Allah –subhanahu wa ta’ala- mengabarkan kepada kita di dalam al Qur’an bahwa ketika Iblis menolak untuk sujud kepada Adam maka Allah melaknatnya, dan mengusirnya dari surga. Saya ingin anda menjelaskan sesuatu yang masih menjadi ganjalan bagi saya, yaitu: bagaimana Iblis bisa mengganggu Nabi Adam yang masih di dalam surga, padahal Allah telah mengusirnya dari surga ?, semoga Allah membalas semua kebaikan anda.
Bertanya Tentang Jalan Masuknya Iblis Mengganggu Nabi Adam
Pertanyaan: 111596
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama:
Kami tidak dapat berpendapat, khususnya bagi penanya dan bagi semua umat Islam pada umumnya untuk mencari tau tentang rincian kisah yang ada di dalam al Qur’an yang tidak ada atsar yang shahih dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Jika hal itu banyak manfaat dan hikmahnya, pasti Allah akan menyebutkannya di dalam al Qur’an atau diajarkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada para sahabatnya. Maka tidak selayaknya bagi umat Islam untuk menyibukkan diri dengan sesuatu tidak terlalu penting dan mengalahkan sesuatu yang penting, sibuk dengan furu’ (cabang) dari pada yang ushul (dasar).
Dari Mughirah bin Syu’bah berkata: Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ) رواه البخاري (2408) ومسلم (593(
“Sesungguhnya Allah membenci bagi kalian tentang kabar yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta”. (HR. Bukhori 2408 dan Muslim 593)
Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 3/342 berkata:
“Ibnu Tiin berkata: Kemungkinan yang dimaksud adalah bertanya tentang perkara-perkara yang bermasalah atau tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi penanya, oleh karenanya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( ذروني ما تركتكم )
“Biarkanlah apa yang aku tinggalkan bagi kalian”
Saya (Ibnu Hajar) berkata: “Membawanya kepada arti yang umum lebih utama”.
Kedua:
Dan termasuk dalam mencari tahu tentang rincian sebuah kejadian adalah berusaha mencari tahu tentang cara Iblis –laknatullah- menggoda bapak kita Adam dan ibu kita Hawwa –‘alaihimas salam-. Al Qur’an hanya menyebutkan inti kejadian dan meninggalkan rincian bentuk dan cara Iblis menggoda Adam, dan ayat yang paling jelas tentang hal ini adalah:
)فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ . وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ ) الأعراف/20-21
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. (QS. al A’raf: 20-21)
Dan firman Allah yang lain:
)فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى ) طه/120
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”. (QS. Thaha: 120)
Jika kita perhatikan dzahirnya ayat di atas, maka bentuk godaan Iblis adalah bersifat langsung berkomunikasi berhadapan. Sebagian para ulama telah menyebutkan hal demikian sesuai dengan pendapat jumhur ahli tafsir.
Imam al Qurthubi berkata dalam “al Jami’ li Ahkamil Qur’an”: 1/312: “Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas dan Jumhur Ulama’ berkata: “Iblis menggoda keduanya dengan bercakap-cakap secara langsung, dalil akan pendapat ini adalah firman Allah –ta’ala-:
( وقاسمهما إني لكما لمن الناصحين )
“Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”. (QS. al A’raf: 21).
Bersumpah itu secara dzahir dilakukan secara langsung dengan tatap muka”.
Namun secara dzahir tidak ditafsiri bahwa bagaimana iblis mampu berbicara kepada Adam dan Hawwa ?!, apakah iblis berwujud dengan wujud aslinya atau merubah dirinya ke wujud yang lain?, apakah benar-benar memasuki surga atau hanya jarak jauh ?, semua itu merupakan perkara yang ghaib yang tidak mungkin kita mendalaminya tanpa ada dasar ilmunya.
Kecuali jika kita berpendapat dengan pendapat sebagian sahabat dan tabi’in, yang Ibnu Jarir at Thabari dalam tafsirnya: 1/532 lebih cenderung kepada pendapat tersebut. Dasarnya dari riwayat Wahab bin Munabbih dari pengetahuan ahli kitab, bahwasanya: “Pada saat Iblis mulai ingin menggoda Adam dan Hawwa ia masuk pada perut ular, dan ular tersebut memiliki empat kaki seperti kaki unta Khurrasan, termasuk binatang terbaik yang diciptakan oleh Allah. Maka ketika ular tersebut memasuki surga, keluarlah iblis dari perut ular tersebut”.
Atau sebagaimana menurut Syeikh al Amin asy Syinqithi dalam “Adhwaul Bayan” bahwa beliau berkata:
“Para ahli tafsir menyebutkan tentang iblis tersebut dalam kisah ular, yaitu: bahwa iblis memasuki ular, dan ular tersebutlah yang membawa iblis masuk kedalam surga. Dan para malaikat yang bertugas tidak menyadarinya. Semua ini termasuk cerita israiliyyat, namun realitanya tidak menjadi masalah, artinya bahwa bisa jadi iblis berdiam di luar surga namun posisinya masih dekat hingga masih bisa mendengarnya dari dalam surga. Atau mungkin juga bahwa Allah sengaja memasukkan iblis ke surga sebagai ujian bagi Adam dan istrinya bukan kareka kemuliaan iblis, maka hal tersebut tidak mustahil bagi akal sehat; karena al Qur’an telah menjelaskan bahwa iblis berkomunikasi dengan Adam dan bersumpah kepadanya hingga menjadikan Hawwa tergoda.
Namun yang terpenting bagi kita untuk mengimani kejadian tersebut dengan yakin, dan kisah di atas benar-benar telah terjadi, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam al Qur’an, dan ladang permusuhan telah terjadi antara iblis dan bala tentaranya dengan Adam dan keturunannya.
( إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوّاً مُبِيناً) الإسراء / 53
“Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (QS. Al Isra’: 53)
Maka berhati-hatilah sebagaimana yang Allah peringatkan dan mintalah pertolongan kepada-Nya dengan ikhlas dalam menjalankan agama.
( قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ * إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ) ص/82-83
“Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. (QS. Shaad: 82-83)
Maka berhati-hatilah wahai hamba Allah untuk menjadi pengikut partai sesat.
( قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ * إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ * وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ * لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ) الحجر41-44 .
“Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka”. (QS. al Hijr: 41-44)
Wallahu ta’ala a’lam .
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam