Unduh
0 / 0

Apa Yang Terdapat Dalam Ka’bah Berasal dari Surga?

Pertanyaan: 108553

Apa Yang Terdapat Dalam Ka’bah Berasal dari Surga?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Yang kami ketahui berdasarkan riwayat yang terdapat dalam
sunah, hanya dua perkara yang berasal dari surga;

1-Hajar Aswad.

Terdapat riwayat dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma,
dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

نَزَلَ
الحَجَرُ
الأَسْوَدُ
مِنَ
الجَنَّةِ،
وَهُوَ
أَشَدُّ
بَيَاضًا
مِنَ
اللَّبَنِ
،
فَسَوَّدَتْهُ
خَطَايَا
بَنِي
آدَمَ

“Hajar Aswad turun dari surga. Dia (asalnya) lebih putih dari
susu, lalu menjadi hitam oleh dosa-dosa Anak Adam.”

(HR. Tirmizi, no. 877. Tirmizi berkata, “Haditsnya hasan
shahih. Dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, 4/219. Diriwayatkan pula oleh
Dhiya Al-Maqdisi, 10/260, dinyatakan hasan oleh Ibnu Qaththan dalam kitab
‘Bayan Al-Wahm wal Iham’ (5/732). Dicantumkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul
Bari, 3/540, dan Al-Albany dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 2618)

Juga diriwayatkan berasal dari ucapan Ibnu Abbas dan Ibnu
Umar serta selainnya. Lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 4/35, dan dari
ucapan Anas radhiallahu anhu dalam Musnad Ahmad, 3/277.

Lihat jawaban soal no. 1902,
21402, 45643.

2. Maqam Ibrahim.

Dalam masalah ini terdapat hadits Abdullah bin Amr
radhiallahu anhuma dia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,

إِنَّ
الرُّكْنَ
وَالمَقَامَ
يَاقُوتَتَانِ
مِنْ
يَاقُوتِ
الجَنَّةِ،
طَمَسَ
اللَّهُ
نُورَهُمَا
،
وَلَوْ
لَمْ
يَطْمِسْ
نُورَهُمَا
لأَضَاءَتَا
مَا
بَيْنَ
الْمَشْرِقِ
وَالمَغْرِبِ ) .

“Sesungguhnya ‘rukun’ (Hajar Aswad) dan maqam (Ibrahim)
merupakan dua permata dari permata surga. Allah hapus cahaya keduanya.
Seandainya cahaya keduanya tidak dihapus, niscaya akan dapat menerangi
antara timur dan barat.”

Hadits ini diriwayatkan melalui jalur Masafih bin Syaibah
Al-Hijaby dari Abdullah bin Amr bin Ash. Lalu dari Masafih sejumlah perawi
meriwayatkan dalam dua macam;

1-Mauquf (terhenti dan tidak
bersambung hingga Rasulullah shallallah alaihi wa sallam) pada ucapan
Abdullah bin Amr bin Ash.

Demikianlah Az-Zuhri dan Syu’bah meriwayatkannya sebagaimana
disebutkan oleh Abu Hatim dalam kitab Al-Ilal, 1/300 tanpa menyebutkan
sanadnya.

2- Marfu (bersambung hingga kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam). Riwayat ini diriwayatkan oleh Raja Abu Yahya dari
Masafih, sebagaimana terdapat dalam Musnad Ahmad, 2/213, Sunan Tirmizi, no.
878, Shahih Ibnu Khuzaimah, 4/219, Shahih Ibnu Hibban, 9/24 serta Mustadrak
Al-Hakim, 1/627)


Raja adalah putera dari Shabih Al-Harasyi. Ibnu
Main berkata tentang dia; Lemah. Abu Hatim berkata; Tidak kuat. Ibnu
Khuzaimah berkata; Saya tidak mengetahui tentang Raja, apakah adil atau ada
cacat dan aku tidak menjadikan dalil dari khabar seperti itu.

Imam Bukhari dan Ibnu Hibban menganggapnya tsiqah, kesimpulan
ini dikuatkan oleh Ahmad Syakir dalam Tahqiq Al-Musnad. Lihat Tahzib
At-Tahzib, 3/268.

Diriwayatkan pula secara marfu oleh Syabib bin Sa’id
Al-Habthy dan Ayub bin Suwaid dari Yunus bin Yazid, dari Zuhri dari Masafih.
Yang pertama dicantumkan oleh Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, 5/75,
sedangkan yang kedua dicantumkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, 4/219
serta Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/626. Sanad ini shahih, sebab Syabib bin
Said adalah tsiqah, dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Madini. Lihat bioghrafinya
dalam Tarikh Baghdad, 11/329 dan Tarikh Islam, 28/381.

Imam Nawawi menyatakan shahih dalam Al-Majmu, 8/36, dia
berkata, “Shahih berdasarkan syarat Muslim, juga demikian halnya Ibnu
Taimiah dalam Syarhul Umdah, bab Manasik, 2/434)

Al-Albany berkata dalam tahqiqnya terhadap Shahih Ibnu
Khuzaimah, no. 2731, “Isnadnya hasan lighairihi. Karena Ayub bin Suwaid
buruk hafalannya, tapi diikuti oleh Syabib bin Said Al-Hibhty oleh Baihaqi,
dia adalah tsiqah dari riwayat anaknya darinya. Maka sanadnya shahih.

Syuaib Al-Arna’uth berkata tentang hadits ini dalam Tahqiq
Ibnu Hibban, no. 3710; Haditsnya hasan lighairih. Al-Albanya juga
menyatakannya shahih  dalam Shahih Tirmizi, no. 878.

Syekh Ahmad Syakir rahimahullah menyatakannya shahih dalam
Tahqiqnya terhadap Musnad.

Sedangkan para peneliti Musnad memilih pendapat bahwa riwayat
ini mauquf pada Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma dan bahwa
sanadnya yang marfu adalah dha’if. Tampaknya Al-Hafiz Ibnu Hajar
rahimahullah ta’ala dalam Fathul Bari, 3/540, condong kepada pendapat ini.”

Wallahua’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android