Apa tingkatan para Nabi Allah yang mulia (Syu’aib, Yusuf, Ayyub, Yunus, Musa, Ilyas, Yasa’, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa, Muhammad alaihimus shalatu wassalam dalam Al-Qur’anulkarim?
Tingkatan Para Nabi Yang Mulia alaihimus shalatu wassalam
Pertanyaan: 89814
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Allahu Tabaroka wa taala memberitahukan kepada kita bahwa Dia telah melebihkan sebagian Nabi atas sebagian lainnya, Allah Azza Wajalla berfirman:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
سورة الإسراء: 55
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. AL-Isra:55)
Umat telah sepakat (ijmak) bahwa para Rasul itu lebih mulia dibandingkan dengan para Nabi. Dan di antara para Rasul sebagiannya lebih utama dibandingkan dengan sebagian lainnya. Sebagaimana Firman Allah Taala:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِن بَعْدِهِم مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَـكِنِ اخْتَلَفُواْ فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلُواْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
سورة البقرة: 253
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 253)
Silahkan simak perbedaan antara Rasul dan Nabi dalam jawaban soal no. (5455), (1172).
Kemudian yang paling mulia di kalangan para Rasul dan Nabi itu ada lima: Muhammad sallallahu alaihi wa salla, Nuh, Ibrohim, Musa, Isa ‘alaihimus solatu wassalam semuanya. Mereka itu adalah Ulul Azmi dari kalangan para Rasul. Allah taala berfirman:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ
سورة الأحقاف: 35
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
Telah ada penamaan mereka dalam dua tempat di Al-Qur’anul karim.
Allah taala berfirman:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَاقاً غَلِيظاً
سورة الأحزاب: 7
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
Dan firman Allah taala:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
سورة الشورى: 13
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. As-Syuro: 13)
Allah telah mengkhususkan siapa yang diberi keutamaan di antara mereka dengan sebagian pemberian yang menyebabkan keutamaan mereka.
Al-Qurtubi dalam tafsirnya, (3/249) mengatakan, “Pendapat tentang adanya keutamaan sebagian rasul atas sebagian lainnya berkaitan dengan keutamaan dan saran yang diberikan kepada mereka.”
Maka Nabi Nuh diberi keutamaan karena beliau adalah Rasul yang pertama kali diutus di muka bumi dan diberi nama sebagai hamba yang pandai bersyukur. Nabi Ibrahim diberi keutamaan dengan dijadikan sebagai kekasih terdekat (al Khalil):
واتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
سورة النساء: 125
“Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa: 125)
Dan beliau dijadikan sebagai imam bagi seluruh manusia:
قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً
سورة البقرة: 124
“Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". (QS. Al-Baqarah: 124)
(Allah) memberi keutamaan kepada Musa dengan perkataan-Nya subahanhu kepadanya:
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ
سورة الأعراف: 144
“Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. Al-A’raf: 144)
Dan memilih untuk diri-Nya:
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي
سورة طه: 41
“dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.” (QS. Toha: 41)
Di asuh dibawah pengawasan-Nya:
وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي
سورة طه: 39
“dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,” (QS. Toha: 39)
(Allah) memberi kelebihan kepada Nab Isa, bahwa beliau adalah utusan Allah, dan kalimat (ruh yang diciptakan) yang Allah masukkan ke Rahim Maryam, dan dapat dapat berbicara ketika masih dalam buaian. Sementara para Nabi lainnya saling mendapatkan keutamaan sebagian dengan sebagian lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan dalam kitab ‘Majmu’ Fatawa, (35/34), “Setelah penelitian bahwa di antara kenabian itu ada yang menjadi raja. Karena Nabi itu ada tiga macam: Ada yang didustakan, tidak diikuti dan tidak ditaati. Dia sebagai Nabi tapi tidak diberi kekuasaan. Terkadang ada yang ditaati, maka ketika dia ditaati, dia memiliki kekuasaan. Akan tetapi ketika dia hanya memerintah apa yang diperintahkan, maka dia adalah seorang hamba dan Rasul tapi tidak mempunyai kekuasaan. Kalau dia memerintahkan apa yang dia kehendaki dari yang mubah baginya, maka posisinya mendapatkan kekuasaan sebagaimana yang dikatakan tentang Sulaiman:
هذا عطاؤنا فامنن أو أمسك بغير حساب
“Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab.” (QS. Shad: 39)
Maka ini adalah Nabi yang mempunyai kekuasaan (raja).
Maka raja yang penguasa adalah sisi perbandingan seorang hamba dan Rasul. Sebagaimana dikatakan kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam: Hendaknya engkau memilih antara menjadi seorang hamba dan Rasul atau menjadi Nabi dan Raja. Dan keadaan Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam lebih cocok bahwa beliau adalah seorang Hamba dan Rasul yang dibela, ditaati dan mempunyai pengikut. Maka beliau diberikan karunia ditaati dan mempunyai pengikut adalah agar beliau mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Agar makhluk bisa mengambil manfaat darinya, lalu mereka diberi kasih sayang, dan beliau mengasihi mereka. Beliau tidak dipilih menjadi raja, agar tidak berkurang – dengan apa yang telah dinikmati berupa kepemimpinan dan harta benda –bagiannya di akhirat kelak. Maka seorang hamba dan Rasul itu lebih utama di sisi Allah dibandingkan dengan Nabi dan raja. Oleh karena itu kedudukan Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa bin Maryam lebih mulia dibandingkan dengan Daud dan Sulaiman serta Yusuf.
Ini yang mungkin bisa kita sifati posisi para Nabi di sisi Allah subhanahu wataala. Maka yang paling mulia disisi-Nya adalah martabat ulul azmi di kalangan para Rasul. Dan yang paling mulia dikalangan ulul azmi adalah Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ (رواه مسلم، رقم 4223)
“Aku adalah penghulu dari anak Adam pada hari kiamat kelak dan menjadi orang yang pertama kali dibangkitkan dari kuburan serta orang yang pertama kali memberi syafaat dan pertama kali mendapatkan syafaat.” (HR. Muslim, no. 4223).
Adapun selain dari itu, penyebutan adanya urutan dan keutamaan dengan menyebut sejumlah nama (para nabi), tidak ada dalil dalam kitab Allah dan sunah Rasul-Nya. Seorang muslim tidak perlu mencari-cari tentangnya. Karena hal itu tidak disebutkan seorang pun dari kalangan ulama dalam kitab-kitab mereka di bidang ilmu Aqidah dan pokok sunah.
Wallahu a’lam
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam