Unduh
0 / 0
2966106/10/2013

Kata Sambung Dengan ( ثم ) Tidak Selalu Menunjukkan Urutan Waktu

Pertanyaan: 202879

Mari kit abaca dua ayat 54 dan 55 dari surat al Baqarah berikut ini:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ * وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ ) سورة البقرة: 54 ، 55 (

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 54-55)

Dan tidak membutuhkan diskusi, karena sudah jelas bahwa kejadian menjadikan anak sapi untuk sesembahan, sebelumnya kejadian tentang halilintar yang menyambar bani Israil, yang memungkinkan bagi anda semua untuk merujuk kepada banyak tafsir yang anda mau untuk referensi. Maka mari sekarang kita bandingkan dengan yang tertera di dalam surat an Nisa’ ayat 153:

يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُوا مُوسَى أَكْبَرَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالُوا أَرِنَا اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَنْ ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَانًا مُبِينًا ؟!

“Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: “Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata”. (QS. An Nisa’: 153)

Maka bagaimana kemungkinannya kejadian tersebut ?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Huruf ‘athf (kata sambung): “
ثم
 “ meskipun menunjukkan adanya urutan di antara huruf ‘athf
yang lain, namun tidak selalu menunjukkan urutan waktu saja, hingga
dikatakan pada semua kalimat yang disebutkan sebelumnya adalah merupakan
waktu yang sudah lama daripada yang disebutkan setelahnya. Akan tetapi
kadang-kadang memang menunjukkan urutan waktu, namun kadang-kadang juga
menunjukkan urutan secara makna, kadang-kadang juga menunjukkan urutan
berita dengan menyebutkan yang terpenting dari banyak perkara kemudian yang
baru yang penting, sebagaimana yang dikatakan oleh Sibawaih –rahimahullah-:

“Seakan mereka mendahulukan
sesuatu yang penjelasannya lebih penting menurut mereka, sedangkan mereka
dengan penjelasannya sudah cukup. Jika keduanya mementingkan dan
memperhatikan mereka”. (al Kitab/Sibawaih: 1/34) lihat juga di (Bada’iil
Fawaid: 1/61).

Ar Radhi dalam “Syarh Kafiyah”:
4/390 berkata: “Terkadang huruf (
ثم 
) dipakai untuk menunjukkan urutan penyebutan saja, dan dengan meningkat
sedikit-sedikit sampai ke atas, dan disebutkan yang lebih utama kemudian
yang lebih utama lagi tanpa melihat adanya jeda waktu dan jauhnya tingkatan
tersebut, juga bukan menunjukkan urutan waktu yang kedua setelah yang kesatu,
bahkan bisa jadi sebaliknya, sebagaimana syair berikut ini:

إن من ساد ثم
ساد أبوه * ثم قد ساد قبل ذلك جده

“Sesungguhnya barang siapa
yang menjadi pemimpin, kemudian yang memimpin adalah bapaknya # Kemudian
kakeknya sudah menjadi pemimpin sebelumnya”.

Maksudnya adalah urutan
tingkatan sesuatu yang dipuji, maka ia memulai dengan kepemimpinannya,
kemudian dengan kepemimpinan bapaknya, kemudian dengan kepemimpinan kakeknya;
karena kepemimpinan dirinya lebih khusus, kemudian bapak, lalu kakeknya,
meskipun kepemimpinan bapaknya lebih dulu dari sisi waktu dari pada
kepemimpinan dirinya, maka kata:
( ثم )
(kemudian) di sini sama dengan huruf:
( فـ )
pada firman Allah:

فبئس مثوى
المتكبرين

“Maka itulah seburuk-buruk
tempat bagi orang-orang yang sombong”. (QS. Ghafir: 76)

Maka bisa jadi kata

( ثم )
 dan
( فـ )
juga hanya untuk tahapan bertingkat pada derajat tertentu, meskipun yang
kedua tidak disebutkan secara urut setelah yang pertama, karena penyebutan
yang pertama secara redaksional seperti: 
بالله
فبالله atau 

والله ثم والله
dan firman Allah –ta’ala-:

وما أدراك ما
يوم الدين * ثم ما أدراك ما يوم الدين

“Tahukah kamu apakah hari
pembalasan itu?, Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?”.
(QS. al Infithar: 17-18)

كلا سوف
تعلمون * ثم كلا سوف تعلمون

“Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui”. (QS. Takatsur: 3-4)

Baca: “Al Kitab” karangan
Sibawaih: 3/501.

Al Farra’ –rahimahullah-
berkata untuk mensikapi masalah yang ada pada ayat di atas.

Firman Allah:

ثم اتخذوا
العجل

bukan ma’thuf (istilah
gramatika bahasa arab) pada firman Allah:

فأخذتهم
الصاعقة

Namun ma’thuf (dikaitkan)
dengan perbuatan mereka yang disebutkan di awal.

Disana juga ada sikap yang
lain, yaitu; anda menjadikan
( ثم )
sebagai berita lanjutan setelah terputus sebelumnya. Karena tekadang orang
Arab memulai berita lanjutan sesudah terputus dengan kata:
( ثم )
. Dan kata kerja setelah kata tsumma telah disebutkan sebelumnya, di antara
contohnya adalah: anda mengatakan pada seseorang:

قد أعطيتك
ألفًا ، ثُمَّ أعطيتك قبل ذَلِكَ مالا

“Saya telah memberi anda
seribu, padahal sebelumnya saya juga telah memberi anda harta”.

Maka kata
( ثم )
di sini adalah ‘athf (kata sambung) pada berita yang sudah terjadi, sekan ia
berkata:

أخبرك أني
زرتك اليوم ، ثُمَّ أخبرك أني زرتك أمس

“Saya mengabarkan pada anda
bahwa saya telah mengunjungi anda hari ini, lalu kami juga memberitahu anda
bahwa saya telah mengunjungi anda kemarin”.

(Ma’ani Qur’an: 1/396)

Ayat yang serupa dengan ayat
di atas adalah firman Allah yang berbunyi:

فَإِذَا
أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ
وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ
الضَّالِّينَ * ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (سورة البقرة:
198،
(199

“Maka apabila
kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam.
Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya
kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang
yang sesat. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang
banyak (`Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al Baqarah: 198 – 199)

Al Qurtubi –rahimahullah-
berkata: “ Kata “Tsumma”
( ثم )
pada ayat ini tidak menunjukkan urutan, namun untuk menyambung kalimat yang
sebelumnya terputus”. (Tafsir al Qurtubi: 2/427)

Asy Syinqithi –rahimahullah-
berkata: “Kata “Tsumma”
( ثم )
untuk menunjukkan urutan penyebutan, yaitu: menyambung kalimat dengan
kalimat sebelumya. Dan urutannya penyebutannya secara umum saja”. (Adhwaul
Bayan: 1/90)

Firman Allah yang lain juga:

فَلَا
اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ * فَكُّ رَقَبَةٍ
*

أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ * يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ * أَوْ
مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ * ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (سورة البلد:
11 – 17(

“Maka tidakkah sebaiknya
(dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. Tahukah
kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari
perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang
ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk
orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling
berpesan untuk berkasih sayang”. (QS. Al Balad: 11-17)

Ibnul Jauzi –rahimahullah-
berkata:

“Kata “Tsumma”
( ثم )
di sini menunjukkan jeda pada urutan bukan pada masalah waktu, di sana juga
memberi isyarat bahwa iman lebih lebih tinggi dari pada memerdekakan budak,
memberi makan, dan tidak cocok kalau urutannya dalam masalah waktu; karena
iman tidak harus setelah memerdekakan dan memberi makan, dan tidak diterima
perbuatan tertentu kecuali dengan iman”. (Tafsir Ibnul Jauzi: 2/485)

Maksud dari semua yang
disebutkan di atas adalah bahwa ‘athf (istilah gramatika bahasa arab) yaitu;
menyambung dengan kata sambung
( ثم )
memiliki beberapa macam, tidak hanya menunjukkan urutan waktu saja.

Atas dasar inilah bahwa pada
beberapa ayat pada surat al Baqarah, Allah menunjukkan aib, pertentangan dan
kehinaan mereka.

Adapun pada surat an Nisa’,
ketika mereka bertanya kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- agar
Allah menurunkan kepada mereka kitab dari langit, maka Allah menyebutkan
keadaan mereka pada masa lalunya cocok dengan kerusakan mereka pada masa
depannya, dengan bertanya kepada Musa –‘alaihis salam- dengan hal yang lebih
besar dari pada itu dengan berkata:

أرنا الله
جهرة . فأخذتهم الصاعقة

“Mereka berkata: “Perlihatkanlah
Allah kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena
kezalimannya”.

Maka penyebutan pertanyaan
mereka ini cocok dengan apa yang telah mereka minta sebelumnya yaitu;
diturunkannya kitab kepada mereka, maka memperhatikan hal ini lebih
diutamakan karena kecocokan ini; hal ini akan memberikan penjelasan kepada
mereka bahwa mereka sebenarnya menginginkan kesulitan dan kerusakan, bukan
menginginkan hidayah; juga di antara hikmahnya adalah meringankan beban Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika beliau mengetahui bahwa ternyata
mereka pernah meminta kepada Rasulnya sesuatu yang lebih besar.

Kemudian setelah itu
dijelaskan bahwa mereka memang keras kepala dan sulit (dikendalikan), dalam
firman Allah:

ثُمَّ
اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ

“…dan mereka menyembah anak
sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata”. (QS. An Nisa’:
153)

Maka kata
( ثم )
dipakai untuk mengurutkan kejadian dari mulai yang terpenting sampai yang
penting saja, dan yang lebih sesuai dengan yang sesuai, bukan bertujuan
untuk mengurutkan waktunya.

Bisa juga dilihat pada
jawaban soal nomor: 125716

Wallahu ta’ala a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android