Unduh
0 / 0
7344016/11/2008

HADITS MENGELUARKAN MANUSIA DARI NERAKA TIDAK MELAKUKAN KEBAIKAN SAMA SEKALI TIDAK BERARTI ITU ORANG-ORANG KAFIR

Pertanyaan: 122342

Bagaimana mengkompromikan antara hadits ‘Keluarkan (dari neraka) orang yang di dalam hatinya masih ada iman walau seberat dinar’ hingga sabdanya ‘Maka Dia menggenggam satu genggaman –atau dua genggam- manusia dari neraka yang tidak beramal sedikitpun untuk Allah.’ dengan (pemahaman tentang) kekalnya orang kafir di neraka?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Tidak ada kontradiksi antara mengeluarkan orang-orang dari
neraka yang dicirikan bahwa mereka  ‘Tidak melakukan kebaikan sama sekali’
dengan banyaknya ayat yang menegaskan akan kekekalan orang-orang kafir di
neraka Jahanam. Karena mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut bukan
golongan orang-orang kafir. Mereka itu termasuk orang-orang mukmin yang
bertauhid, akan tetapi lalai dari Allah, dan menzalimi dirinya dengan
meninggalkan banyak ibadah dan ketaatan. Tidak ada yang tersisa untuk dapat
masuk surga melainkan dengan syafaat.

Hadits diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya (no/183) dari Abu Said Al-Khudri
radhiallahu’anhu sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ
مِنْ النَّارِ ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ ،
يَقُولُونَ : رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا ، وَيُصَلُّونَ ،
وَيَحُجُّونَ . فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ . فَتُحَرَّمُ
صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ
النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ ، وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ، ثُمَّ يَقُولُونَ :
رَبَّنَا مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ . فَيَقُولُ :
ارْجِعُوا ، فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ
فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ : رَبَّنَا
لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا . ثُمَّ يَقُولُ : ارْجِعُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ
فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ : رَبَّنَا
لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا .
ثُمَّ يَقُولُ : ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ
: رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا . وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ
يَقُولُ : إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ
شِئْتُمْ : ( إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ
حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا ) فَيَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ ، وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ ،
وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ ، وَلَمْ يَبْقَ إِلا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ،
فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا
خَيْرًا قَطُّ ، قَدْ عَادُوا حُمَمًا ، فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي
أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ ، فَيَخْرُجُونَ كَمَا
تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ ،  َيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِي
رِقَابِهِمْ الْخَوَاتِمُ يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ ، هَؤُلَاءِ
عُتَقَاءُ اللَّهِ الَّذِينَ أَدْخَلَهُمْ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ
عَمِلُوهُ وَلا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ (والحديث يرويه أيضا الإمام أحمد في المسند،
18/394 من طريق أخرى)

 “Ketika
orang-orang mukmin selamat dari neraka, Demi jiwaku yang ada di Tangan-Nya,
ada seorang di antara kalian yang paling semangat menuntut kepada Allah
mendatangkan kebenaran dari kalangan orang mukmin yang masih di neraka.
Mereka mengatakan, ‘Wahai Tuhan kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan
haji bersama kami. Dikatakan kepada mereka, ‘Keluarkan orang yang anda
kenal. Maka diharamkan gambar mereka dari neraka. Maka banyak sekali makhluk
yang dikeluarkan dari neraka yang telah dilalap (api) neraka sampai setengah
kali dan sampai ke kedua lututnya. Kemudian mereka mengatakan: “Wahai Tuhan
kami, sudah tidak ada lagi orang yang telah Anda perintahkan kepada kami.
(Allah) berfirman: “Kembalilah, Siapa saja yang kamu dapatkan di hatinya
seberat dinar dari kebaikan, maka keluarkan dia. Maka banyak sekali makhluk
yang dikeluarkan. Kemudian mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, sudah tidak
ada lagi orang yang telah Anda perintahkan. (Allah) berfirman: “Kembalilah,
Siapa saja yang kamu dapatkan di hatinya seberat setengah dinar dari
kebaikan, maka keluarkan dia. Maka banyak sekali makhluk yang dikeluarkan.
Kemudian mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, sudah tidak ada lagi orang yang
telah Anda perintahkan. (Allah) berfirman: “Kembalilah, Siapa saja yang kamu
dapatkan di hatinya seberat Dzarroh (atom) dari kebaikan, maka keluarkan
dia. Maka banyak sekali makhluk yang dikeluarkan. Kemudian mereka berkata:
“Wahai Tuhan kami, sudah tidak ada lagi orang yang berbuat kebaikan.” Dan
Abu Said Al-Khudri mengatakan, ‘Kalau sekiranya kamu semua tidak
mempercayaiku dengan hadits ini, maka kalau mau bacalah ayat ‘Sesungguhnya
Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan
memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (QS. An-Nisaa: 40)

Maka Allah Azza Wajallah berfirman, ‘Para
malaikat telah memberikan syafaat, para Nabi telah memberikan syafaat,
orang-orang mukmin telah memberikan syafaat. Tidak tersisa kecuali Yang Maha
memberikan kasih sayang kepada orang-orang yang dikasihani. Maka (Allah)
menggenggam satu genggaman dari neraka dan mengeluarkan suatu kaum yang
belum pernah sama sekali melakukan kebaikan. Telah gosong kembali, maka
dilemparkan ke sungai surga yang disebut ‘Sungai kehidupan (Nahrul Hayah).
Maka mereka keluar bagaikan biji-bijian yang cepat tumbuhdi tanah. Mereka
keluar bagaikan mutiara di leher mereka dan tanda yang penduduk ahli surga
mengetahuinya. Mereka adalah yang dimerdekakan oleh Allah. Allah masukkan
mereka ke dalam surga tanpa amalan yang mereka lakukan dan kebaikan yang
mereka persembahkan.”

Hadits ini
diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 18/394 dari jalan lain.

Para ulama telah
menjelaskan syafaat ini yaitu bagi orang yang mengatakan ‘Lailaha illallahu’
dan telah mewujudkan ketauhidan, akan tetapi tidak pernah melakukan amalan
kebaikan sama sekali.

Ibnu Hajar
rahimahullah berkata, ‘Syafat lain adalah syafaat bagi orang yang mengatakan
‘Lailaha illallahu namun tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali.’
(Fathul Bari, 11/428)

Ibnu Abdul Baz
rahimahullah berkata, ketika menjelaskan hadits Abu Hurairah
radhiallahu’anhu terkait seseorang yang berwasiat kepada anaknya agar
membakarnya dan menaburkan separuh (abu) ke daratan dan seperuh lainnya ke
lautan karena takut akan siksaan Allah, dimana di dalamnya ada: “Seseorang
mengatakan tidak beramal kebaikan sama sekali kecuali ketauhidan.” Ibnu
Abdul Baz rahimahullah berkomentar, ‘Kata ini yakni ‘Kecuali ada ketauhidan’
kalau teks ini benar, maka sudah tidak ada masalah lagi akan keimanan orang
ini. Kalau tidak benar dari sisi pengutipannya, maka benar dari sisi makna.
Karena hal itu pada dasarnya menguatkan pandangan tentang sesuatu
mengharuskannya. Karena tidak mungkin (Allah) mengampuni orang-orang yang
meninggal dalam kondisi kekafiran. Karena Allah Azza Wajalla telah
memberitahukan bahwa Dia tidak akan mengampuni orang yang menyekutukan
dengan-Nya dan orang yang mati dalam kondisi kafir. Dan ini yang tidak
mungkin di tolak dan tidak ada perbedaan di antara kalangan ahli kiblat. Ini
menunjukkan kepada anda bahwa ungkapan dalam hadits ‘Tidak melakukan
kebaikan sama sekali’ atau ‘Tidak melakukan kebaikan sama sekali tidak
disiksanya’ kecuali ketauhidan itu yang menjadi kebaikan. Dan ini biasa
dalam Bahasa Arab dan dibolehkan. Dikatakan semuanya sementara yang
dimaksudkan adalah sebagiannya. Dalil yang menunjukkan bahwa seseorang itu
beriman adalah ungkapan ketika dikatakan kepadanya, ‘Kenapa anda melakukan
ini? Dia menjawab; ‘Karena takut kepada Engkau Wahai Tuhanku.’

Rasa takut tidak
akan ada kecuali orang beriman yang jujur. Bahkan tidak ada kecuali orang
mukmin yang alim. Sebagaimana firman Allah Azza Wajalla ‘Sesungguhnya yang
takut kepada Allah dari hamba-Nya yang berilmu (alim).’ Mereka mengatakan,
‘Setiap orang yang takut kepada Allah, maka sungguh dia telah mempercayai
dan mengetahuinya. Dan mustahil yang ditakuti orang yang tidak mempercayai
kepadanya. Ini jelas bagi orang yang memahami dan diberi ilham kedewasaan.
Yang semakna dengan hadits ini adalah apa yang diberitahukan kami dari
Al-Warits bin Sofyan, kami diberitahukan oleh Qasim bin Asbagh, kami
diberitahukan oleh Muhammad bin Ismail, kami diberitahukan oleh Abu Sholeh,
saya diberitahukan oleh Al-Laits dari Ibnu Al-‘Ajlan dari Zaid bin Aslam
dari Abu Sholeh dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Rasulullah
sallallahu’alaihi wa sallam:

إن رجلا لم
يعمل خيرا قط وكان يداين الناس فيقول لرسوله : خذ ما يسر واترك ما عسر ، وتجاوز
لعل الله يتجاوز عنا . فلما هلك قال الله : هل عملت خيرا قط ؟ قال لا ، إلا أنه
كان لي غلام فكنت أداين الناس ، فإذا بعثته يتقاضى قلت له خذ ما يسر واترك ما
عسر ، وتجاوز لعل الله يتجاوز عنا ، قال الله قد تجاوزت عنك

“Sesungguhnya ada
seseorang yang tidak melakukan kebaikan sama sekali, dan biasanya dia
menghutangi orang-orang. Dia berkata kepada utusannya, ‘Ambillah apa yang
mudah dan tinggalkan yang mengalami kesulitan, dan bebaskan dia semoga Allah
membebaskan kita nanti. Ketika meninggal, Allah bertanya, ‘Apakah kamu
melakukan kebaikan meskipun sedikit? Dia menjawab, ‘Tidak. Kecuali saya
punya anak dan biasa memberi hutang kepada orang-orang. Kalau dia saya utus
untuk mengambil (hutangan) saya katakan kepadanya, ‘Ambillah yang mudah dan
tinggalkan (bagi yang mengalami0 kesulitan serta bebaskan dia, siapa tahu
Allah akan membiarkan kita. Allah berfirman, ‘Sungguh Aku telah membebaskan
anda.’

Abu Umar berkata,
‘Ungkapan orang ini yang tidak melakukan kebaikan sama sekali, melainkan
membebaskan dari para penghutangnya ‘Semoga Allah membebaskan kami’ dengan
keimanan dan menetapkan akan ketuhanan serta balasan-Nya. Begitu juga ucapan
lainnya ‘Karena takut kepada Anda Wahai Tuhanku’ keimanan kepada Allah dan
mengakui akan kerububiyaan-Nya. Wallahu ‘alam. (At-Tamhid, 18/40-41.)

Imam Ibnu Huzaimah
rahimahullah berkata, ‘Hadits ini telah kami tulis dengan Bab ‘Penyebutan
dalil bahwa semua hadits yang telah disebutkan sampai di tempat ini di
syafaat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam untuk mengeluarkan ahli tauhid dari
neraka, sesungguhnya ia adalah lafadz umum tapi yang diinginkan adalah
khusus. Teks ini ‘Tidak melakukan kebaikan sama sekali’ termasuk jenis
kalimat  yang dikatakan oleh bangsa Arab, yaitu meniadakan nama sesuatu
karena kurang sempurna. Makna teks ini hakekatnya bermakna ‘tidak melakukan
kebaikan sama sekali dalam kondisi sempurna.’ Bukan terhadap apa yang
diwajibkan dan diperintahkan kepadanya. Telah saya jelaskan makna ini di
banyak tempat di kitab-kitabku.‘ (At-Tauhid, 2/732)

Wallahu’alam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android