Unduh
0 / 0

Terbatasnya Kurikulum Pembelajaran Tentang Penjelasan Pentingnya Mencintai Dan Kedudukan Ahlul Bait Atau Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

Pertanyaan: 125874

Mengapa sangat minim sekali disebutkan kepada kami tentang keutamaan keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sehingga saya tidak mengetahui tentang urgensinya mencintai mereka secara khusus melainkan hanya sekedar browsing di internet ? Dan saya adalah seorang putri yang hidup dan tinggal di negara Muslim yang Sunni yang diajarkan disana ilmu-ilmu agama secara intensif, namun kami tidak diajarkan untuk mencintai mereka kecuali hanya satu mata pelajaran saja yaitu di tingkat Tsanawiyyah, apakah ini mencukupi ??

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Yang pertama :

Ini merupakan kekurangan dan kelemahan
pihak-pihak yang membuat kurikulum pembelajaran di dunia Arab maupun dunia
Islam, padahal mencintai keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
merupakan bagian dari ajaran agama yang Allah akan memperhitungkannya kelak,
dan penyebutannya  patut untuk diperbanyak dalam Syari’at kita sehingga
tidak membuka peluang bagi kalangan kelompok rafidloh untuk mencemooh ,
main-main dan berlaku arogan, sebagaimana mereka tak henti-hentinya dan
terus-menerus memberikan sebutan dan tuduhan kepada ahlus Sunnah dengan “
Nawashib ” maksudnya adalah mereka ahlus Sunnah yang menanamkan permusuhan
kepada keluarga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, meskipun Ahlus
Sunnah berpendapat bahwasannya An Nawashib itu adalah mereka orang-orang
yang sangat membenci Ahlul bait dari kelompok yang menyimpang dan sesat,
sebagaimana Ar Rafidloh mereka adalah para pendusta yang membohongi Ahlul
Bait dan melebih-lebihkan dalam perkara mereka, Rofidloh ini lebih
menyimpang dan lebih sesat serta sangat pendusta.

عن
زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : ( أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ
يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ
أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ
اللَّهِ    وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ ) فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ
فِيهِ ثُمَّ قَالَ : ( وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ
بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي
أَهْلِ بَيْتِي ) .  رواه مسلم (2408) .

“Dari Zaid bin Arqam dia berkata :
Rasulullah Shallallahu Alihi Wasallam bersabda :  “Wahai sekalian manusia
bukankah aku ini hanya manusia biasa yang kemudian datanglah kepadaku utusan
Tuhanku Azza Wa Jalla kemudian Aku menyambut seruannya; dan sesungguhnya
akau telah meninggalkan bagi kalian dua hal yang amat penting dan sangat
berbobot yang pertama dari keduanya adalah Kitabullah Azza wa Jalla yang di
dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah oleh kalian  Kitab
Allah Ta’ala dan berpegang teguhlah kalian dengannya –beliaupun lalu
menganjurkan dan berwasiat tentang apa yang ada dalam Al Qur’an dan
memberikan motifasi dengan Al Qur’an—kemudian bersabda : Dan keluargaku, aku
mengingatkan kalian kepada Allah perihal keluargaku, aku mengingatkan kalian
kepada Allah perihal keluargaku, aku mengingatkan kalian kepada Allah
perihal keluargaku ”. Hadits Riwayat Muslim ( 2408 ).

Dan sesungguhnya keagungan hak keluarga
beliau sebagaimana keagungan hak terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam atas kita semua, sebagaimana kita ketahui sesungguhnya maksud dari
mengagungkan keluarga beliau tidak lain karena mereka dikenal keistiqomahan
mereka terhadap agama, adapun anggota keluarga beliau yang sesat dan
menyimpang maka tidak hak atas kita untuk ta’dhim kepada mereka; karena
mereka bukanlah dari kalangan keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam, Allah berfirman kepada Nabi Nuh berkenaan dengan anaknya yang
Kafir :

( قَالَ يَا
نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ) هود/ من
الآية 46 .

“ Wahai Nuh sesungguhnya dia (anakmu)
bukan termasuk keluargamu, sesungguhnya itu bukanlah perbuatan yang baik ”
Surat Huud, ayat : ( 46 ).

وعَن عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِهَارًا غَيْرَ
سِرٍّ يَقُولُ:  ( إِنَّ آلَ أَبِي فُلَانٍ لَيْسُوا لِي بِأَوْلِيَاءَ ،
إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللَّهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ )
.                       
رواه أحمد ( 29 / 340 ) وصححه المحققون .      

 “ Dan dari Amr Bin Al ‘Ash Radliyallahu
Anhu dia berkata : aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda dengan keras dan lantang tidak dengan berbisik : “(Sesungguhnya aku
bukanlah wali dari keluarga Abu Fulan, akan tetapi Wali mereka adalah Allah
dan orang-orang mukmin yang Shalih) ”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad ( 29/340
) dan disahkan oleh para peneliti Hadits.

Beberapa Ulama’ menulis tentang
pentingnya mencintai keluarga Nabi ini dalam kitab Aqidah, dan diantaranya
apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah : Dan mereka mencintai
keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, menjadikan mereka sebagai
Wali, menjaga wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam perihal mereka
sekiranya Beliau pernah berwasiat di tepi sungai “ Khumm ” tempat antara
Makkah dan Madinah : Aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang
keluargaku, Aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku
,
Beliau juga bersabda kepada Pamannya Abbas – yang dia datang mengadu kepada
beliau tentang sebagian kaum Quraisy telah berbuat kasar kepada Bani Hasyim
–lalu beliau bersabda :

(
والذي نفسي بيده لا يؤمنون حتى يحبوكم لله ولقرابتي )

“Demi Dzat yang jiwaku berada
ditangan-NYA, kalian tidak beriman hingga kalian mencintai Allah dan
mencintai kerabat-kerabatku ”, beliau juga bersabda :

( إن
الله اصطفى بني إسماعيل واصطفى من بني إسماعيل كنانة واصطفى من كنانة قريشا
واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم ) .

“Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih Bani
Ismail dan memilih dari Bani Ismail Kinanah dan memilih dari Kinanah Quraisy
dan memilih dari Quraisy Bani Hasyim, dan memilihku dari Bani Hasyim ”.
Majmu’ Al Fatawa ( 3/154 ).

Sebagaimana kita juga mengingatkan disini
bahwasannya yang termasuk Ahlul Bait adalah semua para Istri-istri
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan yang paling utama dari mereka
adalah : Aisyah Ummul Mukminin Radliyallahu Anha. Dan sungguh Al Quran telah
mendeklarasikan yang demikian itu, sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

( يَا نِسَاءَ
النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا
تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ
قَوْلًا مَعْرُوفًا * وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا ) . سورة الأحزاب

“Wahai
istri-istri Nabi kalian tidak seperti  perempuan-perempuan yang lain, jika
kalian bertaqwa, maka janganlah kalian tunduk ( melemah lembutkan suara )
dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya,
dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kalian tetap di rumah
kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyyah dahulu, dan dirikanlah shalat tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kalian, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya ”
Surat Al Ahzab : 32-33.

Dan seruan disini ditujukan kepada
Istri-istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan mereka disifati dengan
sebutan :“Ahlul Bait”.

Al Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah
berkata : “ Nash ayat Al Qur’an ini menunjukkan bahwasannya Istri-istri
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam termasuk Ahlul Bait ; sebab merekalah
salah satu sebab diturunkannya Ayat tersebut, dalam pendapat yang shahih
bisa jadi sebab diturunkannya ayat Al Qur’an karena  sebab satu orang atau
bersama dengan yang lainnya ”. Tafsir Ibnu Katsir ( 6/410 ).

Yang Kedua :

 Jelas sudah kecintaan Ahlus Sunnah
terhadap keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang hal ini dibuktikan
dengan :

1-
Meyakini bahwasannya mereka adalah para manusia yang paling
mulya nasabnya.

Hal yang semacam ini mana ada dalam keyakinan
rafidloh : sekiranya mereka mengingkari garis nasab Ruqayyah dan Ummi
Kultsum kedua Putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan mereka
mengklaim serta menuduh bahwasannya keduanya adalah putri Nabi dari hasil
adopsi, mereka tidak memasukkan Abbas paman Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam beserta semua anak-anaknya, juga keluarga Az Zubair bin Shafiyyah
bibi beliau  ke dalam keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, sebagaimana
mereka juga menafikan kemulyaan nasab dari mereka, mereka juga sangat tidak
suka dengan anak-anak Fathimah Radliyallahu Anha seperti Zaid bin Ali dan
putranya Yahya serta membenci kedua putra Musa Al Kadzim yaitu Ibrahim dan
Ja’far.

2-
Mengagungkan kedudukan mereka sesuai dengan apa yang mereka
berhak menerimanya, khususnya jika mereka termasuk Sahabat Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam.

Hal semacam ini mana ada pada prilaku
Rafidloh, sekiranya mereka dengan lantang mengkafirkan sebagian pembesar
Ahlul Bait dan Ulama’-ulama’ mereka dari kalangan Sahabat, seperti Al Abbas
Paman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mereka menuduhkan
bahwasannya ayat 72 dalam surat Al Isra’ turun dan ditujukan untuk Al Abbas
firman Allah :

( وَمَن كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى
فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلاً )

“ Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia
ini, maka di akhirat kelak dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang
benar). Al Isra’: 72.

Demikian pula dengan putranya Abdullah bin
Abbas yang dia adalah imamnya para Ulama’, disebutkan dalam kitab “ Ushulul
Kafi ” (1/247) . menuduhkan bahwa Abdullah Bin Az zubair adalah seorang yang
bodoh dan memiliki keterbelakangan mental, dan dalam kitab “ Rijaalul Kasyiy
” halaman 53 mereka menuliskan do’a : “Ya Allah laknatilah kedua putra fulan
dan butakanlah matanya sebagaimana engkau telah membutakan hati keduanya ”,
Syaikh senior mereka yang bernama Hasan Al Mushtofawi menafsirkan; bahwa
kedua orang tersebut adalah : Abdullah bin Abbas dan Ubaidillah bin Abbas.

3-
Mendahulukan mereka dalam setiap majlis dan memulyakan
mereka.

4-
Menolong mereka dalam hal kebenaran yang mereka tegakkan,
dan menjaga bagi mereka kemulyaan mereka yang demikian itu dengan memberikan
kecukupan kepada mereka dari harta Fai’ ( harta yang diperoleh dari musuh
sebelum peperangan terjadi ) dan ghonimah atau rampasan perang namun jika
tidak ada sedikitpun dari sumber-sumber tersebut maka dibayarkanlah untuk
mereka zakat.

As Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Rahimahulllah berkata :                  Kalau memang tidak terdapat harta
apapun untuk menyelamatkan mereka dari kelaparan melainkan harta zakat dari
Bani Hasyim, maka zakatnya Bani Hasyim itu lebih utama dari zakatnya selain
Bani Hasyim.

Dan sebagian Ulama’ yang lain mengatakan :
diperkenankan memberikan zakat kepada mereka apabila belum mencapai
seperlima, yang dimaksud dengan seperlima itu adalah : Ghonimah itu dibagi
lima bagian; empat bagian dibagikan kepada mereka yang ikut berperang, dan
sisa yang satu bagian lagi dibagi menjadi lima juga :

1-
Untuk Allah dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, dan
hal ini demi kemaslahatan kaum Muslimin, yaitu apa yang dikenal dengan Fai’
atau Baitul Maal

2-
Untuk sanak kerabat, yaitu mereka para kerabat Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam dan mereka adalah Bani Hasyim, Bani Abdul
Muthallib karena Bani Abdul Muthallib termasuk bani Hasyim, maka mereka
berhak medapatkan bagian dari seperlima tadi.

3-
Untuk anak-anak yatim.

4-
Untuk Fakir Miskin

5-
Untuk Ibnus Sabil.

Apabila mereka menolak atau tidak menemukan seperlima dari
harta rampasan perang sebagaimana kondisi kita saat ini ; maka diberikan
kepada mereka dari harta zakat karena kondisi mereka sangat darurat apa lagi
mereka termasuk Fakir miskin sedang mereka tidak memiliki pekerjaan, ini
adalah pendapat yang dipilih  oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dan ini
merupakan pendapat yang shahih. Shadaqah Tathowwuk boleh diberikan kepada
Bani Hasyim, ini juga merupakan pendapat Jumhur Ulama’, dan pendapat yang
Rajih, karena Shadaqah tathowwuk merupakan penyempurna dan bukan sisa-sisa
yang kotor, maka mereka Ahlul Bait boleh diberikan Shadaqah Tathowwu’.“As
Syarh Al Mumti’”.(6/253-254).

5-
Melindungi dan membentengi kehormatan mereka dari segala hal buruk yang akan
menimpa mereka.

Bagaimana dengan mereka yang menuduh dan
mencoreng kehormatan Aisyah dengan tuduhan-tuduhan yang keji padahal dia
adalah Istri dari Shahibul Bait, Imam bagi keluarga beliau dan yang lainnya
; dialah   Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dialah Aisyah yang
dibebaskan oleh Allah dalam Al Qur’an yang mereka senantiasa membacanya,
bagaimanapun kebencian mereka terhadap Aisyah ?!

Dan apa reaksi mereka terhadap perbuatan Ibnu
Al Alqomi dan At Thusi Ar Rofidli pada saat mereka menarik dan memasukkan
pasukan Tartar ke Babhdad kemudian membunuh Kholifah Al Abbasi padahal dia
masih keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, bagaimana pula mereka
mencela, menghina dan memusuhi kaum wanita dari Bani Hasyim dengan
menggunakan bala tentara Haulaku, mereka inilah yang mengaku mencintai
keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang menyebabkan semua bencana ini
dan yang lainnya juga yang menjadikan mata meneteskan darah bukan lagi air
mata …

Dan bisa dilihat juga jawaban soal nomer
( 10055 ) untuk mengetahui batasan siapa saja Ahlul
Bait, dan Jawaban soal nomer ( 121948 ) untuk
mengetahui penjelasan tentang keutamaan mereka…

Wallahu A’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android