Saya ingin mengetahui makna cara Allah mendengar dan Allah melihat? Apakah ketika kita mengatakan bahwa kita tidak mengetahui caranya maksudnya itu adalah bahwa gambaran yang kita lihat disekitar kita sebagai manusia bukan gambaran yang Allah Azza wa Jalla melihatnya begitu juga terkait dengan suara? Atau caranya itu ada sesuatu yang lainnya?
Maksud Dengan Cara Mensifati Yang Kita Tidak Mengetahuinya
Pertanyaan: 320575
Ringkasan Jawaban
Diantara nama-nama Allah Ta’ala adalah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dan diantara sifat-Nya adalah mendengar dan melihat. Kita mangimani dan meyakini hal itu, akan tetapi kita tidak mengetahui cara mendengar dan melihat-Nya sebagaimana kita tidak mengetahui cara sisi Dzat dan semua cara sifat-Nya. Maksudnya kita tidak mengetahui bagaimana cara Allah mendengar suara pada waktu yang sama dari sisi perbedaan logatnya. Kita juga tidak mengetahui bagaimana cara Allah melihat alam atas, alam bawah dan semua makhluknya dalam satu waktu.
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Allah Ta’ala Maha Mendengar dan Maha Melihat, pendengarNya luas dapat mendengar semua suara. Allah berfirman:
لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)", QS. Saba’: 3.
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. QS. Al-Mukmin: 19.
Diantara nama-nama-Nya adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dan diantara sifat-Nya adalah mendengar dan melihat. Kita mengimani dan meyakini akan hal itu, akan tetapi kita tidak mengetahui cara mendengar dan melihat-Nya. Sebagaimana kita tidak mengetahui bentuk Dzat-Nya dan cara semua sifat-Nya. Maksudnya kita tidak mengetahui bagaimana Allah mendengar suara dimana pada waktu yang sama (juga mendengar) berbagai macam logat yang ada. Dan kita juga tidak mengetahui bagaimana Allah melihat alam atas maupun bawah dan semua makhluk dalam satu waktu.
Kita juga tidak mengetahui bagaimana sifat mata, tangan wajah dan semisal itu. Kita juga tidak mengetahui separuh bentuk-Nya sebagaimana anda mengetahui bentuk dan gambar sifat semua makhluk. Kita tidak mengetahui mirip atau serupa sehingga kita bisa menganalogikannya. Maha tinggi Allah akan hal itu semuanya.
ليْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الشورى/11
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. QS. As-Syuro: 11.
Sehingga sebagian ulama’ salaf mengatakan secara umum ‘cara /takyif) dengan ‘menyerupakan /tasybih.
Imam Ishaq bin Rahawaih rahimahullah mengatakan,”Sesungguhnya menyerupakan (tasybih) ketika mengatakan tangan (Allah) seperti tangan (manusia) atau seperti tangan. Mendengar (Allah) seperti mendengar (Manusia) atau seperti mendengar. Kalau mengatakan,’(Allah) Mendengar seperti (Manusia) mendengar atau seperti mendengar maka ini adalah menyerupakan (tasybih). Sementara kalau mengatakan seperti apa yang Allah Ta’ala firmankan tangan, mendengar dan melihat. Tidak mengatakan ‘Bagaimana’ dan tidak mengatakan ‘seperti (Manusia) mendengar dan tidak mendengar seperti mendengar (Makhluk). Maka ini tidak termasuk penyerupaan (tasybih). Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam kitab-Nya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الشورى/11
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. QS. As-Syuro: 11.
Selesai dinukilkan oleh Imam Tirmizi di Sunanya, (3/41) cetakan Syakir.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Oleh karena itu sebagian orang mengatakan, kalau ada orang yang bertanya kepada anda, “Bagaiaman (Allah) turun, bagaimana bersemayam atau bagaimana (Dia) mengetahui, atau bagaimana (Allah) berbicara, menentukan dan menciptakan? Maka katakan kepadanya, “Bagaimana Dia pada Dirinya? Kalau dia mengatakan, “Saya tidak mengetahui Dzat-Nya. Maka katakan kepadanya, “Dan saya tidak mengetahui bagaimana sifat-Nya. Karena pengetahuan tentang cara sifat-Nya mengikuti pengetahuan cara yang disifati-Nya. Selesai dari kitab ‘Syarkh Hadits Nuzul, hal. 11.
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya tidak memberitahukan kepada kita tentang cara sifat-sifat-Nya ini. Maka tidak mungkin kita mengetahui caranya karena sarana-sarana untuk mengetahuinya tidak ada. Kalau sarana tidak ada maka tujuannya pun tidak ada. Maka kita mengatakan, “Kita tidak mungkin mengetahui cara sifat Allah, dan tidak diperbolehkan bertanya tentang caranya. Siapa yang bertanya tentang caranya, kita melarangnya. Karena pertanyaan tentang cara akan binasa. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:
هلك المتنطعون
“Binasa orang yang berlebih-lebihan.
Dan pertanyaan tentang cara termasuk berlebih-lebihan. Karena kalau sekiranya ada faedah untuk anda, pasti Allah dan Rasul-Nya akan menjelaskannya. Bahkan kita mengatakan, “Bahwa sampai kepada hakikat cara sifat Allah itu termasuk perkara mustahil. Karena seseorang lebih kecil dari melingkupi cara sifat Allah. selesai dari kitab ‘Syarkh Al-Aqidah As-Safariniyyah, hal. 289.
Sementara apakah Allah melihat kita seperti dalam gambar kita, apakah mendengar suara kita seperti diantara kita. Maka kita tidak perlu membahasnya akan hal itu, dan tidak perlu mencari apa yang kita tidak punya ilmunya. Akan tetapi perkataan ahli ilmu meniadakan pengetahui tentang caranya, maksudnya adalah makna yang pertama. Maksudnya cara mensifati-Nya dengan sifat atau hakekat sifat dan bentuk-Nya.
Secara umum, sesuatu yang ghoib dimana Allah tidak memberitahukan tentang hakekat dan bentuknya, maka kita tidak perlu membicarakan sedikitpun akan hal itu. Apalagi terkait dengan Dzat, Nama dan Sifat-Nya subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً الاسراء/36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. QS. Al-Isro’: 36.
Dan firman Allah juga:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْأِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ الاعراف /33
“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." QS. Al-A’raf: 33.
Wallahua’lam
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam