Unduh
0 / 0
898026/09/2012

Menikahi Seorang Wanita Setelah Dia Masuk Islam Dan Dia Tidak Ingin Cerai Secara Formal Dari Suaminya Yang Kafir

Pertanyaan: 179098

Saya berjumpa dengan seorang wanita yang baru masuk Islam, dia menikah dengan seorang non muslim, akan tetapi sejak beberapa tahun mereka berpisah tanpa terjadi perceraian. Yang saya ketahui, berdasarkan ketentuan syariat bahwa seorang wanita sekedar dia masuk Islam, maka dia menjadi haram bagi suaminya dan suaminya haram baginya. Berdasarkan pemahaman saya terhadap hukum tersebut, maka saya menikahinya sesuai syariat Islam. Sekarang kami telah memiliki anak, apakah pernikahan kami sah? Saya telah memintanya untuk menuntut cerai dari suaminya yang lalu, namun dia menolak dan berkata bahwa dirinya ingin mereka tidak melakukan talak secara formal agar dapat mengambil manfaat materi dari hal ini, karena mereka berdua telah membayar pajak bersama-sama dan setiap bulan mereka mengeluarkan harta untuk anak-anak mereka. Disamping dia berkata bahwa dirinya tidak ingin melakukan hal tersebut karena dia tidak percaya seratus persen terhadap saya.

Pertanyaan saya adalah;

1. Apakah pernikahan kami dianggap sah? Apakah pernikahan saya dengan wanita yang berdasarkan Undang-Undang positif negerinya berada dalam status sebagai isteri dari laki-laki lain, dibolehkan secara syariat?

2. Apakah selayaknya saya meninggalkan isteri saya yang tidak ingin menikah dengan saya sesuai Undang-undang? Padahal, masya Allah, dia sangat bersungguh-sungguh untuk komit terhadap ajaran Islam?

3. Apa yang saya lakukan terhadap anak saya yang saya dapatkan dari wanita tersebut, maksudnya jika ternyata pernikahan saya dengannya tidak sah, apakah anak tersebut memiliki hak dari saya atau saya memiliki hak darinya

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Jika sang wanita tersebut telah masuk Islam dan suaminya
tetap dalam kekufurannya, maka dia menjadi haram atas suaminya dan mereka
resmi bukan suami isteri setelah selesai masa iddah semenjak dia masuk
Islam. Jika sang suami masuk Islam sebelum selesai masa iddahnya, maka
pernikahan mereka tetap berlaku. Jika ternyata dia tidak masuk Islam hingga
masa iddahnya habis, maka pernikahan mereka batal dengan sesndirinya sejak
dia masuk Islam.

Ibnu Qudamah rahimahullahh berkata dalam kitab Al-Mughni
(7/117)” Jika masuk Islamnya salah satu dari keduanya setelah mereka
berhubungan suami isteri, maka dalam hal ini pendapat Imam Ahmad ada dua;
Salah satunya, ditunggu hingga selesai masa iddah. Jika pasangannya masuk
Islam sebelum habis masa iddahnya, maka pernikahan mereka tetap berlaku,
jika pasangannya tidak masuk Islam hingga berakhir masa Iddahnya, maka
pernikahan mereka batal sejak agama mereka berbeda. Maka tidak perlu lagi
mengawali masa Iddah. Ini merupakan pendapat Az-Zuhri, Laits, Hasan bin
Shaleh, Al-Auzai, Asy-Syafii, Ishaq. Juga berpendapat demikian adalah
Mujahid, Abdullah bin Umar dan Muhammad bin Hasan.”

Masa iddahnya adalah tiga kali haidh bagi yang masih haidh
dan tiga bulan bagi yang tidak haidh.

Maka dengan demikian, jika anda menikahinya
setelah selesai masa iddahnya, maka pernikahan anda dengannya sah, tidak
bermasalah jika dia berdasarkan catatan undang-undang masih merupakan isteri
dari suami (yang pertama dan kafir). Adapun jika pernikahan anda dengannya
terjadi sebelum masa iddahnya selesai, maka pernikahan anda tidak sah. Sang
isteri harus menyempurnakan iddahnya. Kemudian setelah itu anda baru
menikahinya.

Kedua:

Walaupun pernikahan anda berdua dianggap sah,
jika terjadi setelah selesai masa iddah, akan tetapi sang isteri harus
menyelesaikan urusan pernikahan sebelumnya sesuai UU, karena beberapa
perkara;

1. Tetapnya
status menikah akan menyebabkan beberapa hukum tetap berlaku, seperti
warisannya dari orang itu, atau warisan orang itu darinya, sedangkan mereka
berdua sudah tidak saling mewarisi berdasarkan syariat.

2.Jika UU tidak
memberikan santunan dan jaminan sosial kepada wanita yang telah dicerai,
maka tidak boleh mencari modus untuk mendapatkannya.

      Jika peraturan memutuskan bahwa dia
harus membayar harta atau pajak atau atas anaknya, maka dia hanya boleh
mengambil sesuai yang telah dia bayarkan saja. Kemudian setelah itu dia
tidak boleh mengambil selebihnya.

3.Anda harus
mencatatkan secara resmi pernikahan anda kepadanya untuk menjaga hak anda,
hak isteri anda dan hak anak-anak anda. Hal tersebut tidak mungkin selain
dengan pernyataan talak dari suami pertamanya.

Adapun kekhawatiran dia anda akan menceraikannya, kami tidak
mengira bahwa dia akan kembali lagi ke suami pertamanya, karena suami
pertama kafir yang tidak halal baginya dan seandainya suami pertama masuk
Islam, mereka sudah tidak boleh lagi rujuk kecuali dengan akad baru. Yang
tampak adalah dia ingin tetap mendapatkan fasilitas Negara berupa materi
untuknya dan untuk anak-anaknnya. Maka dikatakan kepadanya ketika itu,
“Dengan tetap menjaga akad nikah dari suami pertama anda melakukan beberapa
kerusakan dan mengambil harta yang bukan milik anda. Jika hal tersebut
menyebabkan akad pernikahan anda tidak dapat dicatat resmi, maka hal itu
dianggap sebagai mengabaikan perkara wajib.

Ketiga: Anak yang lahir dari pernikahan kalian berdua
dinisbatkan kepada anda. Karena jika pernikahannya setelah selesai masa idah,
maka pernikahannya sah sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Namun jika
pernikahannya terjai sebelum habis masa iddahnya, maka pernikahannya batal.
Akan tetapi berdasarkan keyakinan bahwa pernikahan kalian adalah sah, maka
nasab anak tersebut disandarkan kepada anda.

Anda harus mengatasi masalah ini dengan lembut dan bijak.

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android