Unduh
0 / 0
8072720/11/2004

Mana Yang lebih Sahih Tafsir Ibnu Katsir Atau Tafsir At Thabari ?

Pertanyaan: 43778

Mana yang lebih mendekati kebenaran “Tafsir Ibnu Katsi ” atau “Tafsir At Thabari”

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Kedua tafsir
ini ditulis oleh ulama besar di antara para Ulama Ahlus Sunnah.
Para Ulama senantiasa memberi nasihat agar memiliki dan
mempelajari keduanya. Masing-masing dari
keduanya memiliki keistimewaan yang menjadikan para penuntut
ilmu tidak bisa menyebutkan kelebihan salah satu dari yang lainnya, dan
dibawah ini sekilas tentang kedua tafsir tersebut :

1-

Tafsir At Thabari :

·Imam Muhammad bin Jarir At Thabari dilahirkan
pada tahun 224 hijriyyah di daerah yang disebut Thabaristan, wafat pada
tahun 310 hijriah diusia
86 tahun.

· Tafsirnya dinamakan: “Jami’ul Bayan Fi Ta’wili
Aayatil Qur’an”.                                                 Abu Hafidz
Al Isfiraini berkata : Jika  seseorang pergi ke negri Cina hanya
untuk mendapatkan ilmu dari kitabnya
maka hal itu sangat layak dimengerti.” (Dari kitab “Thabaqaatul Mufassirin”
Oleh Ad Daawidi, 2/106)

· Ibnu Khuzaimah berkata: Aku menelaah kitab
Tafsirnya dari permulaan hingga akhirnya, maka aku tidak mengetahui jika ada
seorang di permukaan bumi ini yang lebih mengerti dari pada Ibnu Jarir.
(Dari kitab “Siyar A’laamil
Nubala”, 14/273)

·Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : Adapun
kitab-kitab tafsir yang beredar di tengah masyarakat; maka yang paling
shahih di antara kitab-kitab tafsir tersebut adalah karangan Muhammad bin
Jarir At Thabari. Karena di dalamnya disebutkan perkataan para ulama salaf
dengan sanad yang tidak diragukan lagi kesahihannya serta tidak ada bid’ah
di dalamnya Tidak pula menukil perkataan orang-orang yang diduga dengan
kedustaannya seperti Muqotil bin Bakir dan Al Kalbi. (Majmu Al Fatawa,
13/358). Dia juga mengatakan dalam kitab “Muqaddimatun Fi Ushulut Tafsir”,
hal  39 tentang tafsir Ibnu Jarir, “Tafsir At Thabari adalah tafsir yang
paling mulia dan paling berbobot isinya.”

·Tafsir ini bersandar kepada perkataan tiga
tingkatan dari tingkatan para ahli tafsir ulama salaf.
Mereka adalah para sahabat, tabi’in dan tabi’ti
tabi’in. Disebutkan perkataan mereka dengan sanad
yang disandarkan kepada mereka dan inilah bentuk keistimewaan yang amat luar
biasa dalam penulisan kitabnya yang tidak didapati dikebanyakan kitab-kitab
tafsir yang ada pada kita Akan
tetapi keistimewaan ini tidak sepadan dengan keadaan kaum Muslimin pada
umumnya yang rata-rata tidak memiliki kemampuan untuk menelaah sanad-sanad
dan mengetahui serta membedakan yang sahih dari yang dla’if. Mereka
merasa cukup dan berhenti sebatas pada kebenaran sanad dan kedha’ifannya
dengan ungkapan yang ringkas, jelas dan terang.

·Apabila imam At Thabari telah selesai
mengutarakan perkataan-perkataan para ulama,
beliau merajihkan (menguatkan) atau
memilih pendapat yang beliau anggap paling benar kemudian beliau
sebutkan sanadnya dalam tarjih.

2-

Tafsir Ibnu Katsir :

·Beliau adalah Abul Fida’ Isma’il Bin Katsir Ad
Dimasyqi, wafat pada tahun 774 hijriyyah.

·Tafsirnya
dinamakan  “Tafsir Al Qur’an Al
‘Adzim”

·Imam As Suyuthi Rahimahullah berkata tentang
kitab tafsir ini, “Ttidak ada orang yang hidup di zamannya mengarang sepadan
dengan Tafsirnya.” (Tadzkiratul
Huffadz,  hal.
534)

·Tafsirnya tergolong tafsir bil ma’tsur,
maksudnya adalah mentafsirkan ayat-ayat al Qur’an dengan ayat yang lain atau
dengan hadits Nabi, dan tingkat kemasyhuran tafsirnya menurut Ulama mutakhir
adalah setelah kemasyhuran Tafsir At Thabari.

·Redaksinya sangat mudah dipahami dengan tata
bahasa yang baik, tidak terlalu panjang dan membosankan atau terlalu pendek
dan menyulitkan pemahaman.

·Metode dalam penulisan tafsirnya: Beliau
menafsirkan ayat dengan ayat, dan menyebutkan ayat yang berkaitan dan sesuai
dengan ayat yang sedang ditafsirkan, kemudian menghadirkan hadits-hadits
yang bersinggungan dengan tema ayat, sebagaimana beliau juga meletakkan
sanad-sanad hadits tersebut khususnya apa yang diriwayatkan  oleh Imam Ahmad
dalam Musnadnya. Beliau termasuk salah seorang yang hafal Musnad (Ahmad).
Sering kali beliau juga berbicara tentang kesahihan dan kelemahan hadits,
dan ini merupakan salah satu diantara keistimewaan yang luar biasa dalam
tafsirnya. Kemudian beliau juga
menyebutkan ucapan para salafus Shalih dari kalangan sahabat maupun Tabi’in,
dan menyelaraskan antar pendapat. Di samping itu
beliau juga menghindari khilaf yang menyimpang. Muhammad bin Ja’far Al
Kattani mengungkapkan kekagumannya pada pentafsiran beliau, “Sungguh
tafsir beliau sarat dengan Hadits-hadits dan Atsar disertai sanadnya
masing-masing dengan disebutkan tingkat kesahihan dan kelemahan para
perawinya.” (Ar-Risalah Al-Mustathrifah,
hal. 195).

·Beliau juga memberi perhatian pada aspek Syar’i
dari riwayat-riwayat Israiliyyah, yang sebagiannya diletakkan pada ayat-ayat
tertentu saat menafsirkan.

Kesimpulannya :

Sesungguhnya
bagi para penuntut ilmu dua kitab tafsir ini adalah sebuah kebutuhan yang
tidak dapat dipisahkan. Jika menilik keutamaan antara keduanya, maka
sesungguhnya Tafsir Ibnu Jarir tidak ada seorang ulama pun setelahnya yang
mengarang sepadan dengan kitab tersebut dan dia merupakan bekal bagi para
Ulama dan bagi para penuntut ilmu. Akan tetapi kitab ini  tidak cocok bagi
kalangan awam,  karena ketidaksanggupan mereka dalam memahami tafsir
tersebut. Adapun Tafsir Ibnu
Katsir dia lebih mudah bagi  kebanyakan orang, dan di
dalamnya juga terdapat faedah-faedah yang teramat besar bagi para ulama dan
penuntut ilmu. .

Wallahu A’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android