Apa nasehat anda kepada seseorang yang menyebarkan di media sosial gambar tumbuhan yang berbentuk “Laailahaillah” atau seekor domba yang bertuliskan kata: “Muhammad”, ia pun mengatakan jangan keluar sebelum anda berucap: “Subhanallah” atau menaruh gambar menakutkan sambil ditulis, yang suka dengan syetan dan tidak peduli. Kalau yang menyukainya menulis ‘Allahu Akbar’ dan selebaran semisal ini.
Pendapat Sebagian Orang: Janganlah Keluar Sampai Berucap Subhanallah, atau Jika Anda Tidak Mengatakan Begini, Maka Berarti Anda Mencintai Syetan
Pertanyaan: 260904
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama:
Tidak boleh mengharuskan seseorang agar memberikan komentar atas status di dalam facebook atau dengan mengaguminya. Hal ini bentuk pemanfaatan yang buruk dari sarana yang memungkinkan akan mendatangkan manfaat untuk menyebar luaskan ilmu dan kebaikan, sebagaimana yang kami jelaskan pada jawaban nomor: 101317.
Menakut-nakuti orang dan menjadikan orang yang tidak komentar pada status termasuk mencintai syetan, perbuatan mungkar, kebohongan kepada orang, mengucapkan sesuatu tentang Allah tanpa ilmu, dan mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Tidak ada sesuatu yang mewajibkan seseorang untuk mengucapkan: “Subhanallah” jika ia melihat apa yang dikaguminya, atau dengan berkata: “Allahu Akbar” jika ia melihat apa yang tidak ia kagumi.
Allah –Ta’ala- telah mencela orang yang mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu, seraya berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
الأعراف/33 .
“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al A’raf: 33)
Oleh karenanya, maka jalan yang benar kepada orang yang melakukan hal itu adalah pertama kali dengan menasehatinya, jika ia menerima maka sudah cukup, jika tidak maka sebaiknya tidak perlu dihiraukan dengan apa yang ia sebarkan pada bab ini, atau dengan memblok pertemanannya sebagai hukuman baginya.
Kedua:
Tidak selayaknya merasa tertipu dengan status yang bergambar tumbuh-tumbuhan, atau binatang yang diklaim tertulis di atasnya nama Allah, atau nama Nabi-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- karena kebanyakan gambar itu tidak benar, akan tetapi itu dilakukan oleh orang-orang yang dengki untuk mengolok-ngolok keyakinan umat Islam kepada beliau, atau sebagian orang ingin menyebarkan kebaikan dengan cara berdusta, seperti halnya orang yang memalsukan hadits-hadits palsu agar masyarakat cinta kepada kebaikan.
Maka seharusnya mengikuti manhaj syar’i dalam berinteraksi dengan berita-berita yang ada, tidak membenarkan kecuali yang dinukil oleh mereka yang terpercaya, tidak disebarluaskan ke banyak orang, kecuali setelah penyebarnya ini yakin akan kebenaran berita tersebut, berdasarkan sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
رواه مسلم برقم (5(
“Cukuplah kedustaan bagi seseorang, jika membicarakan semua yang apa yang didengarnya”. (HR. Muslim: 5)
An Nawawi –rahimahullah- berkata di dalam syarahnya hadits di atas:
“Jika hal itu sudah bisa dipastikan berasal dari berita yang jujur, maka hal itu termasuk dalam kategori ayat-ayat yang diingatkan oleh Allah kepada para hamba-Nya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
فصلت/53.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”. (QS. Fushsilat: 53)
Baca juga untuk penjelasan lebih lanjut pada jawaban soal nomor: 107775
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam