maka Dia mengutus dari
bawah ‘Arsy seorang malaikat. Turunlah malaikat tersebut ke bumi sampai
masuk ke dalam bumi yang ke tujuh, dan meletakkannya di atas pundaknya,
salah satu tangannya di ufuk timur, dan tangan yang lain di ufuk barat,
kedua telapaknya terbentang di atas ketujuh bumi sampai ia menyesuaikannya,
namun kedua kakinya tidak ada pijakan yang kokoh. Maka Allah –azza wa jalla-
menurunkan dari surga Firdaus sapi jantan yang memiliki 40.000 tanduk, dan
40.000 kaki, dan menjadikan tempat pijakan kedua kaki malaikat tersebut di
atas tanduknya, maka kedua kakinya tidak bisa tenang. Maka Allah
mengambilkan permata hijau surga Firdaus yang tertinggi, tebalnya selama
perjalanan 500 tahun, maka diletakkanlah di atas di antara tanduk sapi
jantan tersebut sampai ke telinganya, kedua kaki malaikat tersebut akhirnya
bisa berpijak dengan tenang, sedangkan tanduk-tanduk sapi tersebut di luar
jangkauan bumi, lubang hidungnya di lautan, setiap hari ia bernafas satu
kali, jika sedang bernafas maka air laut menjadi pasang, dan jika menarik
nafasnya maka air laut menjadi surut, kaki-kaki sapi jantan tersebut tidak
memiliki pijakan yang kuat, maka Allah menciptakan batu besar setebal tujuh
langit dan tujuh bumi, maka sapi jantan tersebut dapat berpijak dengan
tenang, batu inilah yang disebutkan Luqman kepada anaknya dalam sebuah ayat:

يا بني إنها إن تك مثقال حبة من خردل فتكن في صخرة

“ (Luqman berkata): “Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu…”. (QS. Luqman: 16)

Batu itupun belum bisa
berdiam dengan tenang, maka Allah menciptakan Nuun, yaitu; ikan paus yang
besar, seraya Allah meletakkan batu tersebut di atas punggung ikan paus
tersebut, seluruh badannya terawat, paus tersebut berada di lautan, laut
tersebut di atas punggung angin, sedang angin berada pada batas yang telah
ditentukan. Sehingga dikatakan: Bahwa dunia dan seisinya adalah dua huruf,
yang menjadikan Allah –jalla jalaluhu- berfirman: jadilah maka jadilah ia.

Ka’b al Ahbar berkata:
“Sesungguhnya iblis melakukan penetrasi kepada ikan paus yang menyangga bumi
tersebut dan menggodanya, dan berkata kepadanya: “Apakah kamu tahu apa yang
ada di atas punggungmu wahai Luaits (nama ikan paus) ? dari mulai
ummat manusia, binatang, pepohonan, gunung-gunung. Jika engkau bergerak maka
niscaya mereka semua akan binasa. Maka pada saat Luaits hampir melakukannya,
Allah mengirim seekor binatang yang masuk melewati lubang hidung Luaits
sampai ke otaknya, seraya ia berteriak (mengadu) kepada Allah, maka Allah
mengizinkan binatang tersebut untuk keluar dari otaknya.

Ka’ab berkata: “Demi Allah
yang jiwaku ada di dalam genggaman-Nya, ikan paus menatap binatang tersebut,
dan binatang tersebut juga menatap paus tersebut, setiap kali ia ingin
bergerak, maka binatang itupun masuk seperti semula”.

(Ma’alim Tanzil: 8/186 dan
yang lainnya di dalam tafsir al Qurthubi: 29/442, dan pendapat Ka’ab al
Ahbar diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’: 6/8, Peneliti
tafsir al Qurtubi: 1/385, yaitu; DR. Abdullah bin Muhsin At Turki, Muhammad
Ridhwan ‘Arqasusi tentang atsar ini menjelaskan: “Adalah cerita israiliyat
tidak ada dasarnya, maka sebaiknya bagi seorang pengarang buku hendaknya
membersihkan bukunya dari hal-hal seperti ini”.

Lihatlah bagaimana kisah di
atas para rawinya menambah kisahnya dan merincinya, kemudian setelah itu
mengerucut kepada Ka’ab al Ahbar yang menjadi sumber dari banyak
keanehan-keanehan yang dinisbahkan kepada agama ini.

Oleh karenanya, al Hafidz
Ibnu Katsir dalam al Bidayah wan Nihayah: 1/15, setelah beliau menyebutkan
beberapa keanehan, yang di antaranya adalah hadits ini, bahwa semua riwayat
tersebut termasuk israiliyyat, dan berkata: “Sanad ini as Sudi menyebutkan
banyak sekali hal-hal yang aneh, yang seakan memang diambil dari cerita
israiliyyat”.

Ada sebagian hadits-hadits
yang marfu’ (kepada Rasulullah) namun mungkar dalam masalah ini, di
antaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

الأرض على الماء ، و الماء على صخرة ، و الصخرة على ظهر حوت
يلتقي حرفاه بالعرش ، والحوت على كاهل ملك قدماه في الهواء (وهو حديث موضوع،
انظر: “السلسلة الضعيفة” (رقم/294()

“Letak bumi di atas air, dan
air tersebut di atas batu, batu tersebut di atas punggung ikan paus yang
kedua sisinya di ‘Arsy, ikan paus tersebut di atas bahu seorang malaikat
yang kedua kakinya di udara”. (Hadits palsu), baca: “As Silsilah adh
Dha’ifah: 294.

Jika ternyata demikian, maka
tidak sah menjadi rujukan di dalam syari’at yang ma’shum, tidak juga
ditinjau dari al Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, namun riwayat tersebut hanya berujung sampai sebagian para ulama
salaf, nampaknya juga ujung-ujungnya adalah berita-berita yang bersumber
dari israiliyyat. Maka menjadi suatu kewajiban untuk menahan dan tidak
memastikan akan kebenaran riwayat tersebut dan menyerahkan sepenuhnya kepada
Dzat Yang Maha Mengetahui keghaiban. Sebagaimana yang Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- ajarkan kepada kita semua:

Dari Abu Hurairah
–radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Dahulu ahli kitab membaca Taurat dengan
bahasa ibrani, dan mentafsirinya dengan bahasa Arab bagi umat Islam, maka
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ
وَقُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا الْآيَةَ (رواه البخاري،
رقم

(4485

“Janganlah kalian membenarkan
ahli kitab dan janganlah mendustakan mereka, akan tetapi katakana: “Kami
beriman kepada Allah dan ayat yang diturunkan kepada kami”. (HR. Bukhori:
4485)

Dan dalam riwayat yang lain
yang senada dengan itu adalah penjelasan tentang sebabnya tawaqquf; yaitu:
tidak membenarkan atau mendustakan:

فَإِنْ كَانَ بَاطِلًا لَمْ تُصَدِّقُوهُ وَإِنْ كَانَ حَقًّا
لَمْ تُكَذِّبُوهُ

)

رواه أبو داود، رقم 3644 وأحمد، رقم 16774 ، وصححه الألباني في
الصحيحة، رقم 2800(

“Maka jika (pendapat ahli
kitab tersebut) bathil maka janganlah dibenarkan, dan jika benar janganlah
kalian mendustakannya”. (HR. Abu Daud: 3644, dan Ahmad: 16774, dan
dishahihkan oleh al Baani dalam “as Shahihah” 2800)

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android