Unduh
0 / 0
657222/11/2011

Enggan Memberikan Nafkah Kepada Istrinya Karena Dia Mempunyai Anak-anak Dari Suami Yang Lain

Pertanyaan: 174801

#Alhamdulillah saya baru saja memeluk Islam yakni semenjak satu setengah tahun yang lalu, dan atas kehendak Allah pada akhirnya saya pun menikah. Akan tetapi saya mempunyai berbagai macam catatan terkait suami saya yang baru ini. Sebenarnya sebelumnya saya telah menikah selama sekitar enam belas tahun dan dari pernikahan saya dengan suami pertama saya dikaruniai dua anak.

Suami saya yang baru ini memberitahukan kepada saya bahwa dia tidak mempunyai tanggung jawab dengan anak-anak saya.
Padahal selamanya saya tidak pernah menuntut kepada suami saya yang sekarang ini agar dia menjadi pengganti sebagai ayah bagi kedua anak saya akan tetapi saya berharap agar dia hanya berperilaku lembut saja pada keduanya.

Suami saya ini tidak melakukan apapun untuk kedua anak saya karena dia menganggap bahwa dia pada dasarnya tidak mempunyai kewajiban apapun bagi keduanya. Dia menuntut kepada saya agar semua tanggung jawab saya hanya dicurahkan untuknya. Saya tahu sesungguhnya dia wajib memberikan nafkah kepada saya akan tetapi hal ini tidak dia tunaikan karena dia berpandangan apabila dia menafkahi saya maka sudah barang tentu dia akan menafkahi anak-anak saya juga. Maka bagaimanakah saya menyikapi problematika ini dan apakah prinsip suami saya benar ???

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

..

Pertama :

Kita memuji kepada
Allah Ta’ala yang telah memberikan hidayah Islam kepada anda, dan telah
melapangkan dada anda dengan keimanan, kita senantiasa memohon kepada Dzat
yang Maha Suci agar menjaga anda dan anak-anak anda, dan menambahkan
Petunjuk dan Taufik-Nya kepada anda.

Kedua :

Suami tidak ada
tanggung jawab untuk mendidik dan memantau anak-anak istrinya. Akan tetapi
jika dia melakukan hal tersebut, maka hal itu sebagai bentuk berbuat baik
kepada istri, dan berbuat baik kepada keturunan seorang muslim membutuhkan
perhatian dan kepedulian. Dalam hal ini dia akan mendapatkan pahala yang
yang melimpah dari Allah Ta’ala. Sebagai tambahan lihat jawaban soal no. 
129377.

Ketiga :

Wajib bagi suami
memberikan nafkah kepada istrinya secara baik, hal ini mencakup makan, minum,
sandang, papan, keperluan pengobatannya dan hal lain yang dibutuhkannya, dia
tidak boleh melanggar untuk semua itu, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ (سورة النساء: 34)

“Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ”. QS An
Nisaa’: 34.

Dan firman-Nya yang
lain :

لِيُنْفِقْ ذُو
سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا
آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا (سورة
الطلاق: 7)

Hendaklah
orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar)
apa yang Allah berikan kepadanya. QS At Talaaq : 7.

Dan dari Mu’awiyah
Al Qusyairi dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah apa hak istri atas
kami ? beliau menjawab :

أَنْ
تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ ، وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ ، وَلَا
تَضْرِبْ الْوَجْهَ ، وَلَا تُقَبِّحْ ، وَلَا تَهْجُرْ إِلَّا فِي الْبَيْتِ
 (رواه أبو داود، رقم   2142 وابن ماجه، رقم 1850،
وصححه الألباني في صحيح أبي داود)

“Hendaknya engkau
memberinya makan jika engkau makan, dan berikanlah dia pakaian jika engkau
mengenakan baju, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau mencaci-maki
dan jangan engkau melakukan mengisolirnya, melainkan di dalam rumah.”
(HR.
 Abu Daud,  no.
2142, Ibnu Majah,
no.
185), dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud)

Ibnu Rusyd
Rahimahullah berkata, “Dan mereka bersepakat bahwa di antara hak-hak istri
atas suaminya adalah : memberikan nafkah dan sandang, sebagaimana firman
Allah Ta’ala :

وعلى
المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف

“Dan terhadap anak
yang dilahirkan maka atas suami berkewajiban memberikan nafkah dan sandang
kepada mereka para istri secara baik.”

Juga
sebagaimana riwayat
dari sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam :

ولهن
عليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف

“Dan
bagi mereka – para istri – kewajiban atas kalian menafkahi dan memberikan
pakaian mereka secara baik ”

Juga sebagaimana
sabda beliau kepada Hindun:

خذي ما يكفيك
وولدك بالمعروف

“Ambillah olehmu
secara wajar apa yang cukup buatmu dan anak-anak mu.”

Adapun menafkahi
istri maka para ulama bersepakat akan kewajibannya (Bidayatul Mujtahid Wa
Nihayatul muqtashid, 2/ 44 ).

Seorang suami tidak
berhak memangkas nafkah istri dengan dalih dia memiliki anak-anak dari suami
yang lain sehingga dia tidak wajib baginya menafkahi mereka. Bahkan apabila
anak-anak tersebut hidup dan tinggal bersamanya dalam satu rumah, ikut serta
makan bersamanya sedang hatinya tidak merasa nyaman untuk membiayai mereka,
maka sesungguhnya istri membelanjakan dari hartanya sebatas kebutuhan makan
dan minum mereka, dan hal itu dijadikan sebagai pembiayaan rumah tangga,
sebagaimana istri juga akan menanggung sandang dan biaya berobat mereka.
Selanjutnya suamilah yang menanggung sisa apa yang dibutuhkan oleh istri
untuk dirinya.

Kemudian
jika suami enggan dan berkeberatan anak-anak anda tinggal serumah bersamanya,
dan mereka memintanya agar bahu membahu membantu mereka untuk membayar
apartemen atau rumah sewaan, maka hal itu harus dia lakukan.
Misal
menyewakan untuk mereka berdua satu kamar dalam satu rumah dan anda ikut
andil dalam penyewaan rumah tersebut sesuai dengan harga sewa satu kamar.

Kesimpulannya:
Sesungguhnya memberikan nafkah kepada anda merupakan kewajiban baginya.
Apabila 
anak-anak anda ikut serta tinggal
bersama,
makan dan minum bersama suami anda, sedang suami enggan
mengeluarkan
hartanya untuk menafkahi anak-anak anda, maka sudah menjadi kewajiban bagi
anda membayarkan sesuai dengan kebutuhan hidup anak-anak anda.

Tentu
saja hal semacam
itu patut dikomunikasikan dalam suasana saling penuh pengertian, dilandasi
cinta dan senantiasa memelihara apa yang diperintahkan oleh Allah
untuk
menjaga pergaulan yang harmonis.
Berikan
pemahaman bahwa apa yang telah dibelanjakan dan diinfakkan oleh seseorang
maka sesungguhnya pahalanya di sisi Allah tidak akan lenyap, karena satu
kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipatnya, dan Allah akan
melipatgandakan bagi siapa saja sekehendak-Nya.
Sesungguhnya
setiap hati yang memiliki empati itu pasti akan diberikan pahalanya, apalagi
dengan berempati kepada anak-anak anda yang masih
kecil?
Kami memohon kepada Allah agar Dia memperbaiki keharmonisan hubungan kalian
berdua dan menghimpun kalian dalam kebaikan.

Wallahu A’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android