Apakah boleh memberi nama bagi Allah dengan 'المتكلم' (yang berbicara) atau 'الباطش' karena terdapat nash yang menunjukkan bahwa Dia melakukan hal itu?
Apakah Batasan Nama-nama Yang Boleh Kita Katakan Untuk Allah Ta’ala?
Pertanyaan: 48964
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Nama-nama Allah seluruhnya bersifat tauqifi, maksudnya adalah hanya dapat kita tentukan berdasarkan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Maka dengan demikian, tidak dibenarkan memberikan nama bagi Allah kecuali apa yang telah Dia tetapkan nama tersebut untuk dirinya sendiri, atau telah dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih. Karena akal tidak mungkin mengetahui nama-nama apa yang layak bagi Allah Ta'ala, maka wajib membatasinya berdasarkan apa yang terdapat dalam nash. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
ولا تقف ما ليس لك به علم إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسؤولا (سورة الإسراء: 36)
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra: 36)
Karena memberikan nama bagi Allah apa yang Dia tidak tetapkan untuk-Nya atau mengingkari nama yang telah Allah tetapkan untuk-Nya merupakan kesewenang-wenangan terhadap hak Allah Ta'ala, maka wajib memiliki adab dalam hal ini dan membatasi diri dengan apa yang terdapat dalam nash.
Adapun yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah dalam bentuk sifat atau berita saja, dan tidak dinyatakan sebagai nama Allah Ta'ala, maka tidak boleh ditetapkan nama Allah dengannya. Karena sifat-sifat Allah terkait dengan perbuatan-perbuatan-Nya dan perbuatan Allah tidak ada penghujungnya sebagaimana firman Allah tidak ada penghujungnya.
Di antara contohnya, di antara sifat Allah dalam perbuatan adalah 'المجيء' (datang), 'الإتيان' (datang), 'الأخذ' (mengambil), 'الإمساك' (menahan), 'البطش' (memukul/menghukum), dan sifat-sifat lainnya yang tidak terhitung. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وجاء ربك (سورة الفجر: 22)
"Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris." (QS. Al-Fajar: 22)
ويمسك السماء أن تقع على الأرض إلا بإذنه (سورة الحج: 65)
"Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?" (QS. Al-Hajj: 65)
إن بطش ربك لشديد (سورة البروج: 12)
"Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras." (QS. Al-Buruuj: 12)
Maka kita sifati Allah dengan sifat-sifat ini sebagaiman disebutkan, namun tidak kita tetapkan nama bagi Allah berdasarkan sifat-sifat tersebut. Maka tidak kita katakan bahwa di antara nama-nama-Nya dalah 'الجائي', 'الآتي' (yang datang), 'الآخذ' (yang mengambil), 'الممسك' (yang menggenggam), 'الباطش' (yang memukul/menghukum), dan nama-nama semacamnya, meskipun kita mengabarkan Allah dan mensifatinya dengan sifat-sifat tersebut."
Wallahua'lam.
Sebagai tambahan harap dibaca kitab "Al-Qawaidul Mutsla Fi Sifaatillahi wa Asmaa'ihil Husna, hal. 12-13), Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam