Unduh
0 / 0
4,23610/07/2003

Orang Tua Sering Bepergian dan Hawatir Pada Anak-anaknya Melakukan Hal-hal Yang Menyimpang

Pertanyaan: 45359

Saya sering bepergian, jauh dari anak-anak saya selama satu sampai dua tahun, kemudian waktu bersama dengan mereka hanya satu bulan, kemudian saya bepergian lagi, demikian seterusnya. Kondisi seperti ini dalam rangka untuk mencari rizeki, dan biaya bagi anak-anak saya. Namun setelah saya perhatikan belakangan ini akhlak mereka mulai berubah dan mulai tidak baik. Saya hawatir mereka akan berperilaku menyimpang.

Apa yang harus saya lakukan ?, Apakah saya tetap bepergian untuk mendapatkan uang guna kebutuhan mereka atau saya berhenti bepergian dan menemani mereka ?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Agar diketahui wahai
saudaraku, bahwa Allah –Ta’ala- telah memberikan amanah kepada setiap ayah
dan tanggung jawab yang akan ditanya pada hari kiamat nanti. Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ
مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
)
رواه البخاري (2409) ومسلم (1829)
.

“Setiap kalian adalah
pemimpin dan bertanggung jawab akan kepemimpinannya, Seorang imam adalah
pemimpin dan bertanggung jawab akan kepemimpinannya, seorang laki-laki
adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab akan kepemimpinannya,
seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab akan
kepemimpinannya”. (HR. Bukhori 2409 dan Muslim 1829)

Dan kewajiban utama yang
harus didahulukan bagi seorang ayah adalah memperhatikan anak-anaknya
tentang agama dan akhlaknya, karena dengan itulah yang akan menjamin
keberhasilan mereka di dunia dan akheratnya. Allah –Ta’ala- berfirman:

( يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ) التحريم /6
.

“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At
Tahrim: 6)

Ali bin Abi Thalib berkata:
“maksudnya adalah ajarilah mereka ilmu dan akhlak yang baik”.

Sebelum tanggung jawab harta
dan nafkah, di sana ada yang lebih besar dari pada itu semua, yaitu;
kesungguhannya dalam memperhatikan mereka agar mereka lulus dari adzab Allah
di akherat kelak.

Ada banyak contoh yang mulia
dari orang-orang yang menjaga amanah, dan mereka melakukan kewajiban mereka
kepada isteri dan anak-anak mereka.

Ada seseorang yang
membangunan isterinya pada sepertiga terakhir dari malam harinya agar
mengerjakan shalat. Dan pada waktu subuh ia membangunkan anak-anaknya dan
mengajaknya ke masjid, duduk bersama berdzikir kepada Allah, membaca al
Qur’an sampai terbitnya matahari.

Sedangkan yang lainnya,
membiasakan dirinya untuk mengajak anak-anaknya untuk mendirikan shalat lima
waktu berjama’ah di masjid, dan seusai shalat ashar mereka tetap berada di
masjid untuk belajar al Qur’an, tahsin, tajwid, tahfidz dan tafsirnya
bersama-sama, kembali pulang ke rumah juga bersama-sama.

Namun sayangnya, di sana
banyak para orang tua yang tidak melakukan apa yang telah diperintahkan oleh
Allah kepada mereka untuk menjaga keluarganya dalam masalah-masalah agama,
mereka banyak yang fokus untuk memenuhi kebutuhan duniawi semata !!

Sebagian para ayah jika
anaknya sedang sakit dan suhu badannya panas sedikit saja langsung panik dan
segera mencikan dokter dan obatnya. Hal ini baik sekali, dan merupakan
bentuk kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Akan tetapi yang mengherankan
adalah bahwa dia tidak peduli dengan tingkah laku anaknya yang mengerjakan
perkara yang diharamkan, bahkan dosa besar yang termasuk penghancur.

Seberapa panaskah api neraka
jahannam itu ?

Bagaimana ia begitu khawatir
ketika suhu badan anaknya panas sedikit dan tidak khawatir dengan panasnya
api neraka ?!

Sebagian orang tua jika
anaknya pulang terlambat dari sekolahnya, atau terlambat bergabung dengan
teman-temannya seakan sudah kehilangan akalnya, tidak bisa tidur dan
begadang dengan tidak tenang, sampai ia mendatangkan pengajar untuk
mendorong anaknya maju meraih kesuksesan.

Sedangkan jika anak-anaknya
meremehkan shalatnya, atau meninggalkannya, atau melakukan sesuatu yang
diharamkan bahkan melakukan dosa besar, tidak sedikitpun mereka mendapat
teguran dari orang tuanya.

Sebagian ayah ada yang marah
sekali jika anaknya tidak memenuhi hak-haknya kepadanya, atau meremehkan
perintahnya. Namun ia tidak peduli jika anaknya tidak memenuhi hak-hak Allah
–Ta’ala- atau meremehkan perintah-perintah-Nya ?!

Seorang bapak yang meremehkan
anak-anaknya, mereka tidak diarahkan dengan melalui kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan mereka tidak tumbuh
berdasarkan akidah keimanan dan akhlak Islami, maka bisa dipastikan bahwa
mereka akan berperilaku menyimpang dan akan muncul sebagai generasi yang
lemah, pendendam, menyimpang dan janggal. Yang akan menjadi korban awal dari
kerusakan dan penyimpangan mereka adalah seorang ayah dan ibu yang kurang
memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

Oleh karenanya, menjadi
sebuah nasehat bagi anda –wahai saudaraku penanya-: Jika anda melihat bahwa
bepergian anda dalam waktu yang lama, jauhnya anda dengan anak-anak anda,
akan menjadi sebab lemahnya pendidikan mereka dan pemicu perilaku menyimpang
mereka, maka anda wajib kembali kepada mereka, dan berusaha untuk mendidik
mereka dengan pendidikan yang baik.

Apa yang bisa anda ambil
pelajarannya ?, Apa yang akan dirasakan oleh anak-anak, meskipun anda
memberinya banyak uang, namun mereka terjun ke masyarakat dengan perilaku
menyimpang ?!

Jikalau anda mampu berfikir
dua kali, maka anda akan melihat banyak contoh dari orang laki-laki yang
meninggalkan anak-anaknya, merasakan pahitnya keterasingan, dan sendirian
dalam rangka untuk mengumpulkan uang demi anak-anaknya, kemudian mereka
kembali dan membawa hartanya, namun mereka telah merugi karena menomorduakan
sesuatu yang lebih penting yaitu anak-anak mereka, anak-anaknya telah
menyimpang disebabkan jauhnya sang ayah, dan kurangnya pengawasan ibunya.

Anak-anaknya akan mengingkari
perlakuan ayahnya terhadap mereka, karena mereka hanya menguasai
anak-anaknya dengan harta, maka (bisa jadi) anak-anaknya akan mencela
mereka, tidak memiliki etika kepada ayahnya, bahkan kadang-kadang sampai
memukulnya. Kalau sudah begini para ayah akan sangat menyesal karena
keberadaanya jauh dari anak-anaknya.

Namun, apa gunanya penyesalan
setelah semuanya terlambat !?

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah
–rahimahullah- pernah ditanya tentang perjalanan kepala keluarga, maka
beliau menjawab :

“Sedangkan perjalan kepala
keluarga, jika perjalanannya akan membahayakan keluarganya, maka janganlah
dilanjutkan. Karena Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( كَفَى
بِالْمَرْءِ إثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ ) حسنه الألباني في صحيح أبي
داود

“Cukuplah dosa bagi seseorang
kalau menelantarkan siapa saja yang menjadi tanggung jawabnya”. (Dihasankan
oleh al Baani dalam “Shahih Abu Daud” 1692)

Bahaya yang dimaksud adalah
karena sedikitnya nafkah atau karena mereka lemah, maka perjalanan dalam
kondisi seperti ini hukumnya haram.

Namun jika perjalanannya
mereka tidak membahayakan mereka, akan tetapi mereka merasa sakit karena
ditinggalkan, atau keadaan mereka berubah, maka jika dalam perjalanannya
tidak mendatangkan manfaat yang signifikan, seperti; ilmu yang khawatir
ketinggalan, atau karena harus bertemu seorang Syeikh, kalau tidak maka diam
bersama dengan keluarga lebih baik. Namun jika perjalannya seperti
kebanyakan orang karena gelisah atau karena hiburan atau refreshing saja,
maka diamnya dirumah dengan beribadah kepada Allah lebih baik baginya.
Kepala keluarga yang seperti ini membutuhkan konsultasi kepada seseorang
yang memahami kondisinya dan dapat dipercaya, karena kondisi masayarakat
berbeda satu sama lain dengan sangat jelas. Wallahu Ta’ala a’alam.

(Dengan sedikit revisi dari
“Majmu’ Fatawa” 28/28)

Kami mohon kepada Allah agar
memberikan ilham dan petunjuk kepada anda untuk kebaikan anda dan anak-anak
anda.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android
at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android