Mengapa para shahabat yang dijamin masuk surga sangat takut kepada Allah, padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah kabarkan bahwa mereka akan masuk surga. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri adalah orang yang paling takut di antara mereka.
Mengapa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Dan Para Shahabatnya Takut Kepada Tuhannya Padahal Mereka Sudah Dijamin Masuk Surga?
Pertanyaan: 137233
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama:
Tidak diragukan lagi bahwa para shahabat nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dan paling utama.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Perkara yang sudah semestinya harus diketahui bagi orang yang merenungi Alquran dan Sunah serta sudah disepakati Ahlussunnah wal Jamaah dari berbagai golongan bahwa generasi terbaik dari segi amal, perkataan dan keyakinan adalah generasi pertam, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya. Sebagaimana telah ditetapkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Mereka lebih utama dari generasi sesudahnya, dari sisi ilmu, amal, iman, agama, penjelasan, ibadah dan mereka adalah orang yang paling utama untuk menjelaskan masalah yang belum jelas. Pendapat ini tidak ada yang menolak kecuali orang yang menentang perkara yang sudah lumrah dikenal dalam agama Islam dan Allah sesatkan dengan ilmunya.
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu, “Siapa yang ingin mengambil teladan, ambillah teladan dari orang yang sudah wafat, karena orang yang hidup tidak aman dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Nabi orang yang hatinya paling taat di tengah umat ini, ilmunya paling dalam, paling sedikit sikap berlebih-lebihannya. Mereka adalah kaum yang Allah pilih sebagai sahabat Nabi untuk menegakkan agamanya. Kenalilah hak mereka, berpegangteguhlah kepada ajaran mereka. Karena mereka berada di atas petunjuk yang lurus.”
Betapa bagusnya ucapan Asy-Syafii rahimahullah dalam risalahnya, “Mereka berada di atas kita dalam seluruh ilmu, akal, agama, keutamaan dan merupakan sebab pokok teraihnya ilmu dan diketahuinya petunjuk.”
(Majmu Fatawa, 4/157/158)
Kedua:
Ibadah kepada Allah hendaknya mengandung rasa takut, harap dan cinta kepadaNya. Inilah kesempurnaan iman.
Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Sebab keutamaan mereka adalah; Menyandingkan rasa takut kepada Allah dengan cinta kepadaNya dan kehendakNya. Karena itu sebagian salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah Ta’ala dengan cinta saja, dia adalah zindiq, siapa yang beribadah dengan takut saja, dia adalah khawarij, dan siapa yang beribadah dengan harap saja, dia adalah murjiah. Siapa yang beribadah kepadaNya dengan cinta, harat dan takut, dia adalah mukmin.
Allah Ta’ala telah mengumpulkan ketiganya dalam firmanNya
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَه (سورة الإسراء: 57)
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (SQ. Al-Isro’: 57)
Mencari wasilah adalah mencintainya yang menyeru pada taqarrub kepada Allah, kemudian disebutkan setelahnya harap dan takut. Inilah jalan para hamba dan waliNya.
(Bada’I Alfwaid, 3/522)
Tidaklah aneh jika para shahabat merupakan orang yang sangat takut kepada Allah. Setiap kali bertambah imannya, semakin bertambah pula takutnya kepada Allah. Tidakkah engkau perhatika, Allah memuji para nabi dan rasulNya dengan sifat ini…
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا (سورة الأحزاب: 39)
“(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.” (SQ. Al-Ahzab: 39)
Dia juga berfirman,
وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (سورة الأنبياء: 28)
“Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (SQ. Al-Anbiya’: 28)
Dia juga berfirman,
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ) سورة النحل: 50) .
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (SQ. An-Nahl: 50)
Dari Jabir radhiallahu anhu dia bekata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي بِالمَلإ الأَعْلَى وَجِبْريلُ كَالحِلْسِ البَالِي مِنْ خَشْيَةِ الله عزَّ وَجَلَّ (رواه الطبراني في ” الأوسط ” 5 / 64 ، وصححه الألباني في ” السلسلة الصحيحة ، رقم 2289 ) .
“Aku lewat pada malam Isra (Mi’raj) di tempat tertinggi, adapun Jibril bagai baju lapuk karena takut kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Thabrani dalam Al-Ausath, 5/64, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 2289)
Demikian pula halnya keadaan Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dia berkata tentang dirinya,
إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا (رواه البخاري، رقم 20 ومسلم، رقم 1108) .
“Sesungguhnya orang yang paling bertakwa dan yang paling mengenal Allah adalah saya.” (HR. Bukhori no. 20 dan Muslim no. 1108).
Ibnu Qayim rahimahullah berkata,
Yang dimaksud adalah takut terhadap kewajiban dan tuntutan keimanan sehingga tidak mengabaikannya. Allah Ta’ala berfirman,
فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ(سورة المائدة: 44)
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.” (SQ. Al-Maidah: 44)
Allah Ta’ala telah memuji hambaNya yang paling dekat kepadaNya karena takutnya dia kepadaNya. Maka Dia berfirman tentang para NabiNya setelah memujiNya,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا (سورة الأنبياء: 90) ،
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.” (SQ. Al-Anbiya’: 90)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang para malaikat yang telah Dia beri keselamatan dari azabnya,
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (سورة النحل: 50)
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (SQ. An-Nahl: 50)
Dalam riwayat shahih, tentang Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersbada,
إني أعلمكم بالله وأشدكم له خشية
“Sesungguhnya saya yang paling mengenal Allah dan paling takut kepada-Nya.”
Dalam redaksi lainnya dia bersabda,
إني أخوفكم لله وأعلمكم بما أتقي (رواه مسلم)
“Sesungguhnya saya yang paling takut kepada Allah dan yang paling mengenal dengan orang orang yang paling bertakwa.” HR. Muslim.
وكان يصلي ولصدره أزيز كأزيز المرجل من البكاء (رواه أبو داود والنسائي ، وصححه الألباني في ” صحيح أبي داود)
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dadanya sering bergetar seperti getaran ceret yang ada air panasnya karena menangis.” (HR. Abu Daud dan Nasai, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ (سورة فاطر: 28)
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (SQ. Fatir: 28)
Kapan saja seorang hamba lebih mengenal Allah, makan dia akan lebih takut. Ibnu Mas’ud berkata, “Cukuplah rasa takut itu merupakan ilmu.” Berkurangnya rasa takut kepada Allah, pertanda kurangnya pengenalan seorang hamba kepadaNya. Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang paling takut kepadaNya. Siapa yang telah mengenal Allah, bertambahlah rasa malunya kepadaNya, bertambah rasa takut kepadaNya, bertambah rasa cinta kepadaNya. Rasa takut merupakan jalan yang paling agung bagi orang yang menempuh jalan ibadah. Takutnya orang yang khusus, lebih besar dari takutnya orang umum. Mereka lebih butuh kepadanya, lebih layak dan lebih semestinya.” (Thariq Al-Hijratain, 423 -424)
Berdasarkan hal tersebut, karena para shahabat adalah orang yang paling mengenal dan bertakwa maka wajar kalau rasa takut mereka terhadap Allah menjadi sangat besar. Rasa takut yang diiringin harap dan cinta. Demikian pula halnya para Nabi yang merupakan orang-orang paling mengenal dan paling takwa kepada Allah Ta’ala dibanding orang lain.
Rasa takut Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat mulia yang telah dijamin masuk surga dapat disimpulkan berikut ini:
- Mereka mengenal makna ibadah kepada Allah Ta’ala, dan rasa takut adalah upaya mewujudkan salah satu rukun ibadah, selain harap dan cinta.
- Mereka adalah para ulama yang telah mengenal Allah Ta’ala, siapa yang lebih mengenal Allah, maka dia akan lebih takut.
- Upaya mencari pahala dan balasan yang besar dari Tuhan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (سورة الرحمن: 46) .
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga.” (SQ. Ar-Rahman: 46)
Kita mohon kepada Allah Ta’ala semoga kita dijadikan sebagai orang-orang yang memiliki rasa takut, harap dan cinta.
Wallahua’lam.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam