Pada beberapa hari ini banyak orang yang membicarakan tentang shalat sunnah khusus yang memungkinkan dilaksanakan pada saat qiyamullail, yang terdiri dari 2 raka’at. Pada setiap rakaat setelah membaca Al Fatihah, anda harus membaca surat Al Ikhlas tujuh kali, setelah sholat dan wajib menahan diri tidak berbicara kepada siapapun, lalu anda harus mengatakan: Astaghfirullah wa atubu ilaihi (Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya) sebanyak 70 kali, mereka melakukan itu sebagaimana yang saya sebutkan di atas. Maka akan terhapus semua dosa mereka, dan juga banyak orang yang mengklaim bahwa ucapan ini dari Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhu-, maka apakah hal ini ada dasarnya ?
Tidak Ada Dasarnya di Dalam Sunnah Bagi Shalat Dua Raka’at Pada Saat Qiyamullail, Dengan Membaca di Dalamnya Surat Al Ikhlas Sebanyak Tujuh Kali
Pertanyaan: 275588
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama:
Kami tidak mengetahui ada suunah khusus dengan apa yang telah anda sebutkan terkait shalat di tengah sholat malam, dan membaca surat Al Ikhlas 7 kali, dan akan mendapatkan pahala seperti yang telah disebutkan.
Hukum asal dalam ibadah adalah given (pemberian), maka tidak disyari’atkan kecuali apa yang telah ditetapkan oleh dalil yang shahih.
Kedua:
Tidak disyariatkan ada dzikir khusus di antara shalat tarawih atau qiyamullail, dan mengkhususkan hal itu dengan dzikir tertentu, seperti; istighfar 70 kali termasuk bid’ah.
(Syeikh Muhammad Al ‘Abdari yang dikenal dengan sebutan Ibnu Al Hajj –rahimahullah- di dalam kitabnya (Al Madkhal):
Pasal Dalam Dzikir Setelah Dua Salam dari Shalat Tarawih.
“Dan sebaiknya baginya (maksudnya imam) untuk menjauhi apa yang mereka telah buat-buat dari dzikir setelah setiap dua salam dari shalat tarawih, termasuk mengangkat suara mereka, dan berjalan di bawah satu komando suara, maka hal itu semuanya termasuk bid’ah. Demikian juga dilarang ucapan seorang mu’adzin setelah dzikir mereka setelah dua salam dari shalat tarawih: "الصلاة يرحمكم الله" (Ayo shalat semoga Allah merahmati anda semua); maka hal ini hal baru (bid’ah) juga. Dan yang baru dalam agama itu dilarang. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, kemudian para khulafaur Rasyidin setelahnya, kemudian para sahabat –radhiyallahu ‘anhum-, dan tidak satu pun dari generasi salaf menyebutkan bahwa mereka melakukan hal itu, maka kita bisa melakukan apa yang mereka telah bisa lakukan”. Selesai. (Al Madkhal: 2/293)
Wallahu A’lam
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam