Apakah disana ada kejelekan perasaan seseorang bangga terhadap agamanya atau kepada seseorang karena melakukan perkara baik. Karena kita tahu bahwa bangga dalam hati itu termasuk perkara yang jelek.
APAKAH PERASAAN SESEORANG BANGGA DENGAN AGAMANYA TERMASUK BANGGA YANG TERCELA
Pertanyaan: 150839
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama,
Bangga dengan agama, merasa tinggi berkomitmen dengannya adalah urusan yang dianjurkan dan termasuk amal sholeh. Diantara sikap kebesaran, jihad dan kepahlawanan adalah kebanggaan Abu Sofyan pemimpin Quraisy dengan agama dan agama kaumnya, padahal belum masuk Islam. Kemudian Nabi sallallahu’alaihi wa sallam membalas dengan kebanggaan, bahwa kebanggaan seorang muslim dengan agama dan ketauhidan kepada Tuhan seluruh alam.
روى البخاري في صحيحه (3039) من حديث البراء بن عازب رضي الله عنه أنا أبا سفيان بن حرب ، بعد ما انتهى القتال أَخَذَ يَرْتَجِزُ ، فيقول : أُعْلُ هُبَلْ ، أُعْلُ هُبَلْ !!
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا تُجِيبُوا لَهُ ؟!
قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا نَقُولُ ؟
قَالَ : قُولُوا : اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ !!
قَالَ [ أبو سفيان ] : إِنَّ لَنَا الْعُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ !!
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا تُجِيبُوا لَهُ ؟!
قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا نَقُولُ ؟
قَالَ : قُولُوا اللَّهُ مَوْلَانَا وَلَا مَوْلَى لَكُمْ !!
“Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shohehnya, 3039 dari hadits Al-Barro’ bin Azib radhiallahu’anhu bahwa Abu Sofyah bin Harb setelah selesai peperangan mengatakan dengan suara lantang, ‘Hubal lebih tinggi, Hubal lebih tinggi. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidakkah anda jawab untuknya?!
Mereka bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan?
Nabi menjawab: ‘Katakanlah, Allah lebih tinggi dan lebih mulia!!
Abu Sofyan mengatakan, ‘Sesungguhnya kami mempunyai Uzza (kemuliaan) sementara anda tidak punya kemuliaan (Uzz).’
Nabi mengatakan, ‘Tidakkah kamu beri jawaban kepadanya?
Mereka bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan?
Nabi menjawab: ‘Katakanlah, Allah kekasih kami, dan kamu semua tidak punya kekasih!!
Allah telah memberikan arahan kepada hambaNya, bahwa kejayaan sebenarnya dan kemulyaan sempurna didapatkan dengan ketaan kepada Allah ta’ala. Allah berfirman:
( مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ ) فاطر/10.
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” SQ. Fatir: 10.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yakni barangsiapa yang senang menjadi jaya di dunia dan akhirat, maka berkomitmenlah dengan ketaatan kepada Allah. Maka dia akan mendapatkan yang diinginkannya. Karena Allah pemilik dunia dan akhirat. Pemilik semua kejayaan. Sebagaimana firmanNya Ta’ala:
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا النساء/ 139
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” SQ. An-Nisaa’: 139.
Dan firman Ta’ala: “Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah.” SQ. Yunus: 65.
Dan firmanNya:
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَعْلَمُونَ المنافقون/8 .
‘Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” SQ. Al-Munafiqun: 8.
Mujahid berkomentar: ‘Barangsiapa yang menginginkan kejayaan’ dengan beribadah kepada berhala, ‘Mak sesungguhnya semua kejayaan itu milik Allah.’
Qatadah berkomentar: ‘Barangsiapa yang menginginkan kejayaan, maka semua kejayaan itu milik Allah.’ Yakni maka berbanggalah dengan kataatan kepada Allah Azza Wajalla.
Kedua,
Sementara berbangga dengan seseorang, kalau dikarenakan agaman, kebaikan dan ketakwaannya, maka hal itu ada baik. Kalau selain itu, dikarenakan keturunan, jabatan, harta, pangkat, kedudukan diantara manusia, itu termasuk amalan jahiliyah yang dilarang.
روى مسلم (1550) عن أبي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ رضي الله عنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ : الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ) .
“Diriwayatkan oleh Muslim, 1550 dari Abu Malik AL-Asy’ari radhiallahu’anhu sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Empat perkara dalam umatku termasuk masalah jahiliyah yang belum ditinggalkannya, bangga dengan keturunan, mencela nasab, meminta hujan dengan bintang dan meratap.
Diriwayatkan oleh Muslim juga, 5109 dari Iyad bin Himar Al-Mujasyi’i radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda ketika dalam khutbahnya:
( إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ ) .
“Sesungguhnay Allah mewahyukan kepadaku agar tawadhu’ agar tidak ada seorangpun yang berbangga terhadap orang lain dan agar tidak mengharap seorangpun kepada yang lainnya.’
Al-Majd Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: ‘Allah melarang lewat lisan NabiNya tentang dua macam membangga-banggakan kepada makhluk yaitu bangga dan melampaui batas. Karena orang yang membanggakan, kalau dia banggakan dengan benar, maka itu termasuk kebanggaan. Tapi kalau tidak benar, maka itu termasuk melampaui batas. Maka tidak diperkenankan ini dan itu.’ selesai ‘Faidhul Kabir, 2/217.
Ketentuan dalam masalah ini adalah kalau kebanggaan dan kejayaan disebabkan agama, maka ia termasuk dari agama dan terpuji. Kalau selain dari itu, maka hal itu tercela.
Dimana kebanggaan dengan ketaatan dan ibadah, sesungguhnya senang karena mendapatkan taufik dan menyandarkan kepada orangnya. Hendaknya dia memuji kepada Allah karena selamat dari kesyirikan dan orangnya serta dari kemaksiatan dan jalan menuju kesana.
Sementara membanggakan seseorang kepada hamba Allah, dan merasa lebih tinggi dari orang lain dikarenakan dia melakukan ketaatan, maka ini termasuk kebanggaan yang terjelek dan termasuk gurur (bangga diri). Orangnya khawatir terjerumus dalam kehancuran dan bahaya ditolak amalannya.
Wallahu’alam.
Refrensi:
Al-Liqa Asy-Syahri 17