Unduh
0 / 0
166911/09/2013

Kalau Dia Mandi Dari Jima’ Sebelum Tidur, Ketika Bangun Didapati (sesuatu yang) Basah

Pertanyaan: 201150

Kalau terjadi jima malam hari, saya mandi. Ketika bangun subuh, saya dapati Sesutu basah hasil dari jima. Pada sebagian waktu, saya ragu bermimpi. Ketika saya bangun, saya dapati sesuatu yang basah. Akan tetapi basah hasil dari jima waktu malam hari. Apakah saya harus mandi? Apakah mimpi itu dari syetan?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Siapa yang mandi dari mimpi
atau jima’ kemudian setelah mandi keluar sesuatu tanpa ada syahwat, maka dia
tidak diharuskan mengulangi mandi. Karena sesuaatu yang keluar adalah sisa
dari janabat pertama. Akan tetapi kalau keluar mani baru disertai dengan
syahawat, maka diwajibkan mandi lagi karena ada sebab. Silahkan melihat
jawaban soal no. 12352, 44945.

Kedua:

Siapa yang bangun dari
tidurnya dan mendapatkan basah, dan dia yakin itu adalah mani, makaa
diharuskan mandi. Baik dia ingat mimpi atau tidak. Silahkan melihat jawaban
soal no. 22705. Kalau ragu-ragu, yang basah itu mani
atau lainnya, akan tetapi kalau mani ini sebabnya jima’ yang terjadi sebelum
tidur. Maka tidak diharuskan mandi lagi. Kalau hasil dari syahwat setelah
mandi pertama karena jima baru atau mimpi, maka diharuskan mandi lagi. Kalau
ada keraguan tidak diwajibkan mandi. Karena asalnya adalah bekas dari jima’
tadi.

Kesimpulannya: bahwa
keluarnya mani setelah mandi, tidak mengharuskan mengulangi mandi lagi. Akan
tetapi diharuskan berwudu. Yang diharuskan mengulangi mandi kalau terjadi
mimpi basah setelah mandi atau perkiraan kuat terjadi hal itu bukan sekedar
keraguan.

Ketiga:

Mimpi terkadang permainan
dari syetan terhadap anak Adam dalam tidurnya, ia dari syetan. Karena ia
termasuk mimpi dan mimpi itu dari syetan. Terkadang sekedar keluarnya mani
dari badan karena sakit atau dingin atau tekanan syahwat bukan dari syetan.
Terkadang karena rahmat Allah terhadap manusia, dimana keluarnya air ini ada
faedah untuk tubuh. Bisa jadi tertahannya menjadi musibah. Yang menjadi
perhatian seseorang bahwa ia tidak dibebani dan tidak dicela selagi tidak
mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan yang menjadikan seperti itu.

Sementara apa yang
diriwayatkan dari hadits Ibnu Abbas:

( ما احتلم نبي قط ، إنما الاحتلام من الشيطان )

“Nabi tidak pernah bermimpi
sama sekali, sesungguhnya mimpi itu dari syetan.”

Hadits ini lemah sekali baik
marfu’ (sampai kepada Nabi) maupun mauquf (hanya sampai kepada para shahabat).
Silahkan melihat ‘Dhoifah, (1432). Silahkan melihat jawaban soal no.
151719 dan no. 114702.

Wallahu a’lam
.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

answer

Tema-tema Terkait

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android