Ada perkataan ulama salaf bahwa Rajab adalah bulan menabur benih atau menanam. Pertanyaan saya adalah apa yang ditanam oleh seorang muslim?
Rajab Adalah Bulan Menanam
Pertanyaan: 332295
Ringkasan Jawaban
Yang terpenting hal ini adalah bersiap-siap dengan amal saleh sebelum datangnya bulan Ramadhan. Sehingga para ulama menjadikan bulan Rajab sebagai permulaan persiapan secara khusus untuk menhadapi bulan Ramadhan. Maka satu tahun diumpamakan suatu pohon yang terlihat rindang dedaunannya di bulan Rajab, lalu berbuah pada bulan Sya’ban, kemudian dipetik buahnya di bulan Ramadan. Maka setiap muslim hendaknya mempersiapkan amal kebaikan di bulan Rajab, lalu bertekad kuat memperbaiki serta melaksanakannya dengan sungguh-sungguh di bulan Sya’ban, agar dia dapat melakukan amal ibadah sebaik mungkin nanti di bulan Ramadhan.
Table Of Contents
Pertama: Bulan Rajab termasuk salah satu bulan Haram
Bulan Rajab adalah salah satu bulan Haram dimana Allah berfirman terkait dengannya:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ (سورة التوبة: 36)
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Bulan-bulan Haram adalah; Rajab, Zulqaidah, Zulhijah dan Muharam.Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4662 dan Muslim, no. 1679, dari Abu Bakrah radhiallanhu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun ada 12 bulan, di antaranya ada 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan Zulqaidah, Zulhijah dan Muharam, serta Rajab Mudhor, antara Jumadal (Tsani) dan Sya’ban.”
Bulan-bulan ini dinamakan dengan bulan haram karena dua hal:
- Diharamkan berperang di dalamnya kecuali jika musuh yang memulainya
- Jika melanggar sesuatu yang diharamkan di bulan ini, dosanya lebih berat dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Oleh karena itu, kita dilarang oleh Allah taala terjerumus dalam kemaksiatan di bulan-bulan ini. Sebagaimana Firman Allah Taala:
فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ (سورة ألتوبة: 36)
“maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Meskipun melakukan kemaksiatan dilarang, baik di bulan-bulan (yang diharamkan) ini maupun di bulan lainnya, hanya saja kemaksiatan di bulan-bulan ini sangat ditekankan pelarangannya.
As-Sa’dy dalam tafsirnya, hal. 373 mengatakan, (firman Allah Taala),
فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ (سورة ألتوبة: 36)
“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Ada kemungkinan, dhamir (kata ganti هن) kembali kepada dua belas bulan. Allah menjelaskan hal itu sebagai patokan bagi para hamba agar memakmurkannya dengan ketaatan, bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya dan dipergunakan untuk kebaikan para hamba. Maka berhati-hatilah jangan sampai melakukan kezaliman pada dirimu sendiri di dalamnya.
Ada kemungkinan juga, dhamir (kata ganti هن) kembali pada keempat bulan haram, sebagai larangan yang bersifat khusus agar jangan melakukan kezaliman di dalamnya dengan tetap melarang lakukan kezaliman pada setiap waktu. Karena (larangan) di bulan ini lebih berat dibandingkan dengan (bulan lainnya) dan melakukan kezaliman di dalamnya lebih berat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.”
Silahkan melihat jawaban no. 75394 .
Kedua: Bulan Rajab adalah awal persiapan menyambut Ramadan
Para ulama menyerupakan tahun dengan musim-musim kebaikan di dalamnya dengan beberapa perkara. Musim kebaikan yang paling agung adalah bulan Ramadan. Oleh karena itu agama menganjurkan untuk meningkatkan amal saleh di dalamnya.
Di antara perkara terpenting dalam hal ini adalah hendaklah seseorang mempersiapkan diri dengan amal saleh sebelum bulan ramadhan. Para ulama menjadikan bulan Rajab adalah permulaan persiapan secara khusus untuk menyambut Ramadhan. Setahun bagaikan sebuah pohon, dedaunan mulai tumbuh di bulan Rajab, lalu berbuah di bulan Sya’ban, kemudian memetik buahnya di bulan Ramadan.
Maka bagi seseorang hendaknya mempersiapkan amal saleh di bulan Rajab dan menjaga sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh di bulan Sya’ban, agar dapat menunaikan sebaik mungkin di bulan Ramadan.
Para ulama banyak mengungkapkan hal ini dengan berbagai redaksi, di antara ungkapan-ungkapan itu adalah:
“Rajab adalah untuk meninggalkan kesia-sian, Sya’ban bulan untuk beramal dan kesetiaan dan Ramadan untuk kejujuran dan kejernihan.”
“Rajab bulan taubat, Sya’ban bulan kecintaan dan Ramadan bulan pendekatan (kepada Allah).”
“Rajab bulan kehormatan, Sya’ban bulan pelayanan dan Ramadan adalah bulan kenikmatan.”
“Rajab bulan beribadah, Sya’ban adalah bulan kezuhudan dan Ramadan adalah bulan tambahan (ibadah).”
“Rajab adalah bulan Allah melipat gandakan kebaikan, Sya’ban adalah bulan menghapus kesalahan dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan).”
“Rajab adalah bulan orang-orang yang mendahului (dengan amal), Sya’ban adalah bulan orang yang lurus beramal dan Ramadan adalah bulan orang-orang berdosa (untuk kembali bertaubat).”
Zun Nun Al-Misry rahimahullah mengatakan, “Bulan Rajab adalah untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan, Sya’ban adalah bulan untuk mempergunakan ketaatan-ketaatan. Dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan). Siapa yang tidak meninggalkan kesalahan, tidak mempergunakannya dengan ketaatan-ketaatan, dan tidak menunggu karomah (kemuliaan) maka dia termasuk orang yang tersesat.”
Beliau –rahimahullah- juga berkata; “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram sementara Ramadan adalah bulan memanen. Semua akan memanen apa yang dia tanam dan mendapatkan balasan dari apa yang dilakukan. Siapa yang menyia-nyiakan kesempatan menanam, maka dia akan menyesal di waktu panen, hasilnya di luar harapan dan ujungnya adalah keburukan.”
Sebagian orang-orang saleh mengatakan, “Setahun bagaikan pohon, Rajab adalah hari-hari menyiramnya, Sya’ban adalah hari-hari berbuahnya. Dan Ramadan adalah hari-hari memanennya.” (Al-Gunyah, Al-Jailany, 1/326).
Ibnu Rajab dalam kitab ‘Lathaiful Ma’arif, (121) mengatakan, “Bulan Rajab adalah kunci bagi bulan kebaikan dan keberkahan (Ramadan).”
Abu Bakar Al-Waraq Al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyiram, dan bulan Ramadan adalah bulan memetik buahnya.” Beliau juga mengatakan, “Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan mendung dan bulan Ramadan seperti rintik hujan.”
Sebagian ulama mengatakan, “Setahun seperti pepohonan, Rajab adalah bulan menumbuhkan dedaunan, Sya’ban bulan menumbuhkan cabang dan Ramadan adalah bulan memanen. Orang-orang mukmin yang memanennya.
Penting diperhatikan bagi lembaran-lembarannya yang menghitam karena dosa-dosa, maka di bulan ini untuk memutihkannya dengan bertaubat. Kalau yang masih menyia-nyiakan umurnya dengan menganggur, maka hendaknya mempergunakan kesempatan ini pada sisa umurnya.
Putihkan lembaran hitam catatan amalan di bulan Rajab
Dengan amalan kebaikan yang menyelamatkan dari kobaran api neraka
Telah datang diantara bulan-bulan haram
Kalau ada orang yang berdoa kepada Allah, maka tidak akan merugi
Alangkah indahnya bagi seorang hamba yang membersihkan diri di dalamnya dengan amalan
Dan menahan diri dari melakukan keburukan dan keragu-raguan.
Maka pergunakan kesempatan untuk mendapatkan gonimah, dengan melakukan amalan (kebaikan) di bulan ini. Pergunakan waktu-waktunya dengan ketaatan akan mendapatkan keutamaan nan agung. Selesai
Setiap muslim hendaknya memperbanyak menanam kebaikan dan amalan saleh. Inilah tananam yang dapat ditanam di sela-sela umurnya dengan harapan dapat memetik buah kebaikan ketika bertemu dengan Tuhan seluruh alam.
Di antara amal terpenting yang selayaknya dilakukan seseorang pada bulan Ramadan adalah:
- Menunaikan shalat wajib dan shalat sunah terutama qiyamul lail
- Berpuasa
- Bersedekah
- Tilawah Al-Qur’an
- Berzikir
Az-Zahabi rahimahullah mengatakan, “Demi Allah, membaca Al-Quran dengan tartil sepertujuh Qur’an waktu tahajud Qiyamullail, menjaga shalat-shalat sunah rawatib, Duha, tahiyatul masjid, berzikir dengan riwayat shahih yang bersumber dari Nabi, membaca doa ketika tidur dan bangun, berzikir pada setiap selesai shalat wajib dan di waktu sahur, sibuk mempelajari ilmu yang bermanfaat dengan tetap menjaga keikhlasan karena Allah, mengajak kepada kebaikan, membimbing orang yang tidak tahu dan memahamkannya, serta melarang orang fasik dari kefasikannya dan semisal itu, melakukan shalat wajib berjama’ah secara khusyu dan tuma’ninah, tunduk dan penuh keimanan, melakukan yang wajib, dan menjauhi dosa-dosa besar, memperbanyak berdoa dan memohon ampunan (istighfar), bersedekah dan menyambung hubungan kekerabatan, tawadhu dan ikhlas dalam semuanya itu, adapa perbuatan-perbuatan yang mulia nan agung. Mereka akan mendapatkan kedudukan orang-orang yang selamat dan beruntung, menjadi para kekasih Allah yang bertakwa.” (Siyar a’lam an nubala, 3/84).
wallahua’lam
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam
Tema-tema Terkait