Unduh
0 / 0
2036211/08/2000

Enggan Menolong Orang-orang yang Tertimpa Musibah dengan Dalih Itu Atas Kehendak Allah

Pertanyaan: 11499

Sebagian orang melihat sebagian saudaranya sesama muslim tertimpa musibah, atau terkena bencana. Namun tidak segera menolong mereka, tidak terketuk hati mereka untuk memberi santunan dan tidak pula mencari orang lain yang dapat menolong mereka. Dengan dalih, bahwa semua itu terjadi atas kehendak Allah, sehingga kita tidak boleh menolong mereka. Allah hendak menghukum mereka dengan cara demikian! Demikian juga sebagian orang bila diperintahkan untuk berbuat baik kepada fakir misin atau orang-orang yang membutuhkan pertolongan, mereka berkomentar: “Bagaimana kita bisa berbuat baik kepada mereka, sementara itu sudah menjadi kehendak Allah? Allah menjadikan mereka fakir, apa kita hendak membuat mereka kaya?” Atau terkadang mereka berdalih: “Kalau Allah berkehendak, Allah bisa membuat mereka kaya tanpa pertolongan kita?” Bagaimana pendapat Islam terhadap ucapan semacam itu?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Ucapan tersebut atau yang sejenisnya adalah ucapan batil, tidak diragukan
lagi. Ucapan itu menunjukkan kebodohan yang amat sangat, atau sikap berpura-pura
bodoh dan pandir. Karena kehendak Allah sama sekali bukan merupakan hujjah
untuk berbuat maksiat atau meninggalkan ibadah. Selain itu, Allah juta memerintahkan
kita menyelamatkan muslim yang terkena musibah atau membantu orang yang membutuhkan.
Allah menyalahkan orang yang enggan memenuhi kewajibannya dalam persoalan
tersebut. Allah berfirman:

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim, (dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang
miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang
halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan.” (Al-Fajr : 17-20)

Enggan memberi makan fakir miskin termasuk sebab masuk Neraka.
Allah juga berfirman:

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (naar)
Mereka menjawab:”Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat.” (Al-Muddatsir : 42-44)

Kemudian, harta itu pada dasarnya adalah harta Allah. Bila
Allah menghendaki, bisa saja Allah merenggut kembali harta dari orang yang
mengucapkan kata-kata di atas. Bila ia sudah demikian membutuhkan harta, apakah
ia juga mau bila orang lain mengatakan kepadanya seperti yang dia katakan
tersebut? Itu ucapan yang amat keliru sekali, sebuah kesesatan yang besar.
Orang yang melontarkan ucapan tersebut persis dengan apa yang difirmankankan
oleh Allah:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka:”Nafkahkanlah
sebagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu”, maka orang-orang
yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: “Apakah Kami
akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah
Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesaatan yang nyata”.
(Yasin : 47)

Refrensi

(Dari buku Al-Qadha bil Iman wal Qadr oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd hal

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android