Unduh
0 / 0

Apakah Malaikat Pencatat Amal Dapat Berpisah Dari Seseorang Kapan Saja?

Pertanyaan: 147161

Kapan malaikat pencatat amal menjauh dari seorang hamba?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Para ulama sepakat bahwa amal
para hamba akan dihitung, baik mereka lakukan di tempat yagn mulia, atau
yang mereka lakukan di tempat yang kotor seperti di WC, baik yang mereka
lakukan adalah ketaatan ataupun dosa. Apapun yang dilakukan seorang hamba
dalam kehidupannya akan tercatat rapi dalam catatan di hari kiamat, baik
kecil maupun besar, yang mulia ataupun yang hina.

Allah Ta’ala berfirman,

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا
فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ
صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (سورة الكهف: 49)

“Dan diletakkanlah Kitab,
lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang
(tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka Kami, kitab
Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,
melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun”. SQ.
Al-Kahfi: 49

Kedua: Para ulama berbeda
pendapat apakah para malaikat yang ditugaskan mencatat amal seorang hamba
akan menjauh darinya di tempat dan kondisi tertentu atau tidak? Ada tiga
pendapat;

Pendapat Pertama:

Bahwa malaikat yang
ditugaskan untuk mencatat amal tidak berpisah dari seorang hambat dalam
kondisi apapun.

Syekh Ibnu Utsaimin
rahimahullah berkata, “Kedau malaikat tersebut apakah selalu bersama
seseorang? Ya, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (سورة ق: 18)

“Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.”
SQ. Qoff: 18

Ada juga yang mengatakan
bahwa malaikat menjauh apabila dia masuk WC dan berjimak. Jika benar riwayat
tentang hal tersebut shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
maka harus kita junjung tinggi, jika tidak, maka kembali kepada asal
keumuman ayat,

“Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.”
SQ. Qoff: 18

 (Syarah Aqidah Safariniah,
hal. 3)

Pendapat kedua:

Bahwa para malaikat akan
menjauh dari seorang hamba dalam beberapa tempat; di WC, saat berjimak, dan
sebagian ulama menambahkan, saat mandi.

Ibnu Hajar Al-Haitsami
rahimahullah berkata, “Para malaiat pencatat amal tidak berpisah dari kita
kecuali saat di WC, saat berjimak dan saat mandi, sebagaimana disebutkan
dalam hadits.” (Al-Fatawa Al-Haditsah, hal. 47)

As-Safarini rahimahullah
berkata, “Kedua malaikat tidak berpisah dari seorang hamba sama sekali. Ada
yang mengatakan, ‘Bahkan termasuk saat di WC. Al-Hasan berakta, ‘Para
malaikat menjauhi manusia dalam dua kondisi: Saat buang air dan saat
berjimak. Berpisahnya mereka dari seorang mukallaf (yang telah terkena beban
kewajiban) saat itu tidak menghalangi mereka untuk mencatat apa yang orang
tersebut lakukan ketika itu, seperti keyakinan hati, Allah jadikan bagi
keduanya tanda akan hal itu.” (Lawami Al-Anwar Al-Bahiyah, 1/448)

Mereka
berpendapat demikian berlandaskan beberapa dalil;

Dalil pertama:

Dari Ibnu Umar,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالتَّعَرِّيَ ، فَإِنَّ مَعَكُمْ مَنْ لَا
يُفَارِقُكُمْ إِلَّا عِنْدَ الْغَائِطِ ، وَحِينَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى
أَهْلِهِ ، فَاسْتَحْيُوهُمْ وَأَكْرِمُوهُمْ

(رواه
الترمذي، رقم 2800)

“Hendaknya
kalian tidak telanjang, karena bersama kaliau ada makhluk yang tidak
berpisah dari kalian kecuali ketika dia buang air dan ketika seorang suami
berhubungan badan dengan isterinya. Malulah dengan mereka dan muliakanlah
mereka.” (HR. Tirmizi, no. 2800)

Akan tetapi,
hadits ini lemah, Tirmizi berkata setelah meriwayatkannya, “Ini adalah
hadits gharib.” Al-Albany menyatakan lemah dalam Silsilah Dhaifah, no. 2300.

Badruddin Al-Aini
rahimahullah berkata, “Jika ada yang mengatakan, ‘Telah diriwayatkan darinya
alaihissalam bahwa malaikat pencatat tidak berpisah dari seorang hamba
kecuali saat buang air dan jimak, maka saya katakana bahwa ini haditsnya
adalah lemah, tidak dapat dijadikan dalil.”

(Syarah Sunan Abu Daud,
2/397)

Dalil kedua:

Abdurrazzaq
meriwayatkan dari Al-Mushanaf, 1/285, dari Ibnu Juraij, dari sahabatnya,
dari Mujahid, dia berkata,

( لما كان النبي صلى الله عليه وسلم بالحديبية – وعليه ثوب
مستور عليه – هبت الريح ، فكشفت الثوب عنه ، فإذا هو برجل يغتسل عريانا بالبراز
، فتغيظ النبي

صلى الله عليه وسلم وقال : يا أيها الناس ! اتقوا الله واستحيوا
من الكرام ، فإن الملائكة لا تفارقكم إلا عند إحدى ثلاث ، إذا كان الرجل يجامع
امرأته ، وإذا كان في الخلاء ، قال : ونسيت الثالثة .

“Ketika Nabi
shallallahu alaihi wa sallam berada di Hudaibiyah, beliau memakia baju yang
menutupinya, lalu tertiup angin sehingga bajunya tersingkap darinya.
Tiba-tiba dia melihat seseorang yang mandi telanjang sambil buang air.  Maka
beliau marah lalu berkata, ‘Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan
malulah kepada para malaikat, karena malaikat tidak berpisah dari anda
kecuali di tiga tempat; Jika seseorang menggauli isterinnya, ketika dia
sedang buang hajat….’ Yang ketiga saya (perawi) lupa..

Lalu Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian
mandi, berlindunglah dengan mandi di balik dinding, atau di samping onta
atau ditutupi sudaranya.”

Akan tetapi
hadits ini mursal, dalam sanadnya ada perawi yang tidak dikenal, maka tidak
benar berdalil dengannya karena lemah.

Dalil ketiga;

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi
shallallahu alaihi wa sallam dia berkata,

إن الله ينهاكم عن التعري ، فاستحيوا من الملائكة الكرام
الكاتبين الذين لا يفارقونكم إلا عند

الغائط والجنابة والغسل ، فإذا اغتسل أحدكم بالعراء فليستتر
بثوبه أو بحائط

 “Sesungguhnya Allah melarang
kalian telanjang bulat, hendaknya kalian malu kepada malaikat yang mulia
yang tidak berpisah dari kalian kecuali saat buang air atau junub atau
mandi. Jika kalian mandi di tanah lapang, hendaknya kalian berlindung dengan
bajunya atau di balik tembok.”

Ibnu Taimiah
rahimahullah berkata, “Diriwayatkan oleh Ibrahim Alharbi dan diriwayatkan
oleh Ibnu Bathah dari hadits Ibnu Umar, dan hal itu benar adanya dari
kumpulan hadits mursal Mujahid.”

(Syarhul Umdah,
1/401)

Akan tetapi,
sanad hadits ini tidak berhenti pada Ibnu Abbas, yang dikenal adalah bahwa
dia berasal dari hadits Ibnu Umar sebagaimana telah disebutkan takhrijnya
dari riwayat Tirmizi dan penjelasan kelemahannya.

Pendapat ketiga;

Yang tetap dalam Alquran dan
Sunah adalah bahwa pada setiap hamba telah ditugaskan dua malaikat yang
mengawasi setiap gerak geriknya dan mencatat semua perbuatannya serta apa
saja yang dia lakukan, apakah itu perbuatan baik atau maksiat, apakah di
tempat mulai atau di tempat tercela.

Akan tetapi, tidak terdapat
riwayat dalam Alquran dan Sunah penjelasan tentang bagaimana mereka
menghitungnya, apakah hal itu menuntut malaikat untuk masuk ke setiap tempat
yang dimasuki hamba dan tetap bersamanya mendampingin dalam setiap detail
perbuatan yang dia lakukan, ataukah Allah menciptakan pada kedua malaikat
kemampuan sehingga mereka dapat mengetahui setiap perbuatan dan mencatatnya
dapat harus mendampingi seorang hamba pada setiap tempat yang dia masuki.

Yang selayaknya dalam masalah
ini adalah hendaknya seseorang tidak berbicara dalam masalah gaib tanpa
dalil dari Kitabullah atau sunah RasulNya. Sebaiknya dia menyandarkan
pengetahuan dalam masalah ini kepada Allah Azza wa Jalla dan beriman bahwa
semua yang dilakukan manusia akan dihitung. Hal ini sudah cukup bagi seorang
hamba dalam masalah ini. Inilah perkara yang bermanfaat dan penting baginya.

Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
(سورة ق: 18)

“Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.”
SQ. Qoof: 18

هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا
نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (سورة الجاثيةة: 29)

“(Allah berfirman): “Inilah
kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya
Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. SQ. Al-Jatsiyah:
29

As-Suyuthi rahimahullah
berkata,

“Adapun pertanyaan tentang
masuknya malaikat ke tempat buang hajat, maka jawaban kami adalah ‘Kami
tidak tahu’. Ketidaktahuan kita dalam masalah ini tidak membuat cacat dalam
agama kita. Kesimpulan yang dapat dikatakan dalam masalah ini adalah; Jika
keduanya diperintahkan untuk masuk, maka keduanya masuk, jika Allah muliakan
mereka dari tempat tersebut, Allah perlihatkan pada keduanya apa yang
terjadi di dalam sehingga keduanya dapat mencatat. Kedua malaikat itu akan
melakukan apa yang diperintahkan.”

(Al-Habaik fi Akhbar
Al-Malaik, hal. 90

Tampaknya, pendapat ketiga
ini adalah pendapat yang lebih dekat dan lebih tepat dari segi adab dalam
masalah seperti ini. Karena membatasi diri dengan apa yang berasal dari
nash-nash dan tidak melampaui batas tanpa dalil yang kuat dan bukti yang
shahih.

Wallahua’lam
.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android