Kekurangajaran Sebagian Penulis Terhadap Hak Allah
Pertanyaan: 13631
Salah seorang penulis menulis ungkapan berikut pada salah satu makalah: “Wanita adalah sebaik-baiknya ketetapan yang diambil oleh Allah.” Apa hukum ungkapan semacam itu?
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Ungkapan semacam itu tidak layak ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla, karena
itu adalah sikap kurangajar terhadap Allah yang penuh campuran syahwat serta
menunjukkan kebodohan pelakunya terhadap hak-hak Allah. Allah telah menetapkan,
memutuskan dan menentukan berbagai urusan yang lebih agung dari sekedar penciptaan
seorang wanita, seperti kewajiban mentauhidkan Allah dan menunggalkan-Nya
dengan ibadah. Sementara kecantikan wanita yang bukan muhrim haram untuk dilihat
lelaki yang bukan muhrimnya, sebagaimana firman Allah:
” Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya..” (An-Nuur : 33)
Manusia itu biasa menikmati kecantikan isterinya yang dikaruniakan oleh Allah
kepada-Nya dan menjadikannya sebagai penenang baginya. Selain ungkapan di
atas masih banyak lagi ungkapan-ungkapan lain yang dilontarkan oleh para penulis
yang mengklaim diri sebagai Ahli Sastra, yang menunjukkan kekurangajaran mereka,
dan bahwa mereka memang tidak mengharapkan kemuliaan Allah serta tidak mengagungkan
Rabb mereka Azza wa Jalla, sama sekali tidak beradab dalam berbicara tentang-Nya.
Sudah kewajiban kita menasihati mereka dan memerangi kebatilan mereka. Wallahul
muwaffiq.
Refrensi:
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid