Unduh
0 / 0

Seorang Muslim Bertanya, Apa Yang Menyebabkan Seseorang Berkomitmen Kepada Agama ?, dan Apa Saja Kemu’jizatan al Qur’an ?

Pertanyaan: 183770

Saya ingin menjadi seorang muslim yang sesungguhnya, oleh karenanya saya menanyakan soal ini: Apa yang menyebabkan seseorang berkomitmen pada Islam ?, dengan kata lain: Anggap saja saya berada pada masa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan saya mendengar beliau mengajak saya kepada agama ini, apa yang mendorong saya untuk mempercayai risalahnya dan apa yang dibawanya dari Qur’an maupun Sunnah ?, saya juga tidak memahami tantangan al Qur’an:

فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِّثْلِهِ إِن كَانُوا صَادِقِينَ ٣٤ الطور: 34

” Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar”. (QS. Ath Thuur: 34)

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Sesungguhnya Islam yang agung ini adalah madrasah bagi dunia
yang sedang bingung dengan masalah kehidupan, dan sungguh manusia yang
paling mengetahui nikmat Islam dengan sebenarnya, adalah mereka yang
mengetahui masa jahiliyah dengan sebenarnya, dari sisi teori, aplikasi dan
realitanya.

Saya akan membawa anda pada masa lebih dari 1400 tahun, agar
anda mengakui apa yang mereka simpulkan tentang apa saja yang menjadikan
para sahabat komitmen dengan Islam, dan bagaimana kondisi umat manusia
sebelum Islam. Yang bertanya adalah Raja Habasyah an Najasyi, dan yang
menjawab: Ja’far bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu-. Inilah kisah tentang
prosesi hijrah mereka kepada Habasyah.

” … وَقَدْ دَعَا النَّجَاشِيُّ
أَسَاقِفَتَهُ فَنَشَرُوا مَصَاحِفَهُمْ حَوْلَهُ ليسَأَلَهُمْ فَقَالَ مَا
هَذَا الدِّينُ الَّذِي فَارَقْتُمْ فِيهِ قَوْمَكُمْ وَلَمْ تَدْخُلُوا فِي
دِينِي وَلَا فِي دِينِ أَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ ؟ قَالَتْ : فَكَانَ
الَّذِي كَلَّمَهُ جَعْفَرُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ لَهُ : أَيُّهَا
الْمَلِكُ كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ
وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ
وَنُسِيءُ الْجِوَارَ يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ فَكُنَّا عَلَى
ذَلِكَ حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا نَعْرِفُ نَسَبَهُ
وَصِدْقَهُ وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ لِنُوَحِّدَهُ
وَنَعْبُدَهُ وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ
مِنْ الْحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ وَأَمَرَنَا بِصِدْقِ الْحَدِيثِ وَأَدَاءِ
الْأَمَانَةِ وَصِلَةِ الرَّحِمِ وَحُسْنِ الْجِوَارِ وَالْكَفِّ عَنْ
الْمَحَارِمِ وَالدِّمَاءِ وَنَهَانَا عَنْ الْفَوَاحِشِ وَقَوْلِ الزُّورِ
وَأَكْلِ مَالَ الْيَتِيمِ وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُدَ
اللَّهَ وَحْدَهُ لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَنَا بِالصَّلَاةِ
وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ – قَالَ : فَعَدَّدَ عَلَيْهِ أُمُورَ الْإِسْلَامِ
– فَصَدَّقْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ وَاتَّبَعْنَاهُ عَلَى مَا جَاءَ بِهِ
فَعَبَدْنَا اللَّهَ وَحْدَهُ فَلَمْ نُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا وَحَرَّمْنَا مَا
حَرَّمَ عَلَيْنَا وَأَحْلَلْنَا مَا أَحَلَّ لَنَا فَعَدَا عَلَيْنَا
قَوْمُنَا فَعَذَّبُونَا وَفَتَنُونَا عَنْ دِينِنَا لِيَرُدُّونَا إِلَى
عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ مِنْ عِبَادَةِ اللَّهِ وَأَنْ نَسْتَحِلَّ مَا كُنَّا
نَسْتَحِلُّ مِنْ الْخَبَائِثِ … ” رواه أحمد / 1740

“Najasyi telah memanggil para uskupnya, dan mereka
menyebarkan mushaf kepadanya, maka ia berkata: Agama apa ini yang menjadikan
kalian  terpecah belah kaumnya, sedang kalian juga tidak memasuki agama
saya, agama kalian juga bukan agama yang ada pada generasi umat ini ?. Yang
diajak berbicara tersebut adalah Ja’far bin Abu Thalib, maka ia berkata:
“Wahai raja Habasyah, kami dahulu adalah orang-orang jahiliyah, kami
menyembah berhala, kami makan bangkai, kami melakukan perbuatan keji,
memutuskan tali silaturrahim, mengganggu kenyamanan bertetangga, yang kuat
menindas yang lemah, kami dahulu tetap seperti itu sampai Allah mengutus
kepada kami seorang Rasul dari kami sendiri, kami mengetahui nasabnya,
kejujurannya, amanahnya, konsisten menjaga kesucian dirinya, seraya ia
mengajak kami untuk mengesakan Allah dan mengabdi kepada-Nya, melepaskan apa
yang kami dan nenek moyang kami sembah dahulu dari bebatuan, dan berhala, ia
menyuruh kami agar jujur dalam berucap, menunaikan amanah, menyambung tali
silaturrahim, berbuat baik pada tetangga, menjauhi yang diharamkan, darah,
melarang kami untuk melakukan perbuatan keji, berkata bohong, memakan harta
anak yatim, menuduh sembarangan seseorang berzina –naudzubillah-, ia
menyuruh kami untuk mengabdi kepada Allah semata, dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, ia juga menyuruh kami shalat, zakat dan puasa. Lalu kami
membenarkannya, kami beriman kepadanya, mengikuti ajarannya,  kami mengabdi
kepada Allah semata, dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, kami
mengharamkan yang haram, dan menghalalkan yang halal, lalu kaum kami
memusuhi kami, dan menyiksa kami, memfitnah kami, agar kami kembali
menyembah berhala, dan menghalalkan kembali apa yang dahulu kami halalkan….
(HR. Ahmad 1740)

Jika anda mengetahui siapa yang mengajakmu (Allah), maka kamu
akan mengetahui apa yang menjadikanmu berkomitmen?, sesungguhnya yang
mengajak adalah Allah –Ta’ala-, sebagaimanan firman-Nya:

( إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ ) آل عمران/ 19

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam”. (QS. Ali Imran: 19)

Dia juga berfirman:

( وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ ) آل عمران/ 85 .
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85)

Sesungguhnya Allah Maha Agung tidak mungkin mengajak kami
kepada sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kami, dan tidak baik bagi kami,
tetapi Dia justru mengajak kami kepada petunjuk dan cahaya (iman), bahkan
Dia tidak menciptakan makhluk-Nya sia-sia, tetapi ia menciptakan mereka
untuk mengemban misi penting yang agung yang berkaitan dengan-Nya, yaitu;
mengesakan-Nya dan mengabdi kepada-Nya, Allah berfirman:

( أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ
عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ ) المؤمنون/ 115

“ Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?”. (QS. Al Mukminun: 115)

Dia juga berfirman:

( وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ) الذاريات/ 56.

“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat: 56)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata: “…maksudnya adalah bahwa
Aku (Allah) menciptakan mereka, agar Aku suruh mereka beribadah kepada-Ku,
bukan karena Aku membutuhkan mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir: 4/239)

Sesungguhnya manusia tidak akan bisa hidup dalam rasa aman
tanpa adanya agama, karena manusia seperti perahu yang berjalan di lautan,
dan agama adalah nahkodanya yang menuntunnya kepada hal-hal yang bermanfaat,
jadi manusia harus memiliki agama, kalau tidak maka sebagiannya akan memakan
sebagian yang lain, dan sebaik-baik dan paling mulia adalah agama Islam.

kami mengajak anda untuk berfikir tentang keadaan umat Islam,
dalam kebiasaan mereka, urusan dan akhlak mereka. Bandingkanlah dengan
pengikut agama lainnya, maka jawabannya akan sangat jelas insya Allah.

Atau bertanyalah kepada orang-orang yang hidup di bawah
naungan peradaban yang tinggi, mereka tidak akan mendapatkan peradaban
tertinggi kecuali dengan Islam. Oleh karenanya mereka adalah manusia yang
sangat berpegang teguh kepada Islam karena mereka merasakan manisnya Iman
setelah mereka merasakan pahitnya kekafiran.

Baca juga jawaban soal nomor:
14055.

Kedua:

Adapun tantangan al Qur’an kepada para ahli bahasa Arab yang
fasih dan baligh, agar mendatangkan seperti al Qur’an ini, itu adalah
tantangan untuk masa lalu dan masa depan. Para ulama bahasa Arab tidak bisa
mendatangkan ayat serupa dengan ayat dalam al Qur’an. Tantangan itu masih
berlaku sejak diturunkannya al Qur’an, berapa banyak penyair, dan ahli
bahasa dari  orang-orang Arab, mereka semua tidak mampu mendatangkan surat
serupa dengan al Qur’an, bahkan 10 ayat saja mereka tidak mampu. Ya,
sebagian mereka sudah berusaha untuk menandingi al Qur’an, namun hasilnya
menjadi bahan tertawaan dan lelucon.

Kami akan ajak anda untuk kembali pada lebih dari 1400 tahun
yang lalu, agar anda mengetahui pengakuan para ahli bahasa Arab akan redaksi
dan keajaiban al Qur’an, di antara mereka adalah: abul Walid ‘Uqbah bin
Rabi’ah, Penyair Anis al Ghifari, dan telah kami sebutkan persaksian mereka
tentang al Qur’an pada jawaban soal nomor:
114028.

Berikut ini persaksian beberapa ahli bahasa pada zaman
modern:

1.Ibrahim Kholil berkata, dahulu
ia adalah termasuk pembesar pendeta, lalu Allah memberikan hidayah kepadanya
untuk masuk Islam: “Saya meyakini dengan sepenuhnya, bahwa seandainya saya
adalah orang yang tidak beriman dengan risalah samawiyah, lalu ada
sekelompok orang yang menceritakan tentang al Qur’an yang mendahului ilmu
modern dari semua sisinya, maka pasti saya akan beriman kepada Tuhan yang
mempunyai kekuatan, Pencipta langit dan bumi dan saya tidak akan
menyekutukanNya dengan sesuatu.

2.Reejez Blasyir –seorang
msisionaris asal Prancis- berkata: “Sesungguhnya al Qur’an bukan hanya
mu’jizat dari sisi kandungan dan ajarannya saja, namun sebelum itu semua al
Qur’an juga unggul dari sisi sastranya yang sangat bagus. Kholifah Umar bin
Khattab –radhiyallah yang sebelumnya menentang keras agama baru tersebut, ia
berubah menjadi penolong agama Allah ini setelah mendengar beberapa ayat
dari al Qur’an, kami akan menyebutkan sebuah hadits yang menyatakan sejauh
mana pengaruh lantunan al Qur’an ketika dibaca oleh orang-orang mukmin.

3.Buter –seorang wanita Amerika
memeluk agama Islam setelah perenungan yang dalam- berkata: “Ketika saya
menyempurnakan bacaan al Qur’an, saya merasakan bahwa inilah yang hak, yang
mampu menjawab dengan komprehensip pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah penciptaan dan lain-lain. Al Qur’an juga menyuguhkan kepada
kita kejadian-kejadian penting melalui kisah yang bisa dibaca dengan
seksama, sementara kisah-kisah tersebut bertentangan satu sama lain pada
kitab-kitab agama lain. Namun al Qur’an mampu menceritakan dengan alur yang
baik, yang tidak menyisakan keragu-raguan bagi yang membacanya, inilah yang
hak dan yang pasti bersumber dari Allah.

4.Mauris Bukari –Ilmuwan Prancis
yang terkenal masuk Islam setelah mempelajari banyak agama dan
membandingkannya- berkata: “Pertama kali yang saya pelajari adalah al
Qur’an, tanpa modal pemikiran atau pembahasan sebelumnya, untuk mencari
keselarasan antara al Qur’an dengan ilmu modern, sebelumnya saya mengenal
melalui terjemahan, bahwa al Qur’an menyebutkan banyak hal tentang kejadian
alam, namun pengetahuan saya waktu itu sangat terbatas, namun setelah saya
mempelajarinya dengan teks arabnya, saya mampu meyakini setelah saya
menyelesaikan bacaannya, bahwa al Qur’an tersebut sama sekali tidak ada
celah yang bisa disanggah isinya kalau ditinjau dari sisi ilmu modern,
dengan cara yang sama saya bandingkan dengan perjanjian lama dan injil.
Adapun kitab perjanjian lama, disana tidak ada kebutuhan untuk membahas hal
yang lebih jauh dari kitab pertama, yaitu; “Sifir Takwin”, saya telah
mendapatkan pernyataan yang tidak bisa dipadukan dengan ilmu modern pada
masa kita. Sedangkan kitab injil, kami menemukan beberapa ayat injil
“Matius” bertentangan dengan sangat jelas dengan injil “Lukas”, di dalam
injil Lukas dengan jelas menyebutkan sesuatu yang tidak sesuai dengan ilmu
modern, khususnya tentang kehidupan manusia di bumi.

5.Filip Hatti –Nasrani asal
Libanon- berkata: “Redaksi al Qur’an berbeda dengan kitab yang lain, ia tida
bisa dibandingkan dengan redaksi lain, dan tidak mungkin untuk ditiru,
inilah yang sangat mendasar dalam kemu’jizatan al Qur’an, dari semua
mu’jizat yang ada, maka al Qur’an adalah mu’jizat yang terbesar.

Kami menukil ini semua dari buku “Ath Tha’nu fil Qur’anil
Karim, war Raddu ‘ala Tha’inin fil Qarni Rabi’ ‘Asyar al Hijri” hal.
156-159, karya: Syeikh Abdul Muhsin bin Zubni al Muthairi –semoga Allah
memberikan taufiq kepada beliau-.

Adapun bentuk kemu’jizatan al Qur’an yang lain banyak sekali,
telah disebutkan oleh al Qadhi ‘Iyadh dalah bukunya “asy Syifaa”, Imam
Suyuthi meringkasnya dalam “al Itqaan” dan berkata: “al Qadhi ‘Iyadh berkata
dalam “asy Syifaa”: Ketahuilah bahwa al Qur’an banyak menyimpan
kemu’jizatan, kami dapat menyimpulkan pada empat hal:

1.Susunan bahasanya sangat indah,
adanya keselarasan redaksi, kalimatnya fasih, balaghahnya jauh di atas
kebiasaan orang Arab, yang pada waktu itu mereka berada pada masa keemasan
cara berbahasa.

2.Susunan bahasa yang
menakjubkan, ungkapan yang sangat berbeda dengan ungkapan orang Arab secara
umum, metode retorikanya, beberapa potongan ayatnya diakhiri dengan kata
yang tidak bisa dibandingkan dengan sebelum dan sesudahnya.

Dilihat dari dua sisi di atas adalah bagian dari kemu’jizatan
al Qur’an yang melemahkan orang Arab untuk mendatangkan salah satu dari
kedua sisi tersebut, karena kedua-duanya berada diluar jangkauan ilmu
mereka, sangat berbeda dengan tingkat kefasihan bahasa mereka.

3.Al Qur’an mencakup berita
tentang hal-hal ghaib, dan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada sebagaimana
yang dikabarkan.

4.Menjelaskan tentang berita
umat-umat dan syari’at terdahulu, yang sebelumnya tidak diketahui kisahnya
kecuali dari para rahib ahli kitab, dengan redaksi yang lengkap sesuai
dengan redaksi al Qur’an kepada seorang yang Ummi; yang tidak bisa membaca
dan menulis.

Keempat hal inilah, termasuk kemu’jizatan al Qur’an yang
tidak satu orangpun menentangnya.

(“al Itqan fi ‘Ulumil Qur’an” 4/18-19. Baca juga: “Asy
Syifaa” karya al Qadhi ‘Iyadh 1/258-272)

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

answer

Tema-tema Terkait

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android