Saya menerima surat dari salah seorangg saudara yang dia kutip dari ucapan salah seorang syekh. Isinya adalah, “Perhatikanlah, apakah nikmat yang paling besar yang Allah berikan kepada kita?! Apakah harta, apakah dia kedua orang tua, ataukah dijauhkan dari melihat maksiat?! Sesungguhnya nikat terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah bahwa Tuhanku adalah Tuhan kita, yang memiliki manfaat dan bahaya, yang di Tangannya segala sesuatu, yang kita bermaksiat kepada-Nya namun Dia memaafkannya dan membiarkan kita?!” Apakah benar bahwa nikmat terbesar yang diberikan kepada kita adalah bahwa Allah Tuhan kita?! Bolehkan kita mengatakan bahwa Allah adalah nikmat terbesar. Apakah ada perbedaan apabila kita mengatakan Allah adalah nikmat dengan (mengatakan) bahwa nikmat adalah tuhan kita Allah? Jazaakumullah khairan.
Iman Kepada Allah Merupakan Nikmat Yang Paling Besar
Pertanyaan: 161047
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Tidak diragukan lagi bahwa nikmat Allah yang paling besar terhadap hamba-Nya adalah nikmat hidayah dalam agamaNya yang telah Dia pilihkan untuk hambanya serta Dia perintahkan untuk memeluknya.
Allah Ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا (سورة المائدة: 3)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” SQ. Al-Maidah: 3.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar terhadap umat ini. Yaitu dengan Dia menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak lagi membutuhkan agama selain itu dan juga tidak membutuhkan nabi selain nabi mereka, semoga shalawat dan salam terlimpahkan untuk mereka. Karena itu Alalh menjadikannya (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) sebagai akhir para nabi dan diutus untuk jin dan manusia. Tidak ada yang halal kecuali apa yang dia halalkan, tidak ada yang haram kecuali apa yang dia haramkan, tidak ada agama kecuali apa yang dia ajarkan. Semuanya telah dia sampaikan. Beliau adalah orang yang benar dan jujur, tidak ada dusta dan penipuan padanya. Sebagaiman firman Allah Ta’ala,
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا [سورة الْأَنْعَامِ: 115]
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (QS. Al-An’am: 115)
Maksudnya adalah benar dalam penyampaiannya dan adil dalam perkara perintah dan larangan. Ketika agama telah disempurkan bagi mereka, maka berarti nikmat telah disempurnakan kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/26)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata,
“Nikmat Allah yang paling besar terhadap mereka adalah perintahnya kepada mereka untuk beriman dan hidayah yang dia berikan kepada mereka. Merekalah orang yang paling besar nikmatnya secara mutlak yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
( اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ )
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
(Jami’ul Masa’il, 4/284)
Beliau juga berkata, “Di antara nikmat Allah yang paling besar terhadap mereka dan paling mulia adalah diutusnya para rasul kepada mereka dan diturunkan kitab-kitabnya kepada mereka serta dijelaskannya kepada mereka jalan yang lurus. Seandainya tidak ada itu semua, maka manusia bagaikan binatang, bahkan lebih buruk dari itu keadaannya. Siapa yang menerima ajaran Allah dan istiqamah, maka dia adalah sebaik-baik makhluk dan siap yang menolaknya maka dia adalah seburuk-buruk makluk, dan keadaannya lebih buruk dari anjing, babi dan seluruh hewan.” (Majmu Al-Fatawa, 19/100)
Maka jelaslah bahwa nikmat paling besar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya adalah diberi taufiq untuk beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya serta berkomitmen terhadap agama dan syariatnya. Jika Allah Jalla Jalaaluhu adalah Tuhan bagi seluruh makhluk, Dia yang menciptakan mereka dan mengatur segala urusan mereka, Dia pula Maha Pemurah dan Pemaaf serta tidak segera menurunkan azabnya kepada hamba-Nya atas kezaliman dan apa yang diperbuat tangan mereka, sesungguhnya itu merupakan nikmat bagi siapa yang mengenalnya, dan beriman kepadanya dan mengikuti hidayahnya. Adapun bagi yang kufur terhadapnya dan terpedaya oleh permaafan-Nya dan penutupannya agar tidak terbongkar aibnya sehingga dia berani berbuat maksiat, sesungguhnya itu merupakan musibah dan bahaya dan akan semakin menambah azabnya. Bahkan termasuk nikmat dunia seperti rizki dan kesehatan, harta dan anak serta yang semacamnya. Itu semua menjadi nikmat yang hakiki bagi siapa yang bersyukur terhadapnya dan mengetahui kedudukannya, bukan bagi siapa yang kufur terhadapnya dan bermaksiat kepada Allah dengan nikmat-nikmat tersebut.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Nikmat Allah yang paling besar terhadap hamba-Nya adalah nikmat iman. Dia adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, bertambah dengan taat dan kebaikan, berkurang dengan kefasikan dan kemaksiatan. Setiap kali bertambah amal seseorang, bertambah pula keimanannya. Inilah iman yang hakiki yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
هدنا الصِّرَاط الْمُسْتَقيم صِرَاط الَّذين أَنْعَمت عَلَيْهِم
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Apakah nikmat dunia termasuk nikmat atau tidak?! Di dalamnya terdapat dua pendapat ulama di kalangan kami dan selainnya. Kesimpulannya adalah bahwa di merupakan nikmat dari satu sisi, meskipun bukan nikmat sempurna dari semua sisi. Adapun nikmat agama dan orang yang melaksanakan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang dilarang, maka padanya terdapat kebaikan seluruhnya. Itulah nikmat yang hakiki menurut Ahlussunnah. Karena menurut mereka bahwa Allah-lah yang memberikan kebaikan seluruhnya.” (Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mishriah, no. 268)
Kesimpulannya, bahwa nikmat yang paling besar terhadap hamba-Nya adalah diberinya mereka taufiq untuk mengenal dan bertauhid kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya serta berkomitmen terhadap syariatnya. Adapun nikmat dunia akan menjadi nikmat apabila digunakan pada jalan haq dan ditempatkan sesuai tempatnya serta digunakan untuk membantu dirinya dalam rangka taat kepada Tuhannya.
Wallahua’lam.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam