Unduh
0 / 0
2310802/04/2007

Bagaimana Allah Melapangkan Dada Rasulullah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

Pertanyaan: 89869

Bagaimana Allah melapangkan dada Rasulullah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika berfirman:

( ألم نشرح لك صدرك ) ؟….

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?…”. (QS. Al Insyirah: 1)

Apakah benar apa yang disampaikan: “Bahwa cara Allah melapangkan dada Rasulullah melalui malaikat Jibril –‘alaihis salam- sebanyak dua kali semasa hidup beliau ?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Allah –subhanahu wa ta’ala-
telah memberikan nikmat kepada pada Nabi dan Rasul-Nya dengan nikmat yang
banyak dan besar. Keutamaan yang unggul, pemberian yang paling sempurna,
derajat yang paling tinggi adalah nikmat para Nabi yang Allah memilih mereka
karena kedekatan dan ramhat-Nya.

Allah –ta’ala- berfirman:

وَلَكِنَّ اللّهَ يَجْتَبِي مِن رُّسُلِهِ مَن يَشَاءُ
)

آل عمران/179(

“…akan tetapi Allah memilih
siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya”. (QS. Ali Imran: 179)

Allah –ta’ala- Juga
berfirman:

( وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ
وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
)

الأنعام/87

“(dan Kami lebihkan pula
derajat) sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan
saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi
nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
(QS. Al An’am: 78)

Allah –subhanahu wa ta’ala-
telah mengkhususkan Nabi dan kholil-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dengan tambahan keutamaan, dan memberinya derajat yang agung, sampai
Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:

( وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّت
طَّآئِفَةٌ مُّنْهُمْ أَن يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلاُّ أَنفُسَهُمْ
وَمَا يَضُرُّونَكَ مِن شَيْءٍ وَأَنزَلَ اللّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللّهِ
عَلَيْكَ عَظِيماً ) النساء/113

“Sekiranya bukan karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun
kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan
adalah karunia Allah sangat besar atasmu”. (QS. an Nisa’: 113)

Dan di antara keutamaan
tersebut adalah Allah –subhanahu wa ta’ala-telah melapangkan dada
Rasul yang mulia Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bahkan Allah
pemberian nikmat yang agung ini diabadikan di dalam salah satu surat di
dalam al Qur’an yang dibaca sampai hari kiamat yang dinamakan surat “as
Syarh”. Allah –ta’ala- berfirman:

( ألم نشرح لك صدرك ) ؟….

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?…”. (QS. Al Insyirah: 1)

Dan pelapangan dada
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengandung banyak arti yang
agung:

1.
“Allah melapangkan dada Rasulullah kepada Islam sebagai agama dan syari’at,
inilah bentuk pelapangan dada yang paling agung, menurut tafsir Ibnu Abbas
yang disebutkan Bukhori dalam shahihnya”. (Kitab Tafsir/bab
surat “Asy Syarh”: 982)

2.“
Allah melapangkan dada Nabi-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-
dengan mengisi dadanya dengan himah, ilmu dan keimanan, sebagaimana yang
difahami oleh al Hasan Al Bashri.
Para ulama menyebutkan yang
menjadi tafsir dari ayat di atas adalah peristiwa dibelahnya dada Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada masa kecilnya sampai berulang dua kali
semasa hidup beliau:

a.Pada
masa kecil beliau dan berada pada asuhan bani Sa’d.

Dari Anas bin Malik
–radhiyallahu ‘anhu- :

( أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ
الْغِلْمَانِ ، فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ ، فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ ، فَاسْتَخْرَجَ
الْقَلْبَ ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً ، فَقَالَ : هَذَا حَظُّ
الشَّيْطَانِ مِنْكَ . ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ
، ثُمَّ لَأَمَهُ ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ ، وَجَاءَ الْغِلْمَانُ
يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ
قُتِلَ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ
كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
)

رواه مسلم (162(

Bahwa Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam- telah didatangi malaikat Jibril –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- pada saat beliau bermain bersama anak-anak yang lain. Maka beliau
diambil dan pingsan. seraya dadanya dibelah dan dikeluarkan jantungnya, dan
dikeluarkan segumpal darah, lalu jantung tersebut dikembalikan seperti
semula. Anak-anak teman bermainnya pun bergegas menemui ibu asuhnya dan
berkata: “Sungguh Muhammad telah dibunuh”. Mereka pun segera menghampirinya,
sedang Muhammad dalam keadaan pucat. Anas berkata: “Saya pernah melihat
bekas jahitan di dada beliau”. (HR. Muslim: 126)

b.
Terjadi pada malam lailatul qadr.

Abu Dzar pernah meriwayatkan
bahwa Rasulullah –shallallahuu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( فُرِجَ سَقْفُ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ فَنَزَلَ جِبْرِيلُ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَه

ُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ
مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَأَفْرَغَهَا فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ
)

رواه البخاري (349) ومسلم (163(

“Atap rumah saya di Makkah
jebol, maka malaikat Jibril –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun turun seraya
membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air zam-zam, lalu ia membawa
bejana dari emas yang penuh dengan himkah, iman. Seraya menuangkannya pada
dada saya kemudian menutupnya kembali”. (HR. Bukhori 439 dan Muslim 163)

Al Hafidz Ibnu Hajar
–rahimahullah- berkata dalam “Fathul Baari”: 7/204:

“Sebagian dari mereka
mengingkari tejadinya pembelahan dada pada malam lailatul qadr dan berkata:
bahwa kejadian itu hanya terjadi pada masa kecil beliau ketika berada dalam
asuhan bani Sa’d. Padahal hal itu tidak bisa dipungkiri, karena banyaknya
riwayat yang menyatakannya…. Semua riwayat tentang pembelahan dada Nabi dan
mengeluarkan jantungnya termasuk perkara di luar nalar manusia yang
mewajibkan kita untuk menyerahkan sepenuhnya kepada Allah tanpa bertanya
tentang bagaimana hakekatnya, karena kekuasaan-Nya dan tidak ada yang
mustahil bagi-Nya. Al Qurtuby berkata dalam “Al Mufhim”: “Tidak perlu
ditanggapi pengingkaran akan terjadinya pembelahan dada Nabi pada malam
lailatul qadr; karena riwayatnya tsiqah (kuat) dan dikenal”.

Ada beberapa riwayat tentang
pembelahan dada Nabi sebelum proses isra’ dan mi’raj pada waktu yang lain,
yaitu; ketika beliau berumur 10 tahun dan pada awal diutusnya sebagai Rasul,
namun riwayat tersebut adalah dha’if. (Baca: “Sirah Nabawiyah Shahihah”
1/103.

Ibnu Katsir dalam “Tafsir
Qur’an ‘Adzim”: 4/677 berkata:

“Allah berfirman:

( ألم نشرح لك صدرك )Yaitu:
tidakkah kami lapangkan dadamu ?!, dengan kami meneranginya, kami meluaskan
dadamu, sebagaimana dalam firman Allah:

فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلإِسْلاَم ( الأنعام: 125)

“Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam”. (QS. Al An’am: 125)

Pendapat lain mengatakan
bahwa maksud dari ayat ini:

( ألم نشرح لك صدرك )Allah
melapangkan dadanya pada malam lailatul isra’. Pendapat ini tidak
bertentangan dengan pendapat sebelumnya, karena termasuk bagian dari
pelapangan dada beliau pada malam lailatul qadr, termasuk juga pelapangan
dada beliau dari sisi maknawi. Wallahu a’lam.

3.
Disebutkan dalam “Ruuhul Ma’ani”: 30/166:

“Maknanya adalah: Bukankah
kami telah kurangi kesedihan dan kegelisahanmu bahwa engkau diberikan
kemampuan untuk mengetahui hakikat segala sesuatu dan hakekat dunia ini,
hingga engkau merasa ringan di dalam menanggung beban berat di dalam berdoa
kepada Allah”.

Diriwayatkan dari jumhur
ulama bahwa yang dimaksud adalah: Bukankah kami telah melapangkannya dengan
hikmah dan dimudahkan bagimu menerima apa yang diwahyukan kepadamu padahal
sebelumnya engkau merasa berat”.

4.Ibnu
‘Asyur berkata dalam “At Tahrir wat Tanwir”: 1/4850:

“Pelapangan dada beliau
merupakan kinayah (kiasan) atas semua nikmat Allah kepada beliau dengan
semua obsesi jiwanya yang suci dan sempurna, juga atas pemberitahuan Allah
akan ridha-Nya kepada beliau, juga kabar gembira-Nya tentang apa yang akan
terjadi tentang datangnya kemenangan”. 

Baca juga: “Subul Huda war
Rasyad”: 2/59.

5.
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata dalam “Tafsir Surat asy Syarh”:
1:

“Bentuk pelapangan dada
tersebut adalah secara maknawi bukan pelapangan dada secara fisik, dan
pelapangan dada tersebut dengan merasa luas untuk menerima hukum Allah
–‘Azza wa Jalla- dengan kedua macamnya, yaitu: hukum Allah yang syar’i
(agama) dan hukum Allah tentang takdir (semua kejadian yang menimpa
manusia)”.

Wallahu ‘alam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android