Unduh
0 / 0
15,98416/11/2009

Hukum Menjadikan Rambut Di Sekitar Kemaluan Dengan Model Tertentu Sebagai Hiasan Untuk Suami

Pertanyaan: 140570

Apakah seorang istri dibolehkan membentuk hati (love) dari rambut kemaluannya ketika mencukurnya berhias untuk suaminya?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Membersihkan
rambut kemaluan dengan mencabut atau mencukur termasuk sunan fitrah yang
dianjurkan oleh Islam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, no. 5441 dan
Muslim, no. 377 dan redaksi darinya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari
Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau  bersabda:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنْ الْفِطْرَةِ : الْخِتَانُ
وَالِاسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَقَصُّ
الشَّارِبِ

“Fitrah itu ada
lima atau lima dari fitroh adalah sunat, mencukur rambut kemaluan, memotong
kuku, mencabut rambut ketiak dan memendekkan kumis.”

Kata ‘الاستحداد‘ adalah
mencukur rambut kemaluan. Dinamakan ‘Istihdad’ karena menggunakan besi yaitu
silet.

Dan Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah menentukan waktu
untuk umatnya agar tidak membiarkan lebih dari empat puluh malam.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, no. 379 dari Anas,

وُقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الْأَظْفَارِ
وَنَتْفِ الْإِبِطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لَا نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ
أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Kami diberi
waktu dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan
mencukur bulu kemaluan. Agar tidak membiarkan lebih dari empat puluh malam.”

Al-Mubarokfuri
dalam kitab ‘Tuhfatul Afwadzi’ mengatakan, “Nawawi mengatakan, maksudnya
adalah kita tidak boleh membiarkan begitu saja melebihi empat puluh, tapi
beliau batasi waktu bagi mereka membiarkan sampai empat puluh. Yang jadi
pilihan adalah ditentukan sesuai keperluan dan panjangnya. Kalau sudah
panjang, maka harus dicukur.”

Asy-Syaukani
mengatakan, “Yang menjadi pilihan adalah ditentukan empat puluh hari
sebagaimana Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam telah menentukannya.
Maka tidak dibolehkan lebih dari
itu. Dan tidak termasuk menyalahi sunnah ketika membiarkan tidak memendekkan
dan semisalnya jika memanjang sebelum batas waktunya.”

Apa yang
disebutkan dalam pertanyaan dengan membiarkan rambut kemaluan dan menjadikan
seperti bentuk hati berhias untuk suaminya, ada dua larangan

Pertama, hal itu
kalau dibiarkan melebihi dari empat puluh hari, maka hal itu menyalahi
perintah Nabi sallallahu aihi wa sallam

Kedua, tempat ini
termasuk aurat mugholadhoh (besar) tidak dibolehkan membukanya kecuali dalam
kondisi keperluan mendesak. Tidak dibolehkan membukanya untuk para tukang
cukur hanya sekedar berhias.

Telah
diriwayatkan oleh Muslim, no. 338 dari Abu Said Al-Khudri berkata,
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلَا
تَنْظُرُ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ

“Lelaki tidak
dibolehkan melihat aurat lelaki lain, dan wanita tidak dibolehkan melihat
aurat wanita lai.”

Diriwayatkan
Tirmizi,  no. 2794, Abu Daud, no. 4017, no. Ibnu Majah, no. 1920, dari Bahz
bin Hakim dari Ayahnya dari Kakeknya berkata:

 قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ ؛ عَوْرَاتُنَا مَا نَأْتِي مِنْهَا وَمَا
نَذَرُ ؟

قَالَ
: احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلَّا مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ .

قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا كَانَ الْقَوْمُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ ؟

قَالَ
: إِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ لَا يَرَاهَا أَحَدٌ فَلَا يَرَاهَا .

قَالَ
: قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِذَا كَانَ أَحَدُنَا خَالِيًا ؟

قَالَ
: فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ مِنْ النَّاسِ ) والحديث حسنه
الألباني في صحيح الترمذي .

“Saya berkata,
Wahai Nabi Allah, aurat kita apa yang boleh kita perlihatkan dan apa yang
tidak?

Beliau berkata:
Jagalah auratmu kecuali kepada istri atau budakmu.

Saya berkata:
“Wahai Rasulullah, jika suatu kaum melihat satu sama lain?

Beliau berkata: “Jika anda mampu agar tidak seorang pun dapat
melihatnya, maka jangan diperlihatkan.”

Dia berkata: “Saya bertanya, ‘Wahai Nabi Allah, bagaimana
kalau kita seorang diri?”

Beliau menjawab,
“Allah itu lebih berhak manusia malu kepadanya.” (Hadits dinyatakan hasan
oleh Al-Albany dalam shahih Tirmizi)

An-Nawawi
rahimahullah mengomentari dalam Syarh Muslim, sabda Nabi sallallahu’alaihi
wa sallam,

لاَ يَنْظُر الرَّجُل إِلَى عَوْرَة الرَّجُل , وَلَا
الْمَرْأَة إِلَى عَوْرَة الْمَرْأَة , وَلَا يُفْضِي الرَّجُل إِلَى الرَّجُل
فِي ثَوْب وَاحِد , وَلاَ تُفْضِي الْمَرْأَة إِلَى الْمَرْأَة فِي الثَّوْب
الْوَاحِد

“Lelaki tidak
dibolehkan melihat aurat lelaki lain, dan wanita tidak dibolehkan melihat
aurat wanita lain. Seorang laki-laki jangan tidur (telanjang) bersama
laki-laki lainnya tidur di bawah satu selimut. Begitu juga wanita  jangan
tidur (telanjang) dengan wanita lainnya di bawah satu selimut.”

Di dalamnya ada
pengharaman seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya. Dan seorang wanita
melihat aurat wanita lainya. Hal ini tidak ada perbedaan. Begitu juga lelaki
(diharamkan) melihat aurat wanita dan seorang wanita (diharamkan) melihat
aurat lelaki dengan ijmak (consensus para ulama).

Nabi sallallahu
alaihi wa sallam mengingatkan seseorang lelaki (dilarang) melihat aurat
lelaki lainnya, maka dalam melihat aurat wanita, pengharamannya lebih utama.
Hal ini terkait dengan hak selain para suami istri dan budak. Adapun suami
istri, masing-masing dibolehkan melihat aurat pasangannya semuanya.” (Fathul
Bari, 9/338, 339).

Wallahua’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android