Unduh
0 / 0

Keabsahan Berakhlak Dengan Apa Yang Dicintai Oleh Allah Dari Akhlak Itu, Termasuk Arti Dari Nama Dan Sifat-Nya

Pertanyaan: 26348

Saya mendengar sebagian khatib Jumat menganjurkan agar kita bersifat dengan sifat-sifat Allah serta berakhlak dengan akhlak-Nya. Apakah ungkapan seperti itu dibenarkan dan apakah adalah ulama yang pernah mengatakan demikian?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Ungkapan yang anda sebutkan tidak pantas, akan tetapi dia
memiliki sisi yang benar, yaitu agar kita berakhlak dengan sebagian
kandungan sifat-sifat Allah. Yaitu
dengan memperhatikan sifat-sifat yang bagus dipraktekkan oleh makhluk.
Berbeda dengan sifat-sifat khusus bagi Allah, seperti ‘Pencipta’, ‘Pemberi
rizki’, ‘Tuhan’, dan semacamnya. Karena sifat-sifat itu tidak mungkin
dimiliki makhluk dan tidak dibenarkan jika ada yang mengaku memilikinya.
Demikian pula halnya dengan nama-nama yang serupa dengan itu. Yang dimaksud
dengan meniru sifat-Nya adalah sifat-sifat yang Allah suka jika ada
hamba-Nya yang memiliki sifat dengan apa yang terkandung pada sebagian
sifat-Nya, seperti ilmu, kuat dalam kebenaran, kasih sayang, pemaaf,
dermawan, mulia, pemaaf dan semacamnya. Maka Allah Ta’ala maha mengetahui,
Dia menyukai ilmu, Dia dermawan menyukai orang-orang yang dermawan, Dia
kuat, mencintai mukmin yang kuat melebih cinta-Nya kepada mukmin yang lemah.
Dia penyayang, menyayangi orang-orang yang memiliki kasih sayang. Dia
pemaaf, menyukai orang-orang yang suka memaafkan, dan sifat-sifat lainnya.
Akan tetapi Allah Ta’ala lebih sempurna dan lebih agung, bahkan tidak dapat
dibandingkan antara Dia dengan makhluk-Nya, karena tidak ada satupun yang
menyerupainya dalam sifat dan perbuatan-Nya, begitupula, tidak ada yang
menyerupai-Nya dalam dzat. Akan tetapi, cukuplah bagi sang makhluk untuk
mendapatkan sedikit dari makna sifat-sifat tersebut sesuai dengan kedudukan
dalam batasan syariat.  Akan tetapi, jika melampaui batas, dalam hal
kedermawanan misalnya, maka dia akan dikatakan sebagai pemboros, jika dia
melampui batas dalam kasih sayang, dapat membatalkan ketentuan hukum dan
peringatan syariat dan jika dia melampaui batas dalam pemberian maaf dapat
dikatakan menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Contoh-contoh ini
berlaku untuk sifat-sifat lainnya.

Al-Allamah Ibnu Qayim telah menyatakan
hal ini dalam kitabnya, “Al-Wabil Ash-Shayib” dan “Uddatush-Shabirin”.
Beliau nyatakan dalam kitabnya “Uddataush-Shabirin” hal. 310, “Karena Allah
memiliki sifat ‘الشكور’
(bersyukur) berdasarkan hakikat, maka makhluk yang paling Dia sukai adalah
yang memiliki sifat bersyukur, sebagaimana makhluk yang paling Dia benci
adalah yang menggugurkan sifat tersebut atau yang memiliki sifat
kebalikannya. Inilah kenyataan nama-nama Allah yang mulia, yang paling Dia
cintai adalah siapa yang bersifat dengan kandungan yang terkandung di
dalamnya. Maka yang paling Dia benci adalah apabila ada makhluk yang
memiliki sifat sebaliknya. Karena itu Allah membenci orang kafir, orang
zalim, orang bodoh (agama), orang yang keras hatinya, bakhil, penakut, hina
dan tercela. Dan Allah indah, menyukai keindahan, Dia Maha mengetahui,
mencintai para ulama, dia maha penyayang, mencintai para penyayang, Dia Maha
berbuat baik, mencintai orang-orang yang berbuat baik, Dia maha menutupi aib
mencintai orang yang suka menutupi aib, Dia maha kuasa, mencela sikap lemah,
Dia lebih mencintai mukmin yang kuat dibanding mukmin yang lemah, Dia maha
pemaaf, suka permaafan, dia ganjil, suka (ibadah) yang ganjil. Apa yang
disukainya, maka semua itu pengaruh dari nama dan sifat-sifat serta
kandungan yang terkandung di dalamnya, sedangkan yang dia benci, maka dia
adalah yang bertentangan dengan nama dan sifat-Nya.” 

Kemudian dia berkata dalam “Al-Wabil
Ash-Shayyib” pada halaman 43, “‘الجود’
(dermawan) termasuk di antara sifat-sifat Allah Jalla Jalaaluh. Dia maha
pemberi, tidak mengambil, memberi makan tidak diberi makan, Dia adalah
paling derwaman di antara para dermawan, Dia yang paling mulia di antara
yang memiliki kemuliaan. Makhluk yang paling Dia cintai adalah yang memiliki
sifat-sifat yang terkandung dalam sifat-sifat-Nya. Maka dia mulia, mencintai
hamba-hamba-Nya yang mulia, Dia maha mengetahui, mencintai para ulama. Dia
berkuasa mencintai orang-orang yang berani. Dia indah menyukai keindahan.”
Saya berharap apa yang saya sebutkan sudah cukup dan dapat mendatangkan
kesimpulan. Saya mohon kepada Allah, semoga kita diberikan pemahaman dalam
masalah agama dan menunaikan seluruh hak-haknya, sesungguhnya Dia Maha
Mendengar dan Maha Dekat. Alhamdulillahi rabbil aalamiin.

Refrensi

Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syekh Bin Baz rahimahullah. Lihat 1/133)

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android