Dalam doa istikharah yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam terdapat redaksi berikut, ‘Ya Allah, Jika Engkau tahu bahwa perkara ini…dst’ apakah dalam kalimat ‘Jika Engkau tahu’ merupakan bentuk keraguan terhadap ilmu Allah Ta’ala?
Apakah Kalimat Dalam Doa Istikharah ‘Ya Allah, Jika Engkau Tahu Bahwa Perkara ini…’ Merupakan Keraguan Terhadap Ilmu Allah?
Pertanyaan: 128675
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Hal itu bukan meragukan ilmu Allah. Bagaimana dapat dikatakan meragukan padahal saat istikharah seorang hamba meminta kebaikan dari Allah Azza wa Jalla dan petunjuk-Nya?
Bagaimana pula dikatakan meragukan, padahal dalam doanya dia berkata, ‘Aku memohon kebaikan dengan Ilmu-Mu’
Bagaimana pula dikatakan meragukan sedangkan dalam doa tersebut dia mengatakan, ‘Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui, aku tidak mengetahui. Dan Engkau Maha Mengetahui perkara ghaib.’
Al-Hafiz (Ibnu Hajar Al-Asqalani) berkata dalam Kitab Fathul Bari, “Ucapan ‘jika Engkau’ Al-Kirmani mempermasalahan kalimat ini, karena bentuk kalimatnya mengandung keraguan, padahal tidak boleh meragukan ilmu Allah. Hal ini dapat dijawab bahwa keraguan adalah pada ilmu (seorang hamba) terkait baik atau buruk, bukan keraguan pada asal ilmunya.
Maka maknanya adalah, ‘Ya Allah, baik Engkau mengetahui perkara ini baik, atau Engkau mengetahui perkara ini buruk bagiku, maka jika dia baik, mudahkanlah bagiku…’
Maknanya bukan, “Jika Engkau mengetahui perkara ini baik bagiku, atau Engkau tidak mengetahuinya. Mustahil hal itu terjadi bagi Allah.’
Dalam Tuhfatul Ahwazi dikatakan,
Ath-Thayyibi berkata, “Maknanya adalah, ‘Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui’ kalimat ini menggunakan bentuk keraguan sebagai bentuk kepasrahan dan ridha terhadap ilmu-Nya. Bentuk ini oleh ahli balaghah (sastra Arab) dikenal dengan istilah Tajahul Al-Arif wa mazjusy-syakki bil yaqin (Pengacuhan orang yang telah mengetahui dan mencampurkan keraguan dalam keyakinan). Kemungkinan juga maknanya adalah keraguan diri mengetahui mana yang dikehendaki baik atau buruk, bukan meragukan asal ilmu Allah.” Al-Qari berkata, “Pendapat terakhir lebih kuat, sedangkan pemahaman pertama hanya boleh terhadap Allah Ta’ala.”
Metode ini telah dikenal dan popular dalam hadits-hadits dan pembicaraan orang Arab.
Dalam hadits yang mengisahkan tiga orang yang terjebak dalam goa karena tertutup batu besar, maka setiap dari mereka berdoa, “
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا (متفق عليه ، واللفظ للبخاري ، رقم 3215)
“Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan hal tersebut karena berharap wajah-Mu, maka bebaskanlah aku.” (HR. Bukhari, no. 3215)
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata dalam kitab Fathul Bari, 6/507,
Ucapan (اللهم إن كنت تعلم) mengandung masalah, karena seorang mukmin mutlak mengetahui bahwa Allah mengetahui hal tersebut. Maka jawabannya adalah bahwa dirinya ragu dalam melakukan hal terebut, apakah menurut Allah diakui atau tidak? Seakan dia berkata, ‘Jika perbuatanku diterima, maka kabulkanlah doaku.”
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 7029, dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, dia berkata, Ada seseorang dari sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat mimpi…. Dst. Lalu disebutkan, “Ketika suatu malam, aku berbaring, aku mengucapkan, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui itu baik bagiku, maka perlihatkanlah aku dalam mimpi.”
Wallahua’alam.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam