Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Hadits Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ رواه البخاري (4826)، ومسلم (2246(
“Adak Adam melukai-Ku, ia mencela masa, dan Aku adalah masa, di tangan-Ku semua urusan, Aku membolak-balikkan malam dan siang”. (HR. Bukhori: 4826 dan Muslim: 2246)
Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits riwayat Abu Dzar, dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala bahwa Dia berfirman:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي، فَتَنْفَعُونِي … رواه مسلم (2577(.
“Wahai para hamba-Ku, sungguh kalian tidak akan sampai mencelakai-Ku, lalu kalian menjadikan-Ku celaka, dan tidak akan sampai memberikan manfaat kepada-Ku, lalu kalian memberikan manfaat kepada-Ku…”. (HR. Muslim: 2577)
Tidak bertentangannya Nampak dari beberapa sisi:
Sisi Pertama:
Gambaran permintaan mencelakai untuk membahayakan dan keterkaitan antar keduanya, hanya besar kemungkinannya terjadi kepada manusia, di mana tabiatnya adalah lemah dan kurang, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Dia tidak serupa dengan apapun.
Ibnu Qayyim –rahimahullah- berkata:
“Tidaklah mencelakai Allah Subhanahu sama dengan jenis celaka yang menimpa para makhluk, sebagaimana bahwa murka, marah dan benci-Nya tidak sama dengan para makhluk”. (As Shawa’iq al Mursalah: 4/1751)
Maka hal ini sama dengan sifat murka, kemurkaan yang dialami oleh manusia dari prilaku orang lain bisa jadi membahayakannya, namun Allah Ta’ala telah memberikan peringatan bahwa orang yang Dia murka kepadanya, maka hal itu tidak membahayakannya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang mensifati mereka yang kufur dan murtad:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ محمد/28.
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala amal mereka”. (QS. Muhammad: 28)
Meskipun mereka menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala dengan kekufuran mereka dan buruknya perbuatan mereka, hanya saja mereka tidak membahayakan Allah, karena Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ محمد/32.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka, mereka tidak akan dapat memberi mudarat (bahaya) kepada Allah sedikit pun. Dan kelak Allah menghapus segala amal mereka”. (QS. Muhammad: 32)
Sisi Kedua:
Bahwa “Al Adza (Celaka)” adalah apa yang urusannya ringan, dan tidak sampai membahayakan orang yang mengalaminya.
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
“Dan yang sebaiknya untuk difahami dengan baik bahwa kata “al Adza” secara Bahasa adalah sesuatu yang ringan, lemah dampak keburukan dan hal yang tidak disukai. Al Khothabi dan yang lainnya telah menyebutkan demikian, sebagaimana yang ia katakan, dan penelitian sumber dayanya telah menunjukkan hal itu, sebagaimana di dalam firman-Nya:
لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى
“Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan-gangguan kecil saja”. (QS. Ali Imron: 111)
Dan karenanya firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya”. (QS. Al Ahzab: 57)
Allah Subhanah berfirman sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasul-Nya:
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ
“Anak Adam akan menyakiti-Ku dengan mencela masa”.
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( مَنْ لِكَعْبِ بْنِ الأَشْرَفِ، فَإِنَّهُ قَدْ آذَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ؟ )، وقال: مَا أَحَدٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ يَجْعَلُونَ لَهُ نِدًّا وَيَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ
“Siapa yang siap (membunuh) untuk Ka’ab bin Asyraf sungguh ia telah meyakiti Allah dan Rasul-Nya ?, dan berkata: “Tidak seorang pun yang lebih sabar atas rasa sakit yang ia dengarkan dari pada Allah ‘Azza wa Jalla, di mana mereka menjadikan sekutu bagi-Nya, dan menjadikan anak bagi-Nya, namun Dia tetap memaafkan dan memberikan rizeki kepada mereka”.
Allah subhanah berfirman sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasul-Nya:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي
“Wahai para hamba-Ku, sungguh kalian tidak akan sampai membahakan-Ku, seraya kalian akan membahayakan-Ku”.
Allah subhanah berfirman di dalam kitab-Nya:
وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا
“Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir; sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah”. (QS. Ali Imron: 176)
Dia (Allah) telah menjelaskan bahwa makhluk tidak bisa membahayakan-Nya subahanah dengan kekufuran mereka, akan tetapi menyakiti-Nya tabaraka wa ta’ala jika mereka mencela Dzat Yang Maha Membolak-balikkan semua urusan, dan menjadikan bagi-Nya sekutu dan anak, atau karena mereka telah menyakiti Rasul-Nya dan para hamba-Nya yang beriman”. (As Shorim Al Maslul: 2/118-119)
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata:
“Menyakiti itu tidak selalu membahayakan; seseorang merasa tersakiti dengan mendengar atau menyaksikan hal yang buruk namun ia tidak merasakan bahaya dengan hal itu, dan ia juga merasa tersakiti karena bau yang tidak sedap, seperti bawang merah, bawang putih, namun ia tidak merasakan bahaya dengan itu, oleh karenanya Allah telah menetapkan beberapa rasa sakit di dalam Al Qur’an dalam firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka”. (QS. Al Ahzab: 57)
Dan di dalam hadits qudsi:
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ
“Anak Adam menyakitiku dengan mencela masa”.
Dan Dia telah menafikan untuk diri-Nya ada sesuatu yang akan membahayakan Dzat-Nya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا
“sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah”. (QS. Ali Imron: 176)
Dan di dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي
“Wahai para hamba-Ku, sungguh kalian tidak akan sampai membahayakan-Ku, maka kalian akan membahayakan-Ku”. Selesai.
(Al Qaul Al Mufiid: 2/241)
Syeikh Abdullah bin Uqail –rahimahullah- berkata:
“Adapun menggabungkan dua hadits tersebut, maka tidak lah bertentangan antar keduanya, dan Alhamdulillah tidak ada perbedaan pendapat; karena al adza lebih ringan dari pada kata Ad Dharar, dan tidak terkait antar keduanya, dan penetapan kata al adza di dalam Al Qur’an Al Kariim ada riwayatnya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ …
“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka Allah telah melaknatnya di dunia dan akhirat”.
Maka Allah subahanahu wa ta’ala merasa tersakiti dengan apa yang telah disebutkan di dalam hadits, meskipun tidak mungkin untuk merasakan bahaya dari umat-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَا يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَن يَضُرُّواْ اللَّهَ شَيْئًا
“Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir; sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah”. (QS. Ali Imron: 176)
Dan Allah ta’ala berfirman:
وَمَن يَنقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا
“Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun”. (QS. Imran: 144)
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda di dalam khutbah beliau:
ومن يعصهما -أي: اللَّه تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم – فإنه لا يَضُرُّ إلا نفسَه، ولا يَضُرُّ اللَّهَ شيئا
“Dan barang siapa yang durhaka kepada keduanya –yaitu; Allah Ta’ala dan Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka ia tidak akan membahayakannya kecuali dirinya dan tidak membahayakan Allah sedikitpun”.
(Fatawa Ibnu Aqil: 2/273)
Wallahu A’lam