Unduh
0 / 0
3365108/10/2008

Apa Gunanya Istikharah Jika Semua Perkara Telah Ditakdirkan Sebelumnya?

Pertanyaan: 112094

Terkait dengan shalat Istikharah, terlintas dalam benak saya kadang-kadang tentang apa gunanya memohon dan berdoa serta berusaha selama ketetapan Allah adalah yang akan terjadi?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Allah telah
menjadikan doa sebagai sebab meraih apa yang diharapkan. Allah telah
memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya,

( وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
) غافر/60

“Dan
Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” SQ. Al-Ghofir: 60.

Jika
hal ini telah dipahami, maka tidak ada masalah lagi. Karena Allah Ta’ala
telah menetapkan kadar semua perkara dan sebab-sebabnya. Mendapatkan anak
misalnya, ketika sudah ditetapkan untuk seorang manusia, maka harus
didahului dengan pernikahan dan hubungan badan agar setelah itu lahir
seorang anak. Tidak mungkin terjadi suatu tanpa sebabnya. Alam ini semuanya
diciptakan berdasarkan prinsip tersebut, keterkaitan antara sebab dan
akibat.

Demikian pula halnya dengan doa atau (istikharah). Allah telah menetapkan
takdirnya, dimana banyak tergantung dengan doa dan permohonan kepada-Nya
Azza wa Jalla. Maka suatu keinginan tidak tercapai tanpa ada sebab yaitu
doa. Disamping sebab-sebab fisik lainnya. Sejumlah hadits menunjukkan
pemahaman ini dengan sangat jelas.

Dari
Ibnu Umar radhiallahu anhum, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

إِنَّ
الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ ، فَعَلَيْكُمْ
عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ   (رواه الترمذي، رقم 3548 وحسنه الألباني في “صحيح
الجامع ، رقم 3409)

“Sesungguhnya doa
bermanfaat terhadap apa yang sudah diturunkan dan yang belum diturunkan.
Hendaklah kalian berdoa wahai hamba.” (HR. Tirmizi, no. 3548. Dinyatakan
hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 3409)

Syaikhul Islam
Ibnu Taimiah berkata dalam Majmu Fatawa, 8/69, “Siapa yang berkata, ‘Saya
tidak berdoa dan tidak memohon karena hanya bersandar dengan takdir, maka
orang itu keliru, karena Allah telah menjadikan doa dan permohonan sebagai
sebab untuk meraih ampunan dan rahmat-Nya serta memberinya petunjuk dan
pertolongan dan rizki-Nya.
Jika
seorang hamba telah ditakdirkan kebaikan dengan doa, maka kebaikan tersebut
tak akan teraih kecuali dengan doanya. Apa yang Allah takdirkan dan
pengetahuannya tentang kondisi para hamba serta akibat-akibatnya semata-mata
ditentukan berdasarkan sebab-sebab. Dia menghadirkan segala ketetapan
berdasarkan waktu-waktunya. Tidak ada sesuatu di dunia dan akhirat kecuali
dengan sebab. Allah lah yang menciptakan sebab dan akibatnya. 

Mengenyampingkan sebab sebagai sebab, adalah bentuk kurangnya akal.” Selesai

Dia
juga berkata (8/287), “Ucapan sebagian orang, ‘Sesungguhnya doa hanya
merupakan ibadah semata, karena sesuatu yang ditakdirkan telah tetap, baik
dia berdoa atau tidak berdoa.’ Maka jawaban baginya adalah, ‘Jika Allah
menjadikan doa sebagai sebab untuk meraih apa yang diminta, bagaimana hal
tersebut dapat terwujud tanpa doa?!”

Ibnu
Qoyim berkata dalam Al-Jawabul Kafi (hal. 4), “Doa merupakan obat yang
paling bermanfaat. Ia merupakan musuh bagi musibah. Dapat mengobatinya dan
mengatasinya, mencegah turunnya musibah atau mengangkatnya atau
meringankannya. Ia adalah senjata mukmin. Doa dalam menghadapi musibah ada
tiga tingkatan:

Pertama: Doa lebih kuat dari musibah, maka dia dapat mengusirnya.

Kedua: Doa lebih lemah dari musibah, maka musibah dapat mengalahkannya
sehingga seorang hamba tertimpa musibah, akan tetapi bisa jadi doa dapat
meringankannya walaupun doanya lemah.

Ketiga: Keduanya saling bertikai, satu sama lain saling mencegah terjadi
pada orang tersebut.”

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam ‘Al-Majmu Ats-Tsamin Min
Fatawa Fadhilah Syekh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin.” (1/157)

“Doa
merupakan sebab yang dengan itu si pendoa akan meraih keinginannya.
Kenyataannya dia dapat menolak takdir. Sebab tidak ada yang dapat merubah
takdir kecuali doa. Maksudnya baginya ada dua sisi; Misalnya, seorang pasien
berdoa kepada Allah agar disembuhkan, lalu dia sembuh. Dalam hal ini,
seandainya dia tidak berdoa, maka dia tidak sembuh, akan tetapi berkat
doanya dia sembuh. Dan kita tetap mengatakan bahwa Allah Ta’ala telah
menetapkan bahwa pasien tersebut sembuh dengan sebab doa, inilah yang telah
ditetapkan baginya. Lalu dia mengira bahwa seandainya bukan karena doa, maka
dia akan tetap sakit. Hakikatnya hal itu bukan menolak takdir, karena doa
pun asalnya telah ditakdirkan dan bahwa kesembuhannya terjadi berkat doa,
ini yang dimaksud takdir asli yang telah ditulis sejak zaman azali.
Demikianlah segala sesuatu terkait dengan sebab yang dengan sebab itu Allah
menjadikannya sebagai sebab terjadinya sesuatu. Dan itu telah ditetapkan
sejak zaman ajali sebelum kejadiannya.”

Ulama yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah ditanya,
“Apakah doa dapat menolak takdir?”

Mereka menjawab, “Allah telah menetapkan syariat berdoa dan
memerintahkannya.
Dia berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (سورة غافر: 60)

“Dan
Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS. Ghafir: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ (سورة البقرة: 186)

“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya
aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku,” (QS. Al-Baqarah: 186)

Jika seorang hamba
melaksanakan sebab yang disyariatkan dan dia berdoa, maka hal itu merupakan
bagian dari takdir. Itu berarti menolak takdir dengan takdir, jika Allah
menghendaki yang demikian itu. Terdapat dalam hadits shahih dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

إن
العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه ، ولا يرد القدر إلا الدعاء ، ولا يزيد في
العمر إلا البر

“Sesungguhnya seorang hamba dapat terhalang dari rizki karena dosa yang dia
lakukan. Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang
dapat menambah usia kecuali bakti kebaikan.”

(Fatawa Lajnah
Daimah, 1/195)

Mereka juga
ditanya (24/243)

“Apakah doa dapat
meringangkan musibah, Apakah Allah mengasihi kita karena doa kita? Bagaimana
hal itu dapat dipahami sementara Allah Ta’ala tetap menurunkan musibah
kepada manusia padahal mereka telah berdoa?”

Mereka menjawab,
“Doa merupakan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah telah
memerintahkan hal tersebut. Dia berfirman, ‘


 ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  (سورة غافر: 60)

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Ghafir: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ (سورة البقرة: 186)

Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya
aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)

Doa dapat
meringanakan musibah atau menolaknya atau menolak yang seharusnya lebih
besar. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لا
يرد القدر إلا الدعاء 

“Takdir tidak
dapat ditolak kecuali dengan doa.”

Musibah jika
menimpa, akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat. Seorang muslim
apabila mengalami musibah hendaknya dia bersabar dan berharap pahala dari
Allah Azza wa Jalla serta tidak menyesali takdir dan ketetapan yang sudah
terjadi.”

Dengan uraian ini
insya Allah permasalahan dapat dipahami. Apabila seorang muslim memahami
bahwa istikharah merupakan sebab untuk meraih apa yang diinginkan, maka dia
tidak akan mengabaikannya dan tidak akan meraih sesuatu tanpa melalui jalan
yang harus ditempuh. Doa merupakan sumber kekuatan dan pintu kebaikan bagi
seorang hamba muslim sebagaimana yang Allah kehendaki.

Sebagai tambahan,
lihat jawaban soal no. 11749.

Wallahua’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android