Saya mendapatkan hadits berikut via HP dan saya ingin tahu keshahihannya. Dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Siapa yang mengucapkan di bulan Rajab ‘Astaghfirullah laa ilaaha illaa huwa’ wahdahu laa syariika lah wa atuubu ilaih.” Sebanyak 100x dan menutup dengan sedekah. Maka Allah akan menutup akhir kehidupannya dengan rahmat dan ampunan. Dan siapa yang membacanya sebanyak 400x, Allah akan catat baginya pahala seratus syahid.” Mohon penjelasannya, jazaakumullah khairan.
Hadits “Siapa yang mengucapkan di bulan Rajab ‘Astaghfirullah laa ilaaha illaa huwa’ Adalah Palsu
Pertanyaan: 171509
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Hadits ini tidak ada landasannya dalam Alquran dan Sunah serta atsar. Periwayatannya tidak dikenal di kalangan ulama, bahkan tidak terdapat dalam kitab-kitab yang membahas hadits-hadits dusta dan palsu.
Yang kami dapatkan, hadits ini berasal dari kitab-kitab kalangan Syiah yang penuh dengan riwayat dusta tanpa sanad dan tanpa landasan. Riwayat ini disebut oleh Thawus, Ali bin Musa bin Ja’far, yang wafat tahun 664 H dalam kitabnya, “Iqbalul A’mal” (3/216). Kami tidak dapatkan hadits ini pada kitab Syiah yang lebih lama.
Ibnu Thawus sendiri menyebutkannya tanpa sanad, dia berkata, “Apa yang kami sebutkan terkait dengan keutamaan istighfar, tahlil dan taubat di bulan Rajab, kami dapatkan bahwa hal tersebut diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa wa aalihi bahwa beliau bersabda, “Siapa yang mengucapkan di bulan Rajab, “Astaghfirullah allazii laa ilaaha illaa huwa, laa syariikalahu wa atuubu ilaih, sebanyak 100x, lalu ditutup dengan sadaqah, maka Allah akan beri akhir kehidupannya dengan rahmat dan ampunan. Siapa yang membacanya sebanyak 400x, Allah akan catat untuknya pahala seratus orang syahid. Jika dia berjuma Allah pada hari kiamat, Allah akan berkata kepadanya, ‘Engkau telah mengakui kerajaanKu, maka beranganlah sesukamu, maka Aku akan berikan, sesungguhnya tidak ada yang berkuasa selain Aku.”
Sebagian kitab lainnya juga mengutip darinya, seperti “Wasa’ilul Syiah, 10/484, oleh Al-Hur Aamili, wafat tahun 1104 H, dan lainnya.
Dengan demikian jelaslah tanda-tanda kepalsuan hadits ini,
Pertama: Haditsnya ini tidak ada sanadnya.
Kedua: Hadits ini hanya diriwayatkan oleh kitab-kitab Syiah. Dari kitab-kitab merekalah hadits ini dipopulerkan di beberapa grup milist dan situs-siitus internet. Karena itu hendaklah berhati-hati dengan hadits-hadits yang beredar di beberapa milist, boleh jadi sumbernya adalah kitab-kitab Syiah yang dusta.
Ketiga:
Hadits tentang keutamaan-keutamaan bulan Rajab hendaknya disimpan saja. Wajib berhati-hati dengan seluruh riwayat dalam bab ini. Banyak di dalamnya hadits palsu, sehingga sebagian ulama mengarang karangan khusus, seperti Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya, “Tabyinul Ujab Bimaa Warada Fi Fadhli Rajab” (Menjelaskan Keanehan Terhadap Riwayat Tentang Keutamaan Bulan Rajab). Dalam kitab ini beliau berkata, “Tidak terdapat keutamaan bulan Rajab, apakah dalam puasanya, tidak terdapat keutamaan puasa khusus di dalamnya juga tidak ada keutamaan qiyamullail secara khusus, tidak ada satupun hadits shahih yang dapat dijadikan argument. Telah mendahului saya menegaskan hal ini imam Abu Ismail Al-Harawi Al-Hafiz. Kami riwayatkan darinya dengan sanad yang sahih, demikian pula kami riwayatkan dari selainnya. Akan tetapi, yang terkenal adalah bahwa sebagian ulama mentolerir meriwayatkan hadits-hadits dalam fadhailul a’mal walaupun lemah selama tidak palsu. Namun demikian, walau begitu, pelakunya harus meyakini bahwa hadits itu dhaif serta tidak mempublikasikannya agar orang-orang tidak terbiasa mengamalkan hadits dhaif, agar tidak menjadi syariat padahal dia bukan syariat, atau sebagaian orang yang tidak paham menganggap bahwa hal itu adalah sunah yang shahih.” (Tabyiinul Ujab, hal. 11)
Keempat:
Keanehan dalam pahala. Karena amal yang ringan di bulan Rajab diganjar dengan pahala seratus orang mati syahid. Hal seperti ini tidak terdapat dalam ajaran syariat yang shahih.
Wallahua’lam.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam