Unduh
0 / 0

Kebohongan Muawiyah Membunuh Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahu anha Termasuk Salah Satu Kedustaan Rofidah

Pertanyaan: 191434

Syiah Rafidhah menuduh bahwa Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Muawiyah radhiallahuanhu adalah termasuk orang yang membunuh Aisyah radhiallahu anha. Saya tahu ini seratus persen bahwa perkataan ini termasuk kebohongan Syiah Syiah. Akan tetapi apa mungkin anda memberikan sedikit penjelasan tentang masalah ini agar saya dapat memberikan bantahan kepada mereka?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Syiah termasuk kelompok sesat,
mereka adalah makhluk Allah yang paling berbohong dan seingkali membuat
tuduhan kepada orang-orang. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Syiah
adalah kelompok umat paling berdusta secara umum. Mereka termasuk kelompok
yang paling besar mengaku Islam dari sisi pengagungan dan kesyirikan.” (Majmu
Fatawa, 27/175).

Silahkan merujuk jawaban soal
no. 1148 dan soal no. 113676.

Mereka telah menyebutkan
kebohongannya di antara tuduhan mereka bahwa Muawiyah radhiallahu anhu
ketika mengambil baiat untuk anaknya Yazid, Aisyah mengatakan kepadanya
dalam kondisi mengingkari perbuatannya, “Apakah para orang tua memanggil
keluarganya untuk berbaiat? Beliau mengatakan, “Tidak. Aisyah mengatakan,
“Dengan siapa anda mencontoh?” Maka (Muawiyah) malu. Dan dia menyiapkan
lobang, sehingga (Aisyah) terjerumus dan mati di dalamnya.” (As-Shiratal
Mustaqim,, (3 bab 12/45).

Ini adalah batil dari
beberapa sisi:

Pertama, bahwa Aisyah
radhiallahu anha meninggal dunia secara wajar, tidak dibunuh radhiallahu
anha. Dan ini kesepakan ahli ilmu. Qosim bin Muhammad mengatakan, “Aisyah
mengaduh dan Ibnu Abbas datang seraya mengatakan, “Wahai Ummul Mukminin,
engkau akan mendatangi tempat kemuliaan, kepada Rasulullah sallallahu alaihi
wa sallam dan Abu Bakar radhiallahu anhu.” (Tarikhul Islam, 4/249)

Silahkan merujuk ‘At-Tahdzib 
(12/386) As-Siar (2/192) At-Tobaqat Al-Kubra (8/78).

Kedua, hubungan yang terjadi
antara Muawiyah dan Aisyah radhiallahu anhuma hubungan yang baik. Disifati
degan penuh kasih sayang, menyambung, kebaikan dan mengenal kabenaran Ummul
Mukminin. Biasaanya beliau mengunjungi, menyambung, masuk ke dalam,
berbincang-bincang dan meminta nasehat kepada (Aisyah). Hal itu terus
berlangsung selama hidupnya sampai beliau meninggal dunia radhiallahu anha.

Diriwayatkan oleh Tirmizi
dalam sunannya, (2414):

أن
مُعَاوِيَة كتَب إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
: أَنْ اكْتُبِي إِلَيَّ كِتَابًا تُوصِينِي فِيهِ وَلَا تُكْثِرِي عَلَيَّ ،
فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا إِلَى مُعَاوِيَةَ : سَلَامٌ
عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ : فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ
النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ
بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ ) وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ،
وصححه الألباني في ” صحيح الجامع ” (2024

“Bahwa Muawiyah menulis surat
ke Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu anha. Hendaknya menulis surat untuk
memberikan wasiat kepadaku dan jangan terlalu banyak. Kemudian Aisyah
radhiallahu anha menulis kepada Muawiyah,”Semoga keselamatan terlimpahkan
kepada anda amma ba’du. Sungguh saya telah mendengar Rasulullah
sallahualaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mencari ridha Allah di atas
kemurkaan manusia, maka Allah akan melindunginya dari gangguan manusia. Dan
siapa yang mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah serahkan
(urusannya) kepada manusia. Wassalam.” (Dinyatakan Shahih Al-Bany di Shahih
Al-Jami, 2024).

Diriwayatkan oleh Al-Hakim
(67) dari Hisyam dari ayahnya, “Muawiyah bin Abu Sofyan memberikan kepada
Aisyah radhiallahunaha 100.000 (uang) kemudian beliau bagi sampai tidak
tersisa sedikitpun. Barirah mengatakan, “Anda puasa, kalau seandainya anda
membeli daging dengan satu dirham.” Aisyah mengatakan, “Jika saya ingat
(ketika itu) pasti saya lakukan.” (DiShahihkan oleh Dzahabi di Siar, 2/186).

Dari Atha’ bahwa Muawiyah
memberikan kepada ke Aisyah sekantong uang berisi 100.000 kemudian beliau
bagi kepada ummahat mukminin (isteri-isteri Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam).” (Siyar A’lam Nubala, 92/187).

Said bin Abdul Aziz
mengatakan, “Muwiyah memberikan untuk Aisyah 18.000 dinar. “ (Tarikh Islam,
4/248).

Dari Abdurrahman bin Qosim
berkata, “Muawiyah memberi hadiah pakaian dan dana dan sesuatu yang ditaruh
di tiang untuk Aisyah. Ketika beliau keluar dan melihatnya, beliau menangis
dan mengatakan, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah
mendapatkan hal ini. Kemudian beliau membagikannya sehingga tidak tersisa
sedikitpun.” (Hilyatul Auliya, 2/48).

Diriwayatkan oleh Alqomah bin
Abu Alqomah dari ibunya berkata, “Muawiyah datang ke Madinah, lalu beliau
kirim permintaan kepada Aisyah, isinya, “Kirimkan untukku anbajaniah (kain)
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan rambutnya.” Maka Aisyah mengirim
permintaan tersebut lewat aku yang membawanya. Kemudian beliau ambil kain
Anjaniyah dan dipakainya, sementara itu rambutnya di cuci dengan air dan
meminumnya dan mengoleskan  kulitnya.” (Tarikhul Islam, 4/311).

Ketiga:

Yang dikenal dari Ibnu
Khaldun rahimahullah, beliau termasuk orang yang menghormati para shahabat
Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Tidak mencela satupun dari mereka. Beliau
mengembalikan perbedaan dan pertempuran yang terjadi di antara para sahabat
sebagai ijtihad dan karenanya mereka semua diberi pahala. Masing-masing di
antara mereka menginginkan kebenaran. Tidak dibolehkan seorang pun
membicarakan mereka dengan kebatilan karena terjadinya fitnah. Beliau
rahimahullah mengatakan, “Ini yang selayaknya dipahami terhadap  prilaku
para salaf dari kalangan para shahabat dan tabiin. Mereka adalah umat
terbaik, kalau kita ganti  kehormatan mereka menjadi celaan, siapa lagi yang
dikhususkan dengan sifat adilnya. Sementara Nabi sallallahu alaihi wa sallam
bersabda:

خير
الناس قرني ، ثم الذين يلونهم – مرتين أو ثلاثاً – ثم يفشو الكذب

“Sebaik-baik manusia adalah
di masaku. Kemudian setelahnya –dua atau tiga kali-kemudian merebak
kebohongan.”

Beliau menjadikan kebaikan
yaitu adil khusus di masa pertama dan setelahnya. Maka jaga diri dan lisan
anda dari mencela salah satu di antara mereka. Jangan hati anda tergoda
dengan keraguan sedikit pun terhadap apa yang terjadi diantara mereka.
Carilah untuk mereka kesimpulan dan pandangan (kebenaran) semampu anda.
Mereka adalah manusia yang paling mulia, mereka tidak berselisih kecuali
dengan bukti. Mereka tidak berperang atau terbunuh kecuali di jalan jihad
atau menunjukkan kebenaran. Meskipun begitu, yakinilah bahwa perbedaan
mereka itu menjadi rahmat bagi umat setelahnya. Agar masing-masing dapat
memilih dari mereka dan menjadikannya sebagai imam, petunjuk dan dalil.
Fahami hal itu, dan akan tampak hikmah Allah dalam penciptaan dan alam
semestanya. Ketahuilah bahwa Allah mampu melakukan segala sesuatu dan
kepada-Nya kembali dan dikumpulkan.” (Tarikh Ibnu Khaldun, 1/218).

Beliau rahimahullah
mengatakan, “Banyak di dapati dari perkataan ahli sejarah kabar yang di
dalamnya terdapat tuduhan dan semacamnya kepada hak mereka –maksudnya para
shahabat –, maka selayaknya jangan kita hitamkan catatan amal kita (dengan
ikut menyebarkan fitnah tersebut).” (Tarikh Ibnu Khaldun, 2/188).

Ibnu Khaldun termasuk orang
yang sangat menghormati, menghargai dan menyanjung Muawiyah radhiallahuanhu.
Beliau mengatakan dalam kitab Tarikhnya, 2/188, “Selayaknya pemerintaan
Muawiyah dan sejarahnya diikutsertakan dalam catatan sejarah  pemerintahan
para Kholifah (Khulafaurrasyidin), karena beliau mengikuti mereka dalam
keutamaan, keadilan dan kebersamaan (dengan Nabi)…”

Yang benar adalah Muawiyah
termasuk dalam kelompok par  khalifah. Akan tetapi para ahli sejarah
mengakhirkannya dalam tulisan mereka karena dua sebab.

Pertama, bahwa khilafah pada
masanya di dapatkan dengan cara mengalahkan. Karena seperti yang telah kami
ketengahkan adanya asobiyah (fanatisme golongan) yang terjadi pada masanya.
Sementara sebelum itu terjadi dengan cara memilih dan musyawarah. Sehingga
mereka membedakan di antara dua keadaan. Maka, Muawiyah adalah Khalifah
pertama yang meraih kekuasaan dengan cara mengalahkan dan fanatisme golongan
sebagaimana yang diungkapkan oleh para ahli hawa nafsu tentang kehidupan
raja-raja. Mereka pukul rata semuatnya seakan-akan sama saja satu sama lain.
Sungguh  Muawiyah tidak sama dengan orang-orang setelahnya, semoga Allah
merahmatinya.” (Tarikh Ibnu Khaldun, 2/188).

Beliau rahimahullah juga
mengatakan, “Yang menjadikan Muawiyah lebih mengedepankan anakna Yazid untuk
kekuasaan bukan kepada selainnya karena menjaga kemaslahatan persatuan
manusia, yaitu dengan bersatunya ahlu hili wal aqdi waktu itu dari Bani
Umayyah, karena Bani Umayyah waktu itu tidak rela jika khalifah selain dari
mereka. Mereka adalah kelompok besar Quraisy dan Ahli Agama semua. Serta
yang memenangkan diantara mereka. Sehingga yazid lebih dikedepankan
dibandingkan lainnya yang dianggap lebih utama untuk menjaga kesatuan dan
persatuan yang urusannya lebih penting dalam agama. Meskipun Muawiyah tidak
diduga sepeti ini, maka keadilan dan kedudukannya sebagai shahabat (nabi)
menghalanginya melakukan selain itu. Begitu juga kehadiran para senior dari
kalangan shahabat serta diamnya mereka, sebagai dalil hilangnya keraguan
pada mereka. Mereka bukan orang yang serampangan dalam mengambil kebenaran,
begitu juga Muawiyah bukan orang yang gengsi untuk menerima kebenaran.
Mereka semua lebih mulia dari itu semua. Keadialan mereka menghalangi akan
hal itu.” (Tarikh Ibnu Khaldun, 1/211).

Yang menyangka bahwa Muawiyah
membunuh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha dan Ibnu Khaldun menyebutkan
hal itu dalam kitabnya termasuk orang paling bohong.

Sebagai tambahan, silahkan
lihat jawaban soal no. 147974.

Wallahu a’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android