Unduh
0 / 0

Menjelaskan Tentang Luasnya Surga Seluas Langit dan Bumi

Pertanyaan: 201529

Allah –subhanahu wa ta’ala- mensifati surganya bahwa luasnya seluas langit dan bumi. Pertanyaan saya adalah sebagaimana diketahui bahwa langit itu sudah sangat luas bahkan lebih luas beberapa kali lipatnya bumi. Maka apa manfaatnya dimasukkannya bumi dalam sifat surga tersebut ?

Sebagai contoh dari pernyataan seseorang: Luas Rusia lebih besar dari pada Saudi dan Riyadh, maka apa manfaatnya memasukkan kota Riyadh dalam perbandingan di atas, yang sebenarnya tidak mempunyai manfaat apapun, karena Riyadh sudah menjadi bagian dari Saudi.

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Allah –ta’ala- berfirman:

وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (سورة آل عمران:  133).

“Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran: 133)

Dalam firman-Nya yang lain
Allah menyatakan:

سَابِقُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ (سورة الحديد:
21) .

“Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-rasul-Nya”. (QS. al Hadid: 21)

Al Qurthubi –rahimahullah-
berkata:

“Para ulama berbeda pendapat
ketika mentafsiri ayat di atas, Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- berkata:
Dipertemukannya langit dan bumi satu sama lain sebagaimana pakaian yang
hasil dari sambungan satu dengan yang lainnya, maka itulah lebarnya surga,
dan tidak ada yang mengetahui panjangnya kecuali Allah, inilah pendapat
jumhur yang tidak bisa dipungkiri.

Kelompok kedua berkata: “Ayat
di atas sesuai dengan isti’arah yang juga dipakai oleh orang Arab. Maka
ketika surga itu sangat luas maka termasuk ungkapan baik mengukurnya dengan
luasnya langit dan bumi, sebagaimana perkataan anda pada seseorang: ini
adalah lautan. Dan pada seseorang yang sudah tua: ini adalah gunung. Ayat di
atas tidak bermaksud membatasi luasnya surga, namun ayat itu mengingatkan
bahwa langit dan bumi itu adalah sesuatu yang terluas yang pernah dilihatnya.
(Tafsir al Qurtubi: 4/204-205)

Ibnu ‘Asyur –rahimahullah
berkata:

“Penyebutan langit dan bumi
ini sesuai dengan kebiasaan orang-orang Arab dalam mencontohkan sangat
luasnya sesuatu. Yang dimaksud bukanlah luasnya langit dan bumi yang
sebenarnya. Dikatakan: bahwa luasnya yang sebenarnya. Surga tersebut
sekarang sudah diciptakan, akan tetapi lebih besar dari langit, dan letaknya
di atas langit dan di bawah ‘Arsy”.

Asy Syaukani –rahimahullah-
berkata:

”Makna ayat di atas memiliki
perbedaan pendapat, jumhur ulama berpendapat: Dipertemukannya langit dan
bumi satu sama lain sebagaimana pakaian yang hasil dari sambungan satu
dengan yang lainnya, maka itulah luasnya surga. Namun perlu diperhatikan
dari sisi panjangnya; karena panjangnya biasanya lebih banyak dari pada
lebarnya.

Pendapat lain mengatakan:
“Bahwa ayat di atas sesuai dengan kebiasaan orang Arab dalam mengggunakan
isti’arah, jadi bukan berarti makna yang sebenarnya; yaitu karena surga itu
sangat luas sekali, maka dari sisi mubalaghah diungkapkan dengan luasnya
langit dan bumi; karena keduanya adalah makhluk Allah yang paling luas, maha
suci Allah dari ilmu yang diketahui oleh hamba-hamba-Nya, bukan lah
menunjukkan batas teritori surga”. (Fathul Qadiir: 1/437) bisa dibaca juga:
(At Tahrir wat Tanwir: 4/89)

Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa para ulama memiliki dua pendapat dalam mentafsiri ayat di atas:

Jumhur: Bahwa maksudnya
adalah lebar/luas yang sesungguhnya, namun mengingatkan kepada kita akan
panjangnya. Sedangkan pendapat kedua adalah bahwa ayat di atas menjelaskan
tentang begitu luasnya surga tanpa menyebutkan lebar dan panjangnya, akan
tetapi sesuai dengan kebiasaan orang Arab dalam pembicaraan mereka.

Bagaimanapun perkara tersebut,
tidak ada kaitannya contoh yang disebutkan dalam pertanyaan di atas dengan
masalah ini. Kota Riyadh yang dicontohkan termasuk bagian dari Saudi,
sedangkan langit dan bumi dua hal yang berdiri sendiri.

Memang demikian kebiasaan
penjelasan yang bersifat syar’i ketika menjelaskan tentang makna dari
hal-hal yang ghaib melalui bahasa yang difahami oleh masyarakat dan biasa
mereka pakai pada ucapan sehari-hari. Tidak diragukan lagi bahwa penyebutan
bumi yang mereka ketahui, mereka saksikan luasnya dan ujungnya seakan tidak
berbatas, yang demikian ini akan lebih mendekatkan pemahaman pada makna yang
dimaksud.

Maka menjadi kewajiban anda –wahai
hamba Allah- untuk diketahui bahwa perbedaan antara kalamullah –Jalla
Jalaaluh- dan kalamul basyar (bahasa manusia) seperti perbedaan antara Allah
dan makhluk-Nya. Kalamullah tidak ada perbedaan di dalamnya, tidak ada  aib,
kekurangan dari sisi keindahan, kuatnya bahasa dan kefasihannya yang sesuai
dengan kalam yang paling mulia. Kapan pun seorang hamba tidak mampu
memahaminya atau kurang memahaminya maka yang menjadi kewajibannya adalah
menyalahkan pemahamannya, akal, ilmu dan perasaan (dalam berbahasa), dan
hendaknya mengembalikan kesulitannya kepada yang lebih mengetahui, atau
diwakilkan kepada keluarga atau sahabatnya.

Silahkan dibaca juga jawaban
soal nomor: 127816.

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android