Unduh
0 / 0
746704/03/2011

BAGAIMANA CARA MENJAGA HUBUNGAN KEKELUARGAAN TANPA IKHTILAT (CAMPUR BAWUR LAKI DENGAN WANITA)

Pertanyaan: 158651

Saya telah membaca terkait dengan fatwa di website anda ini khusus masalah ikhtilat (campur bawur laki-laki dan wanita). Saya berkeyakinan disana ada sebagian kontradiksi. Saya yakin ini adalah suatu kesalahan menurut keyakinanku. Sebagai contoh dalam fatwa no. 75945, anda sebutkan bahwa lelaki tidak diperbolehkan mengajar para wanita kecuali di belakang penutup. Kemudian anda sebutkan di fatwa no. 113431, bahwa para wanita diperbolehkan mengajar di Universitas yang bercampur bawur (ikhtilad) kalau kondisi sosialnya mengharuskan begitu.

Sementara saya hidup di Maroko dimana ikhtilan merupakan fenomena diantara fenomena kesehari-harian. Baik diantara keluarga dan kerabat atau dengan orang-orang di jalanan. Tidak seorangpun yang mengingkari hal ini. Sampai para imam masjid mengatakan hal itu diperbolehkan.
Tanpa penjelasan ketentuan ikhtilat ini, dan masalah ini saya tidak setuju dengannya pada semuanya.

Sekarang pertanyaanku adalah disana ada sebagian orang mempertanyakan dan mengatakan bagaimana seseorang memungkinkan untuk menjaga hubungan kekeluargaan kalau tanpa adanya pertemuan diantara mereka dalam kondisi campur bawur? Mana yang dikedepankan, apakah menjaga hubungan kekeluargaan atau dalam ikhtilat (campur bawur)?. Benar mungkin kita menghindari ikhtilat ketika kita mengundang kerabat ke rumah kita, akan tetapi bagaimana kalau kita pergi ke rumah mereka? Hal itu tidak memungkinkan menjauhi ukhtilat pada kondisi seperti ini. Fitnah pasti akan ada, bagaimana kita mensikapinya? Apakah kita menolak undangan mereka? Dan siapa mereka secara pasti termasuk anggota keluarga yang harus dijaga hubungan dengannya? Apakah mereka anak-anak paman dari bapak dan ibu termasuk di dalamnya? Saya tidak tahu bagiamana seseorang memungkinkan menjauhi masalah terkait dengan ikhtilat, akan tetapi saya percaya bahwa kewajiban kita mencurahkan segenap tenaga untuk menjauhi hal itu. saya mohon arahan terkait dengan yang tadi (kami jelaskan) terima kasih.

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Sesuatu yang bagus –wahai penanya yang mulia- bahwa anda
berkeyakinan bahwa diantara kewajiban kita adalah mencurahkan segenap tenaga
kita untuk menjauhi ikhtilat yang haram itu. mohon maaf, kami ingin katakan
kepada anda, bahwa kami kurang setuju hanya menjaga hubungan kekeluargaan
saja, bahkan kami juga mengajak untuk hal itu, menganjurkannya. Karena hal
itu termasuk silaturrohim yang Allah dan RasulNya perintahkan kepada kita.
Akan tetapi  yang lebih penting dari hal itu adalah perlu anda ketahui
penanya bahwa kedua masalah itu tidak bertentangan sama sekali. Memungkinkan
anda menjauhi dari ikhtilat yang diharamkan, dan memungkinkan juga anda
menyambung kekerabatan. Syareat telah datang dengan keduanya, maka tidak
mungkin keduanya saling berbenturan.

Maka dari itu, prilaku anda di negara anda, yaitu prilaku
secara umum menjaga keduanya. Pada kebanyakan negara yang marak di dalamnya
ikhtilat. Sebagaimana marak di negara anda. Meskipun begitu mereka
memungkinkan melewati hal itu. dan melaksanakan kehidupannya secara normal.
Akan tetapi hendaknya pada seseorang keinginan kuat yang cukup untuk hal itu
serta menjaganya. Kalau sekiranya anda mengunjungi kerabat anda –sebagai
contoh- apa yang anda lakukan di rumah anda dengan mengkhususkan tempat
duduk khusus untuk para wanita, dan tempat lain khusus untuk para lelaki.
Penjagaan anda akan hal itu, akan memudahkan pelaksanaannya ketika anda
mengunjungi rumah orang lain. Ketika mereka mengetahui penjagaan anda akan
hal ini, meskipun sempit rumahnya.

Sementara pertemuan tidak sengaja di jalan, di tempat masuk
rumah kalau sekiranya punya satu pintu masuk atau semisal itu. dalam ajaran
agama tidak ada larangan akan hal ini, begitu juga tidak keras dalam masalah
ini. Akan tetapi ada kehati-hatian dalam masalahnya agar tidak kembali ke
kondisi semula, tidak juga seseorang ada kesengajaan kalau memungkinkan
dijauhinya.

Terakhir kali, anda perlu ketahui –wahai hamba Allah-
sesungguhnya surga itu memerlukan kerja keras, capai dan kesungguhan. Karena
surga didekatkan dengan sesuatu yang tidak disukai. Yakni dengan
masalah-masalah rumit yang tidak disukai oleh nafsu. Akan tetapi seseorang
memerlukan kesabaran dalam ketaatan kepada Tuhannya. Dan ia termasuk bentuk
kesabaran yang agung. Dan menjaga untuk melakukan kebaikan agar mendapatkan
taufik dari Allah. sungguh Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا
الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، وَمَنْ
يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ

رواه
الطبراني في الاوسط (
2663
) وحسنه
الألباني.

“Sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, sesungguhnya sifat
hilm (lemah lembut) dengan belajar berlemah lembut, barangsiapa yang mencari
kebaikan, maka akan diberikan. Dan barangsiapa menjaga kejelekan, maka dia
akan dilindungi.’ HR. Tobroni di ‘Al-Ausath, 2663 dan dihasankan oleh
Al-Albany.

Silahkan
melihat soal jawab no. 12838.

Wallahu’alam .

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android