Unduh
0 / 0

Apakah Malaikat Diberikan Hak Memilih Atau Dikendalikan?

Pertanyaan: 139360

Apakah Malaikat Diberikan Hak Memilih Atau Dikendalikan?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Melontarkan pertanyaan berikut;
Apakah seorang hamba dibebaskan memilih atau dikendalikan, tidak dikenal
dalam ucapan orang-orang terdahulu, karena mereka sangat berpedoman pada
redaksi syariat dan tidak ingin keluar darinya, padahal mereka adalah orang
yang sangat mengerti bahasa yang fasih dan bijak.

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,

“Redaksi seperti ini tidak saya
dapatkan dalam buku-buku para pendahulu dari generasi salaf dan para
shahabat serta tabiin, juga tidak dikenal dalam ucapan para tokoh ulama,
tidak juga terdapat dalam ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Ibnu Qayim
atau selainnya. Akan tetapi, ucapan ini baru muncul belakangan dan sering
mereka gaungkan, ‘Apakah manusia diberikan hak menentukan sendiri atau
dikendalikan?’

(Majmu Fatawa Wa Rasail Ibnu
Utsaimin, 3/215) 

Syekh Abdurrahman Al-Barrak hafizahullah ditanya,

Apakah manusia dikendalikan atau diberikan hak menentukan
sendiri?

Beliau menjawab, “Redaksi ini tidak terdapat dalam Alquran
dan Sunah. Justeru yang disebutkan oleh dalil yang ada adalah bahwa manusia
memiliki kehendakserta
dapat bertindak dan memiliki kemampuan atas perbuatannya, akan tetapi
kehendaknya telah ditetapkan berdasarkan kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana
firmanNya,

لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ * وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا
أَن يَشَاء اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (سورة التكوير: 28، 29)

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan
yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali
apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” SQ. At-Takwir: 28-29.

Jadi, kehendaknya tidak berdiri sendiri dan terpisah dari
kehendak Allah. Redaksi “Dapat memilih dan dikendalikan” tidak dapat
bersifat mutlak, sehingga dikatakan bahwa manusia itu dapat menentukan
sendiri tidak juga dapat dikatakan bahwa manusia dikendalikan. Akan tetapi
harus dirinci.

Jika yang dimaksud bahwa dia dikendalikan berarti dia
dipaksa, tidak memiliki kehendak, tidak memiliki pilihan, maka ini batil.
Namun jika yang dimaksud bahwa dia dikendalikan artinya urusannya dipermudah
sesuai yang dikehendaki terhadapnya, dan bahwa dia dapat berbuat apa yang
dia inginkan atas kehendak dan takdir Allah, maka ini benar. Demikian pula
jika dikatakan bahwa dia diberikan kebebasan memilih maksudnya adalah dia
bebas secara murni tanpa kehendak Allah, maka hal ini batil. Jika yang
dimaksud dia diberikan kebebasan memilih artinya dia memiliki pilihan dan
tidak dipaksa, maka ini benar.”

Demikian pendapat beliau yang tertera dalam situsnya; 

http://albrrak.net?option=content&task=view&id=1155

Para ulama yang tergabung dalam Lajnah Daimah berkata,
“Manusia diberikan pilihan diarahkan. Dia katakan diberikan pilihan, karena
Allah Ta’ala memberinya akal, pendengaran dan penglihatan serta kehendak.
Dengan itu dia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, yang
bermanfaat dan yang berbahaya. Dia boleh memilih apa yang layak baginya.
Karena itu, dia terkena beban berupa perintah dan larangan dan berhak
mendapat pahala atas ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta dosa atas
kemaksiatannya kemaksiatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun bahwa
dirinya dikendalikan adalah karena dia tidak dapat keluar dari kehendak dan
kekuasaan Allah, baik dengan perkataan, maupun perbuatannya.” (Fatawa
Al-Lajnah Daimah, 3/514)

Ini artinya bahwa manusia
memiliki kehendak, maka dia diberikan kemampuan memilih, akan tetapi
kehendaknya tidak keluar dari kehendak Allah Ta’ala.

Sebagaimana diketahui bahwa malaikat memiliki kehendak, akan
tetapi mereka tidak seperti jin dan manusia. Mereka telah ditetapkan untuk
melakukan ketaatan dan keimanan. Terdapat sejumlah nash yang menunjukkan
bahwa mereka mencintai dan membenti, mereka memohonkan ampunan kepada orang
beriman, memohonkan ampunan kepada orang yang menunggu shalat, mendoakan
orang yang bersadaqah  agar mendapat ganti dan mendoakan orang yang bakhil
agar hartanya habis, dan lainnya.

Allah Ta’ala berfiran,

 وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا
تَعْلَمُونَ (سورة البقرة: 30)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” SQ.
Al-Baqorah: 30

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا (سورة
البقرة: 32)

“Mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.” SQ.
Al-Baqarah: 32

Ketidaktahuan mereka terhadap apa yang ajarkan kepada mereka
tidak mencegah mereka untuk mengatakan,

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal
Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Hal
ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kehendak.

Imam Bukhari (1339) dan Muslim (2372), redaksi berasal dari
Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 “Malakul maut (malaikut pencabut nyawa) mendatangi Musa
alaihissalam, lalu dia berkata, “Taati Tuhanmu.” Maka Musa alaihissalam
memukul malaikat tersebut hingga matanya tercaut.” Lalu Malaikat tersebut
kembali kepada Allah Ta’ala dan berkata, “Engkau mengutusku kepada hambat-Mu
yang tidak ingin mati, dia telah mencabut mataku.” Lalu Allah kembalikan
matanya.”

Kembalinya Malakul-maut alaihissalam kepada Allah Ta’ala
seraya berkata,

إِنَّكَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَكَ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ

“Engkau telah mengutus aku kepada orang yang tidak
menginginkan kematian.” Merupakan dalil bahwa dia memiliki kehendak. Dalam
hadits tidak menunjukkan bahwa dia mengetahui hal tersebut sebelumnya. 

Imam Ahmad (10521) berkata, “Telah menyampaikan kepada kami
Umayah bin Khalid dan Yunus, keduanya berkata, ‘Telah menyampaikan kepada
kami Hamad bin Salamah, dari Ammar bin Abu Ammar, dari Abu Hurairah, dari
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan Yunus berkata haditsnya marfu hingga
ke Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam, “

يَا رَبِّ عَبْدُكَ مُوسَى فَقَأَ عَيْنِي ، وَلَوْلَا
كَرَامَتُهُ عَلَيْكَ لَعَنُفْتُ بِهِ . وَقَالَ يُونُسُ : لَشَقَقْتُ عَلَيْهِ
(الحديث . صححه الألباني في “مختصر العلو، ص75)

“Wahai rab, hambaMu Musa telah mencabut mataku. Seandainya
bukan karena kemuliaannya, aku akan bertindak keras kepadanya.” Yunus
berkata, “Aku akan lukai dia.” (Hadits dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Mukhtashar Al-Ulu, hal. 75)

Ucapannya, “Seandainya bukan karena kemuliaannya akan
bertindak kasar kepadanya.” Atau “Aku akan lukai dia” merupakan dalil bahwa
malaikat memiliki kehendak.

Imam Bukhari (3470) dan Muslim (2766), dari Abu Said
Al-Khudry radhiallahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Dahulu ada seorang laki-laki sebeluum kalian yang telah membunuh
99 jiwa. Maka dia menanyakan orang yang memiliki ilmu di muka bumi. Maka
ditunjukkan kepadanya seorang rahib (ahli ibadah). Lalu dia mendatanginya
dan berkata bahwa dirinya telah membunuh 99 jiwa, apakah masih ada
kesempatan taubat baginya? Orang itu berkata, ‘Tidak’, akhirnya orang itu
dibunuhnya sehingga genap dia membunuh 100 jiwa. Kemudian dia mananyakan
lagi orang yang paling berilmu di muka bumi, maka ditunjukkan kepadanya
orang yang berilmu. Maka dia mengatakan kepadaya bahwa dirinya telah
membunuh 100 jiwa, apakah ada peluang taubat baginya? Dia berkata, ‘Ya,
tidak ada yang dapat menghalanginya antara dia dengan taubat, pergilah ke
negeri ini dan ini, di sana ada orang-oragn yang beribadah kepada Allah,
beribadahlah bersama mereka dan jangan kembali ke negeri anda, karena di
sana merupakan negeri yang buruk.”

Lalu berangkatlah orang tersebut, namun di tengah perjalanan,
maut menjemputnya. Malaikat rahmat dan malaikat azab berselisih. Malaikat
rahmat berkata, ‘Dia datang dalam keadaan bertaubat dengan hatinya kepada
Allah.’ Sedangkan malaikat azab berkata, ‘Dia belum melakukan kebaikan
sedikitpun.’ Maka datanglah kepada mereka malaikat dengan rupa manusia
menengahi mereka, dia berkat,a ‘Ukurlah antara kedua negeri tersebut, yang
mana yang lebih dekat, maka itulah posisinya. Lalu mereka mengukurnya,
ternyata orang itu lebih dekat ke negeri yang dia tuju. Akhirnya orang itu
dibawah oleh malaikat rahmat.

Hal ini menunjukan bahwa mereka memilik kemampuan memilih dan
mereka memiliki kehendak dalam berbuat. Hanya saja mereka memiliki
perlindungan dan tidak keluar dari tujuan penciptaan mereka, yaitu menjadi
makhluk yang taat dan tidak membangkang.

Nash-nash seperti ini banyak tidak terhitung.

Yang benar adalah dengan mengatakan bahwa para malaikat Allah
Ta’ala memiliki sifat sebagaimana yang telah Allah sifati dan mencukupkan
diri dengan hal ituu. Tidak perlu kita mengarang-ngarang ungkapan yang
mengandung beragam persepsi dan menimbulkan perdebatan di seputar itu serta
menyibukkan diri dengan debat dan akhirnya pertikaian.

Tidak ada yang paling selamat dan sesuai kecuali mengikuti
redakksi syariat dan mencukupkan diri dengan hal tersebut.

Allah Azza wa Jallah berfirman,

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ
عِبَادٌ مُكْرَمُونَ * لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ
يَعْمَلُونَ * يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا
يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ *
وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ
جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (سورة الأنبياء: 26-29)

“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak”, Maha suci Allah. sebenarnya (malaikat-malaikat itu),
adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan
Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.

Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka
(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan Barangsiapa di antara mereka,
mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain daripada Allah”, Maka
orang itu Kami beri Balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan
pembalasan kepada orang-orang zalim.” SQ. Al-Anbiya’ : 26-29.

عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ
مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (سورة التحريم: 6)

“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” SQ. At-Tahrim: 6

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ * ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي
الْعَرْشِ مَكِينٍ * مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (سورة التكوير: 19-21)

”Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang
dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang
mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati
di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” SQ. At-Takwir: 19-21.

Ibnu Katsir rahimahulllah berkata, “Maksudnya adalah bahwa
dia memiliki kewibawaan, ucapannya didengar dan ditaati di antara penduduk
langit.

Qatadah berkata, “Maksudnya adalah di langit. Maka dia bukan
sekedar malaikat biasa, tapi pemimpinnya dan yang paling utama, dia terpilih
untuk menunaikan tugas yang agung ini.”

Sidangkan kata “amiin” merupakan sifat malaikat Jibril yang
memiliki amanah. Ini adalah perkara yang sangat agung, bahwa Rabb Azza wa
Jalla telah mensucikan utusannya berupa malaikat sebagaimana dia mensucikan
utusan manusia, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ

“Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang
gila.” SQ. At-Takwir: 22

Tafsir Ibnu Katsir, 8/339

Akan tetapi hal ini tidak menghalangi perkataan bahwa para
malaikat adalah makhluk yang memiliki hak untuk memilih, tetapi mereka tidak
keluar dari ruang lingkup ketaatan kepada Allah Ta’ala, karena mereka sudah
tercipta demikian, mereka tidak memiliki sifat maksiat. Sebagaimana mereka
dikendalikan pada hal yang mereka tidak berkuasa terhadapnya sebagaimana
kondisi makhluk selain mereka.

Lihat jawaban soal no.138506

Wallahua’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android