Unduh
0 / 0

Meragukan Kredibilitas Shahabat Dan Kejujuran Mereka Adalah Menuduh Agama Mereka, Baik Secara Global Atau Terperinci

Pertanyaan: 187689

Apa yang menyebabkan kita harus percaya tentang keshahihan hadits keutamaan para shahabat yang berjumlah banyak? Di antaranya ada diriwayatkan oleh dirinya sendiri, yaitu bahwa shahabat tersebut meriwayatkan sendiri. Tidakkah mungkin, saya mohon ampun atas ungkapan ini, dia berdusta untuk memberikan keutamaan pada dirinya yang bukan miliknya. Masalah ini hendaknya tidak dibantah dengan kredibilitas (adalah) para shahabat dan bahwa mereka tidak berdusta, karena syubhat ini gugur oleh hadits-hadits yang mengabarkan hal tersebut. Sebagaimana hadits-hadits yang diriwayatkan shahabat tentang keutamaan shahabat-shahabat lainnya, mungkin saja disampaikan dalam bentuk basa basi atau taku dengan kekuasaan atau mengharap harta atau kekuasaan jika halnya hadits-hadits itu berkaitan dengan para khalifah. Kemudian soal yang sama juga diarahkan kepada ayat-ayat Alquran, apakah tidak mungkin para shahabat sepakat mencantumkannya untuk menjelaskan keutamaan mereka secara umum.

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Shahabat radhiallahu anhum adalah kaum yang Allah berikan
keistimewaan mendampingi NabiNya shallallahu alaihi wa sallam.
Keutamaan-keutamaan mereka telah dinyatakan dalam Alquran dan sunah yang
shahih, juga disaksikan oleh sejarah, juga disaksikan oleh mereka yang pro
dan kontra. Tak terbilang perkara yang membuktikan hal tersebut.

Jika mengikuti alur pemikiran penanya, maka semua yang sudah
tercatat dan dipastikan, dapat masuk ke wilayah prasangka dan
kemungkinan-kemungkinan yang rusak yang pada dasarnya hal itu tidak dapat
diterima akal.

Maka, siapa yang dalam dirinya masih meragukan kredibiltas
para shahabat radhiallahu anhum, berarti dia telah menghadirkan keraguan
terhadap Agama Allah, terhadap syariat Allah dan terhadap sunah Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam!

Siapakah mereka yang membacakan Alquran kepada orang-orang
dan mengajarkan kewajiban-kewajiban agama dalam syariat serta hukum-hukum
Allah dan sunah-sunah RasulNya?

Siapakah yang mengajarkan shalat, puasa, manasik haji,
hukum-hukum mu’amalah, pernikahan, thalaq dan peradilan kepada kaum muslimin?

Darimana orang-orang mendapatkan berita tentang surga dan
kenikmatannya serta sifat-sifat neraka serta azabnya?

Siapa yang mengabarkan kepada mereka tauhid kepada Allah dan
mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar?

Bagaimana mereka mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifatnya
serta berpegang teguh pada pedoman yang benar dan bertentangan dengan ahli
bid’ah?

Siapa yang mengajarkan orang-orang kemuliaan akhlak dan
keutamaan amal?

Apakah anda kira bahwa Allah Ta’ala, mungkin bagi Allah
memilih pemimpin umat manusia, namun dipilihkan untuknya para shahabat
pendusta yang berdusta kepada Allah dan rasul-Nya. Kalau mereka dapat
mengarang-ngarang Alquran dan memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan
mereka, bagaimana kita dapat mempercayai segala sesuatu yang mereka
sampaikan dan ajarkan tentang agama Allah?!

Apakah yang orang memiliki sifat demikian dapat dipercaya
untuk menyampaikan ajaran Allah, hukum-hukum agamanya dan syariat RasulNya?!
Jika demikian halnya, maka agama akan hapus seluruhnya, tidak ada Islam,
tidak ada iman, tidak ada ihsan. Yang ada hanyalah dusta dan manipulasi!

Maha suci Allah, sungguh ini merupakan kedustaan yang besar.

Jika keragu-raguan yang dapat menghapus agama dan
mengeluarkan seseorang darinya kita ikuti terus, maka tidak ada satupun yang
benar dalam agama ini, karena semuanya mungkin dibuat-buat para shahat dan
disebarkan ke tengah orang!

Dengan cara anda seperti ini, bagaimana urusan nasab
seseorang dapat dibenarkan? Darimana seseorang, siapapun dia, mengaku bahwa
dirinya adalah anak si fulan?! Bagaimana kita mengetahui di tengah
masyarakat, mana ana yang sah dan mana anak hasil zina?!

Bukankah, berdasarkan cara berpikir anda, boleh jadi
orang-orang berkomplot untuk berdusta, sehingga seorang pezina mengakui
anaknya sebagai anak yang sah dari sebuah pernikaha, bukan dari hasil zina.

Jika kita tidak mengakui kebenaran para shahabat dan
kejujuran serta amanah mereka, maka agama ini akan runtuh seluruhnya. Tidak
aka nada yang namanya syariat, aqidah, prinsip agama, pedomannya, yang halal
dan yang haram yang dapat ditetapkan. Karena semuanya ada kemungkinan dusta
di dalamnya, baik secara global atau terperinci, berdasarkan asumsi bahwa
semua itu disammpaikan oleh orang-orang yang bersepakat dusat kepada Allah
dan RasulNya!!

Maha Suci Engkau Ya Allah, ini merupakan dusta besar!

Kami sucikan Engkau wahai tuhanku dari keyakinan tersebut,
kami ingkari dan kami tolak serta tidak kami terima. Kami berlindung semoga
keyakinan tersebut tidak bersarang dalam pikiran kami atau terlintas dalam
hati kami. Kami bersaksi kepadaMu pada diri kami bahwa kami memuliakan para
shahabat Nabi kami dan bahwa mereke adalah orang-orang yang lisannya paling
jujur dan paling menjaga amanah serta yang akhlaknya paling baik serta orang
yang paling mulia perangainya, paling utaman amalnya, paling dekat kepada
Allah serta paling agung iman dan keyakinannya.

Karena itu, merupakan prinsip keyakinan Ahlussunnah wal
jamaah adalah mencintai para shahabat dan loyal kepada mereka serta bersaksi
bahwa mereka beriman dan memiliki keutamaan, kejujuran, menjaga kehormatan
diri dan amanah, dan bahwa melecehkan mereka atau salah seoragn dari mereka
adalah kebinasaan dan kesesatan dari jalan yang lurus.

Imam Ahmad meriwayatkan (3589) dengan sanad yang baik dari
Abdullah bin Masud, dia berkata, “Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para
hamba, lalu dia mendapatkan hati Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
sebagai sebaik-baik hati hamba, lalu Dia memilihnya untuk diriNya dan
kemudian Dia mengutusnya untuk membawa risalahnya. Kemudian dia melihat hati
hambanya setelah Muhammad, maka Dia dapatkan hati para shahabatnya sebagai
sebaik-baik hati, maka Dia jadikan mereka para pendamping nabinya yang
berjuang membela agamanya.”

Al-Maimuni berkata, “Ahmad bin Hambal berkata, ‘Wahai Abu
Hasan, jika engkau melihat seseorang menyebutkan para shahabat dengan
keburukan, maka tuduhlah keislamannya.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah, 8/148)

Abu Zur’ah Ar-Rozi berkata, “Jika engkau melihat seseorang
melecehkan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
ketahuilah bahwa dia adalah seorang zindiq. Hal tersebut karena Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bagi kita adalah haq dan Alquran adalah haq.
Dan yang menyampaikan Alquran kepada kita serta sunah adalah para shahabat
Rasulullah shallallahu alahi wa sallam. Sesungguhnya yang mereka (orang yang
mencela shahabat) inginkan adalah agar kita membatalkan persaksian kita dan
kemudian mereka akan menggugurkan kedudukan Alquran dan Sunah. Celaan
terhadap mereka lebih layak karena mereka adalah zindiq.”

(Al-Kifayah Fi Ilmirriwayah, Al-Khotib Al-Baghdadi, hal. 49)

Abu Na’im Alhafiz rahimahullah berkata, “Bukankah engkau
perhatikan bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan Nabinya shallallahu alaihi
wa sallam agar memohonkan maaf dan ampunan bagi mereka serta rendah hati
terhadap mereka. Siapa yang mencaci dan membenci mereka serta menyimpulkan
ijtihad mereka dan peperangan mereka dengan cara tidak baik, maka dia telah
menyimpang dari perintah Allah Ta’ala serta pelajaran dan wasiatnya terhadap
mereka. Tidaklah orang mejulurkan lisannya terhadap mereka kecuali orang
yang hatinya busuk terhaap Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para
shahabatnya, terhadap Islam dan kaum muslimin.

“Tatsbiitul Imamah” hal. 375

Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Allah Azza wa Jalla lebih
mengetahui bagaimana ajarannya dibuat dan Dai sebarkan. Dia lebih mengetahui
siapa yang lebih layak untuk menanggung beban membawa ajaranNya. Maka Dia
berikan kepada hambaNya yang amanah dan penuh nasehat serta penghormatan
terhadap yang diutus sesuai kewajibannya dengan penuh kesabaran menaati
perintahnya dan bersyukur atas segala nikmatnya dan bertaqarrub kepadaNya.
Dia lebih tahu siapa yang layak untuk itu dan siapa yang tidak layak.
Demikian pula Dia lebih mengetahui siapa generasi yang layak untuk menerima
ajaran itu dan menyampaikan apa yang mereka terima dari Tuhan mereka.” (Thariqul
Hijrotain, hal. 97)

Allah Ta’ala berfirman, “

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا
سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ (سورة الفتح: 29)

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah
Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (SQ. Al-Fath: 29)

Ibnu Katsir rihimahullah berkata,

“Berdasarkan ayat ini, Imam Malik rahimahullah dalam sebuah
riwayat berkesimpulan kafirnya kaum rafidhah (syiah) yang membenci shahabat.
Dia berkata, ‘Karena mereka membenci para shahabat. Siapa yang membenci
shahabat maka mereka kafir berdasarkan ayat ini. Pendapatnya ini disetujui
oleh sejumlah ulama. Hadits-hadits yang berbicara tentang keutamaan para
shahabat dan larangan menyakitinya sangat banyak. Cukuplah Allah memuji
mereka dan ridha kepada mereka.” (Tafsir ”bnu Katsir, 7/362)

Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Siapa yang merendahkan
salah seorang dari mereka (shahabat) atau menuduhnya, maka dia telah
menentang Allah Rabbul aalamin dan menggugurkan syariat Islam.” (Tafsir
Al-Qurthubi, 16/297)

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Karena, generasi
pertama umat ini, merekalah yang menegakkan agama ini, baik dengan
pembenaran, ilmu dan pengamalan sertai menyampaikannya. Menuduh mereka,
berarti menuduh agama ini, menyebabkannya berpaling dari ajaran yang Allah
utus melalui para NabiNya.

Inilah yang menjadi tujuan utama munculnya bid’ah syiah.
Karena tujuannya adalah menghalangi jalan Allah dan menggugurkan apa yang
dibawa para rasul dari Allah Ta’ala. Karena keunggulan mereka akan tampak
jika agama ini lemah. Di kalangan orang-orang atheis, bidah ini (syiah) akan
tampak unggul.” (Minhajussunnah, 1/18)

Yang ingin kami tekankan di sini adalah bahwa memunculkan
keraguan terhadap keadilan (kredibilitas) para shahabat sama dengan menuduh
agama baik secara global maupun terperinci. Ini merupakan kekufuran. Semoga
Allah melindungi kita.

Berlindunglah kepada Allah wahai hamba Allah dari keraguan
ini. Tujuan setan tak lain hendak menutup hati anda untuk merusak agama anda.
Perbanyaklah berzikir kepada Allah, membaca Alquran, membaca kitab-kitab
hadits, dan kitab-kitab tentang keutamaan para shahabat. Seperti keutamaan
para shahabat oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah serta kitab-kitab
tentang sirah dan kehidupan mereka.

Kami nasehatkan anda untuk membaca kitab ringkas yang sangat
bermanfaat, yaitu ‘Shurotan Mutadhadan Li Juhudinnabi Al-A’zom,’ Al-Allamah
Syekh Abu Hasan An-Nadawi rahimahullah. Belakangan telah dipublikasikan
dalam suplemen Majalah Al-Azhar, mungkin dapat didownload di internet.

Untuk mendapatkan manfaat lebih lengkap, silakan merujuk soal
no.

118176

Wallahua’lam
.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android