Apakah ada pahala tertentu mendaki Jabal Rahmah padah hari Arafah dan shalat di sana?
Apa Hukum Mendaki Jabal Rahmah Pada Hari Arafah dan Shalat Di Sana?
Pertanyaan: 109290
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Tidak ada dalil dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau menganjurkan untuk mendaki sebuah bukit di Arafah yang lebih dikenal dengan sebutan Jabal Rahmah. Begitu pula bukan merupakan petunjuk Beliau shallallahu alaihi wa sallam mendaki Jabal Rahmah dalam hajinya, beliau pun tidak menjadikannya sebagai tempat ibadah. Padahal beliau bersabda, ‘Hendaklah kalian mengambil manasik (haji) dariku”. Berikutnya para Khulafa Rasyidin dan seluruh shahabat serta para tabi’in, mereka tidak mendaki Jabal Rahmah dan menjadikan bukit tersebut sebagai tempat ibadah untuk meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalil yang ada adalah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan wukuf di bebatuan besar yang terdapat di bawah bukit tersebut, lalu beliau berkata, ‘Aku wukuf di sini, dan Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf, hindarilah lembah Uranah’ Karena itu, banyak ulama yang berkata, ‘Mendaki Jabal Rahmah saat ibadah haji dengan niat ibadah adalah bid’ah’. Di antaranya adalah Imam Nawawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Syaikh Shadiq Hasan Khan. Sementara (sabda beliau) shallallahu alaih wa sallam ‘Siapa yang beramal dengan amal yang tidak bersumber dari ajaranku, maka dia tertolak.”
Juga bukan merupakan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat sunnah di Arafah, akan tetapi beliau cukup melakukan shalat Zuhur dan Ashar di Masjid Namirah, dengan cara jamak dan qashar, beliau tidak menjadikan Jabal Rahmah sebagai tempat shalat, agar orang-orang yang mendakinya melakukan shalat sunnah atau fardu di atas bukit tersebut pada hari Arafah. Akan tetapi beliau hanya menyibukkan diri dengan zikir kepada Allah, dengan tasbih, tahlil, tahmid, takbir, talbiah, berdoa dan munajat kepada Allah, hingga matahari terbenam. Maka menjadikan Jabal Rahmah sebagai masjid atau tempat shalat bagi orang yang mendakinya termasuk perkara bid’ah yang dilakukan oleh orang yang tidak paham terhadap Islam.
Semoga kita mendapat taufiq dari Allah, shalawat dan salam, semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan shahabatnya.
Lajnah Ad-Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta,
Syekh Ibrahim bin Muhammad Al-Syaikh, Syek Abdurrazzaq Afifi, Syekh Abdullah bin Gudayyan, Syekh Abdullah bin Muni’.
Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 11/206-208
Syekh Ibnu Utsaimin, rahimahullah berkata,
Mendaki Jabal Arafah (Jabal Rahmah) bukan perkara yang disyariatkan, bahkan jika seseorang menganggapnya ibadah, maka dia termasuk bid’ah. Tidak dibenarkan seseorang menyakininya sebagai bagian ibadah, dan tidak boleh juga dia melakukannya dengan alasan ibadah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling semangat melakukan kebaikan, dan orang yang paling bersungguh-sungguh menyampaikan ajarannya, dan orang orang yang paling mengetahui ajaran Allah, beliau tidak mendakinya dan tidak memerintahkan seorang pun mendakinya, dan setahu saya, beliau tidak memberikan persetujuan bagi yang mendakinya. Maka dengan demikian, mendaki Jabal Rahmah bukan perkara yang disyariatkan, bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau wukuf di belakangnya dari arah timur, beliau berkata, ‘Aku wukuf di sini, dan Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf’ Seakan beliau shallallahu alaihi wa salam mengisyaratkan bahwa setiap orang hendaknya wukuf di tempatnya masing-masing dan tidak berdesak-desakkan di tempat yang pernah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jadikan sebagai tempat wukufnya.”
Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 23/32.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam