Unduh
0 / 0

Hubungan Keterlambatan Menikah Dengan Qadha dan Qadar Allah

Pertanyaan: 72257

Apakah keterlambatan menikahnya seorang gadis berkaitan dengan qadha dan qadar Allah ?. Saya seorang gadis yang takut kepada Allah –Ta’ala-, saya rajin mendirikan shalat, saya tidak kunjung mendapatkan jodoh, yang mau meminang saya sangat sedikit, hampir semua mereka mempunyai aib dalam masalah agama. Pertanyaan saya: Apakah tidak kunjung mendapatkan jodoh ada kaitannya dengan qadha dan qadar Allah, atau karena saya seorang yang berdosa hingga Allah murka kepada saya ?, padahal saya begitu takut kepada Allah, Dia juga menitipkan wajah cantik ini kepada saya, saya ingin menenangkan fikiran saya dengan bertanya kepada anda, atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Al Qur’an, Sunnah yang shahih
dan ijama’ generasi ulama salaf telah menunjukkan akan kewajiban beriman
dengan takdir baik dan buruk, hal tersebut sudah menjadi bagian dari rukun
iman yang enam dan tidak dianggap sempurna keimanan seorang hamba kecuali
rukun keenam tersebut, Allah –Ta’ala- berfirman:

( مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلا فِي
أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

)

الحديد/22

”Tiada suatu bencanapun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al Hadid: 22)

Allah –Ta’ala- juga
berfirman:

( إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ ) القمر/49
.

“Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS. al Qamar: 49)

Dari Umar bin Khathab
–radhiyallahu ‘anhu- bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda
untuk mengajarkan iman:

( أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن
بالقدر خيره وشره ) رواه مسلم (8
(

“Hendaknya kamu beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
kiamat dan hendaknya beriman kepada takdir-Nya yang  baik dan buruk”. (HR.
Muslim: 8)

Semua hal yang terjadi di
jagat ini adalah karena takdir Allah –Ta’ala-, dan wajib bagi yang beriman
dengan takdir agar percaya bahwa Allah –Ta’ala- Maha Mengetahui segala
sesuatu sebelum terjadinya, kemudian menuliskan ilmu tersebut di lauhil
mahfudz, lalu Allah menghendaki untuk mewujudkannya, kemudian
menciptakannya, inilah tahapan takdir yang empat yang sudah tidak asing
lagi, dan setiap tahapan tersebut terdapat banyak dalil, dan telah
dijelaskan sebelumnya dengan mendetail pada jawaban soal nomor: 49004 maka
silahkan anda membacanya.

Majunya atau mundurnya waktu
pernikahan, mudah dan sulitnya semua itu berdasarkan takdir Allah –Ta’ala-.
Hal itu bukan berarti bahwa seorang muslim tidak melakukan sebab-sebab yang
dengan itu Allah –Ta’ala- akan mewujudkan musababnya, melakukan sebab itu
tidak menafikan sesuatu yang telah ditakdirkan pada zaman azali, karena
seseorang tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan baginya, maka dari itu
dia diperintah untuk melakukan sebab-sebabnya.

Semua musibah yang telah
ditakdirkan oleh Allah –Ta’ala- kepada seorang hamba, akan menjadi baik bagi
seorang mukmin jika dia bersabar dengan musibah itu dan mengambil pelajaran,
sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

(
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ
لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ) رواه مسلم
(2999(

“Urusan orang mukmin itu
menakjubkan, sungguh semua urusannya adalah baik, dan hal itu tidak dimiliki
kecuali oleh seorang mukmin, jika dia sedang berbahagia dia bersyukur, maka
hal itu lebih baik baginya, dan jika dia tertimpa musibah dia bersabar, maka
hal itu lebih baik baginya”. (HR. Muslim: 2999)

Musibah yang terjadi bisa
jadi sebagai akibat dari maksiat yang telah dilakukan, namun hal tersebut
tidak menjadi sebuah keharusan, bisa jadi untuk meninggikan derajat seorang
mukmin, dan menambah kebaikannya jika dia bersabar dan ridho… atau ada
banyak lagi hikmah yang agung dibalik musibah tersebut.

Syeikh Abdul Aziz bin Baaz
–rahimahullah- pernah ditanya:

“Jika seseorang sedang diuji
dengan penyakit atau musibah yang buruk pada jiwa dan harta, bagaimana cara
mengenali bahwa hal itu ujian atau murka dari Allah ?

Beliau menjawab:

“Allah –‘Azza wa Jalla-
menguji hamba-hamba-Nya dengan kebahagiaan dan kesedihan, dengan kesulitan
dan kemudahan, bisa jadi Dia menguji mereka untuk mengangkat derajat mereka
dan melipatgandakan kebaikan mereka, sebagaimana yang Dia lakukan kepada
para Nabi dan Rasul –‘alaihimus salam- dan kepada orang-orang sholeh dari
hamba-Nya, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

( أشد الناس بلاء الأنبياء ، ثم الأمثل فالأمثل )

“Manusia yang paling keras
bala’nya (ujiannya) adalah para Nabi, kemudian yang serupa dengan mereka,
demikian seterusnya”.

Kadang kala Dia –subhanahu wa
ta’ala- melakukannya disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa, dan mensegerakan
hukuman-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

( وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير )

“Dan apa musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syura: 30)

Jika pada umumnya seorang
manusia tidak maksimal dalam menjalankan kewajiban, maka apa yang menimpanya
disebabkan karena dosa-dosanya dan kelalaiannya akan perintah Allah, dan
jika salah seorang dari hamba Allah yang sholeh diuji dengan penyakit atau
semacamnya, maka hal ini termasuk sejenis dengan ujian yang menimpa para
Nabi dan Rasul untuk  mengangkat derajat, mengagungkan pahalanya, dan agar
menjadi teladan bagi yang lain dalam hal kesabaran dan pengharapan.

Kesimpulannya:

Bahwa bisa jadi bala’ (ujian)
itu mengangkat derajat, dan mengagungkan pahala, sebagaimana yang Allah
lakukan kepada para Nabi dan para hamba-hamba pilihan-Nya, bisa juga untuk
menghapuskan dosa, sebagaimana dalam firman-Nya:

)من
يعمل سوءً يُجز به )

“Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu”. (QS. An
Nisa’: 123)

Dan berdasarkan sabda Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- :

( ما أصاب المسلم من همٍّ ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا
أذى إلا كفَّر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها )

“Tidaklah ada yang menimpa
seorang muslim dari mulai kerisauan, kegundahan, keburukan, penyakit,
kesedihan dan duka kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya sampai duri
yang menancap sekalipun”.

Sabda Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang lain:

( من يرد الله به خيراً يُصِب منه(

“Barang siapa yang Allah
menginginkannya baik , maka dia akan melakukannya”.

Namun bisa jadi juga kejadian
itu merupakan hukuman yang disegerakan karena disebabkan oleh maksiat dan
tidak segera bertaubat, sebagaimana dalam hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi
wa salam- :

( إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا
أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافيه به يوم القيامة ) خرجه الترمذي
وحسنه

“Jika Allah menginginkan
kepada hamba-Nya sebuah kebaikan maka Dia akan mensegerakan hukumannya di
dunia, dan jika mengingikan keburukan kepada hamba-Nya maka Allah akan
menahan hukuman-Nya dengan dosanya hingga akan dilaksanakan pada hari
kiamat”. (HR. Tirmidzi dan dihasankan olehnya)

(Majmu’ Fatawa wa Maqalat:
4/370)

Selama anda menolak para
peminang anda karena Allah dan disebabkan karena mereka tidak istiqamah
dalam agama, maka Allah –Ta’ala- akan menggantikan dengan yang lebih baik
dari mereka, Allah –Ta’ala- berfirman:

( وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً .
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

)

الطلاق/2 ، 3

(

“Barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar, dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (QS. ath Thalaq:
2-3)

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa
sallam brsabda:

( إنك
لن تدع شيئاً لله عز وجل إلا بدَّلك الله به ما هو خير لك منه ) رواه الإمام
أحمد ، وصححه الألباني في ” حجاب المرأة المسلمة ” ( 47(

“Tidaklah anda meninggalkan
sesuatu karena Allah –‘Azza wa Jalla- kecuali Allah akan menggantikan yang
lebih baik bagi anda”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh al Baani dalam Hijab
Mar’ah al Muslimah: 47)

Maka anda harus segera
mendekatkan diri kepada Allah –Ta’ala- dengan berdo’a dan beribadah, dan
janganlah mengeluh serta ketahuilah bahwa rahmat Allah begitu dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.

Wallahu a’lam

.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android