Saya adalah seorang gadis berumur 23 tahun, jujur saja saya tidak shalat atau jarang shalat, kalaupun saya mengerjakan Shalat akan tetapi jarang sekali dalam pelaksanaannya bisa genap lima waktu sebagaimana yang diwajibkan, terus terang juga saya biasa mendengarkan lagu-lagu, akan tetapi – demi Allah sebagai saksi – sesunguhnya topik ini menjadikan pribadiku bergejolak dan dilema, saya ingin mendirikan shalat, melaksanakan segala bentuk ketaatan kepada Allah, dan sesungguhnya saya takut kepada-Nya, dan saya sangat bangga dengan keberadaan saya sebagai seorang Muslimah, dan Dia-lah Tuhanku yang sama sekali tiada sekutu Bagi-Nya, saya juga mencintai kecitaanku Al Mushthofa Rasulullah dan hal itu saya buktikan dengan menelaah Siroh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan saya juga amat tertarik dan terkesima ketika mendengarkan kisah-kisah beliau Shallallahu Alaihi Wasallam, Alhamdulillah Allah ‘Azza wa Jalla telah memulyakan aku untuk bisa melaksanakan ibadah umroh pada tahun ini, dan saya sangat berbahagia akan hal tersebut, akan tetapi tetap saja saya merasa sebagai seorang yang terhimpit atau tidak ada perbedaan antara saya dengan orang-orang kafir karena saya tidak melaksanakan shalat, sering kali saya berusaha untuk bisa kontinyu melaksanakan shalat akan tetapi saya sendiri tidak tahu mengapa hal ini terus terulang kembali kepada saya ; yaitu meninggalkan shalat, dan perlu diketahui sesungguhnya saya sudah cukup lama sekali meninggalkan shalat, di sisi lain saya juga merasa bahwasannya saya teramat bodoh tentang perkara-perkara agama Islam, sampai-sampai saya mengira dan tidak bisa dipungkiri bahwasannya tempat kembaliku nanti adalah neraka, saya membutuhkan orang yang bisa membimbing dan menuntunku, senantiasa memberikan nasihat kepada saya, yang bisa memutuskan dan menghentikan kondisi keterpurukan yang saat ini saya alami dan saya berada di dalamnya, saya sangat membenci keberadaan saya pada kondisi seperti sekarang ini !!.
Dan diatas ini semua sebenarnya di sana ada permasalahan yang lain ; yaitu saya teringat bahwasannya saya meninggalkan berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan padahal saya tidak mendapati satu pengahalang-pun yang memperbolehkan saya untuk tidak berpuasa !!
Dan terus terang sesungguhnya saya tidak begitu yakin apakah yang saya tidak berpuasa itu hari-hari puasa di bulan Ramadhan ataukah hari-hari puasa yang enam hari di bulan Syawwal tepatnya waktu disunnahkannya puasa enam hari di bulan Syawwal, padahal di keluarga kami memiliki tradisi senantiasa menjaga dalam melaksanakan puasa enam hari Syawwal di setiap tahunnya, karena banyak perkara-perkara yang bercampur aduk di benak saya, dan permasalahan ini terjadi pada waktu di mana saat itu saya masih jauh dari Allah, padahal saya sangat paham betul bahwasannya barangsiapa yang berbuka di siang hari bulan Ramadhan tanpa ada sebab yang membolehkan berbuka, maka Allah tidak akan menerima puasanya, dan atasnya Kaffarat atau denda, maka apa gerangan yang harus saya perbuat ?? Saya mengharap kepada anda yang mulia agar membantu saya dan memberikan pemahaman kepada saya, karena saya saat ini sangat berputus asa atas beban dosa tersebut, semoga jawaban anda akan dijadikan oleh Allah sebagai pemberat timbangan kebaikan anda Insya Allah, dan juga kaum Muslimin semuanya mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga bagi Anda…
Meninggalkan Shalat Penyebab Segala Kesengsaraan Dan Kesulitan
Pertanyaan: 83997
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Yang pertama :
Saudariku yang terhormat kami akan katakan kepada anda : Bahwasannya pertama-tama yang mesti anda lakukan adalah ; hendaklah anda memilah titik permasalahan kemudian anda beranjak mencari solusi, jika anda meminta bantuan kepada kami untuk memilah permasalahan yang sesungguhnya ada pada diri anda sendiri dan bukan bersumber dari sesuatu yang lain ! Dan sama sekali bantuan dan sumbangsih orang lain yang diberikan kepada anda tidak akan memberikan kemanfaatan sehingga anda sendirilah yang semestinya mengambil tindakan penyelamatan untuk diri anda, dari ungkapan perasaan yang anda lontarkan pada pertanyaan anda menunjukkan bahwasannya yang melandasi timbulnya istiqamah dan kebaikan itu ada pada diri anda sendiri, karena sesungguhnya seorang mukmin itu dialah yang akan menghisab dan mencela perbuatan-perbuatan buruk yang muncul dari dalam dirinya, dan nampaknya anda telah menghalau hal-hal buruk yang ada dalam diri anda. Seorang Mukmin itu takut akan keterbatasan amal shalihnya dan dosa-dosa yang telah ia perbuat, ia melihat dosa-dosa tersebut bagaikan gunung yang hampir saja akan ditimpakan kepadanya, dan nampaknya hal ini juga yang sedang anda rasakan, seorang Mukmin itu akan menjadi luhur dengan keislaman dan keimanannya, dia akan lebih terhormat dengan agama yang agung ini dengan mencintai Nabinya yang mulya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam !!, dan surat anda menjelaskan akan hal tersebut ?!.
Jika memang begitu, bagaimana anda bisa menghimpun antara sifat-sifat yang baik di atas dengan meremehkan kewajiban agama yang paling agung yaitu SHALAT ? Kami tidak memiliki penafsiran terkait apa yang anda paparkan melainkan manajemen pribadi dan lemahnya pengendalian terhadapnya, karena sesungguhnya pelaksanaan Shalat tidak terlalu membutuhkan jerih payah dan tidak menyita begitu banyak waktu, tidaklah Shalat itu dikerjakan melainkan hanya sekedar beberapa menit saja yang diberikan seseorang untuk Tuhannya, ia bermunajat kepada-NYA mengutarakan segala kebutuhannya, mencurahkan dan mengadu kepada-NYA akan beban berat kehidupan dunia dengan mengharap Rahmat-NYA dan rindu berjumpa dengan-NYA, dan apabila jiwa-jiwa kita tidak mampu melaksanakan komitmen pada menit-menit yang terbatas ini maka kita tidak bisa mengira akan berhasil dalam kehidupan kita selamanya, karena sesungguhnya kendali jiwa itu membutuhkan kepada sebuah tekat dan azam yang kuat, dan sebagai kaum Muslimin, Allah sama sekali tidak akan membebani kita di atas kemampuan kita, bahkan tidak membebani kepada kita apa yang akan menyulitkan kita, dan DIA-lah Maha Suci yang senantiasa mengampuni kita dan memberikan kemurahan dan kemudahan kepada kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
( يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ) البقرة/185
(Allah menginginkan bagi kalian kemudahan dan tidak menginginkan untuk kalian kesulitan ). SQ: Al Baqarah /185.
Dan Firmannya yang lain :
( يُرِيدُ اللّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ . وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَالشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً . يُرِيدُ اللّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً ) النساء/26-28
(Allah hendak menerangkan Syari’at-Nya kepada kalian, dan menunjukkan jalan-jalan kehidupan orang-orang sebelum kalian yaitu para Nabi dan orang-orang shalih dan Dia menerima taubat kalian. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang mengikuti keinginannya menghendaki agar kalian berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran . Allah berkehendak memberikan keringanan bagi kalian, karena umat manusia diciptakan dengan kelemahan ). An Nisaa’/ 26-28.
Dan perintah Shalat merupakan Rahmat yang diwajibkan oleh Allah kepada kita dan hal itu bagian dari kemurahan dan kebaikan-Nya, barang siapa yang senantiasa menjaganya dan melaksanakan hak-haknya sebaik mungkin ; maka dia akan melihat keutamaan Allah Ta’ala kepada kita mewajibkannya atas kita, dan sesungguhnya manusia yang diharamkan dalam melaksanakan shalat berarti dia telah diharamkan mengenyam kelezatan berdekatan dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
الصَّلَاةُ خَيرٌ مَوضُوعٌ ، فَمَنِ استَطَاعَ أَن يَستَكثِرَ فَلْيَستَكثِرْ )رواه الطبراني ( 1 / 84 ) وصححه الألباني في " صحيح الترغيب (390 )
Dari Abu Hurairah Radliyallahu Anhu sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : ( Perintah Shalat merupakan kebaikan yang telah dibentangkan, maka barang siapa yang bisa memperbanyak Shalat hendaklah ia memperbanyaknya ) Hadits Riwayat Ath Thabrani ( 1/ 84 ) dan di Shahihkan oleh Al Albani dalam kitab : “ Shahih At Targhieb ” ( 390 ).
Dan coba anda perhatikan juga bagaimana Allah Ta’ala meletakkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban bersuci dengan perintah shalat, Firman-NYA :
) مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ) المائدة/6
Artinya : (Allah tidak ingin menyulitkan kalian, akan tetapi DIA berkehendak membersihkan kalian dan menyempurnakan Nikmat-NYA bagi kalian agar kalian senantiasa bersyukur ). Al Maidah/ 6.
والنبي المصطفى صلى الله عليه وسلم ، الذي تحبينه وتحبين سيرته كان يقول : ( جُعِلَت قُرَّةُ عَينِي فِي الصَّلَاةِ )
رواه النسائي 3940 وحسنه الحافظ ابن حجر في " التلخيص الحبير " ( 3 / 116 ) وصححه الألباني في " صحيح النسائي "
Dan Nabi Al Mushtafa Shallallahu Alaihi Wasallam yang anda mencintainya dan mencintai sirahnya bersabda : ( Dan Shalat itu dijadikan penyejuk mataku ) Hadits ini di Hassankan oleh Al Hafidl Ibnu Hajar dalam kitab “ At Talkhish Al Kabir ” ( 3/ 116 ) dan di Shahihkan oleh Al Albani dalam kitab : “ Shahih An Nasaa’i ” Hadits Riwayat An Nasaa’i ( 3940 ).
Maka bagaimana seorang Mukmin ridlo terhadap dirinya jika lenyap darinya segala kebaikan dan keberkahan ?? Ibnu Al Qayyim Rahimahullah berkata : Alangkah sedihnya dan alangkah sengsaranya seseorang … bagaimana bisa waktu terus berlalu umur terus berkurang sedangkan hati terkunci tidak bisa mencium bau yang seperti ini, ia keluar dari dunia sebagaimana kondisi saat dia memasukinya, ia sama sekali tidak pernah mengecap kebaikan dan keindahan yang ada di dalamnya, bahkan ia hidup di dalamnya tak ubahnya seperti hidupnya binatang, ia berpindah kesana-kemari bagaikan orang-orang yang bangkrut, ada yang hidupnya sengsara penuh kesulitan kematiannya begitu menyedihkan, lalu tempat kembalinya penuh kerugian, diselimuti kesedihan dan duka yang mendalam, Yaa Allah hanya bagi Engkaulah segala Pujian, dan kepada- MU lah tempat mengadu, dan hanya kepada Engkaulah panjatan pertolongan, dan hanya Engkaulah yang mengentaskan segala bencana dan kesulitan, lalu kepada-MU lah bermuara segala kepasrahan dan tawakkal dan tidak ada daya dan upaya melainkan hanya dengan-MU. Dari kitab “ Thariqul Hijratain ” halaman : 327.
Dan tidaklah saya bermaksud dengan apa yang saya sebutkan ini agar anda semakin berputus asa terhadap apa yang anda rasakan, akan tetapi agar anda senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk berlepas diri dari apa-apa yang mengganggu anda selama ini, karena tidaklah apa yang menimpa anda melainkan kelemahan anda dalam menjalankan kewajiban yang termudah yaitu Shalat, dan anda sendiri tahu apabila Shalat yang begitu mudah saja sulit anda laksanakan, maka dalam melaksanakan ibadah yang lain akan terasa lebih sulit lagi. Dan sebuah kewajiban bagi anda hendaklah anda tidak menjadikan hidup anda lahan untuk berputus asa di sisi Allah ‘Azza wa Jalla ; dan patut anda ketahui sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci hamba-hamba-Nya yang senantiasa berputus asa. Firman Allah :
( وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ) الحجر/56
artinya : ( Dan tidaklah orang yang berputus asa terhadap Rahmat Tuhannya melainkan mereka orang-orang yang sesat ) Al Hijr /56.
Dan sebaliknya Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang menebarkan kegembiraan dengan Rahmat dan Kutamaan-Nya, dan diantara kebaikan-Nya yang tidak terhingga ; sesungguhnya Allah Ta’ala mengampuni segala macam dosa dan menghapuskan kesalahan-kesalahan bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
(إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً . وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً ) الفرقان/70- 71
(kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh ; maka kejahatan mereka akan diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dengan senantiasa mengerjakan Amal Shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya). SQ. Al Furqaan : 70-71.
Dan salah seorang Ahli Hikmah berkata : “Tidaklah angan-angan itu akan menjadi kenyataan melainkan dengan beramal ”, dan anda sama sekali tidak akan terlepas dari kondisi keterputus asaan yang syetan telah melemahkan anda dalam hal tersebut , melainkan anda memulai dengan beramal dan berusaha konsisten dalam istiqomah, meski anda sendiri tatkala memulainya akan mendapati kekurangan-kekurangan. Allah Ta’ala berfirman :
( وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ) يوسف :87
(Dan janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah yang berputus asa dari Rahmat Allah melainkan kaum yang kafir ). SQ. Yusuf : 87.
“Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa sesungguhnya harapan dan kehendak itu menjadi wajib bagi seorang hamba untuk berusaha menggapainya dan bersungguh-sungguh dalam meraihnya, adapun perasaan putus asa : itu akan senantiasa menghambat dan menghalang-halangi untuk menggapai sebuah cita-cita, maka yang paling utama dalam hal ini dan yang patut sebagai tambatan harapan hamba-hamba Allah adalah ; Keutamaan, Kebaikan dan Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka janganlah kalian menyerupai orang-orang kafir karena sesungguhnya tidaklah yang berputus asa dari Rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. Karena sebab kekufuran merekalah ; mereka dijauhkan dari Rahmat Allah dan akan semakin jauhlah Rahmat-Nya dari mereka. Dan hal ini menunjukkan sebatas dan sejauh mana keimanan seorang hamba, jika memang keimanannya sangat tinggi maka sejauh itu pula harapannya dan ketergantungannya kepada Rahmat Allah ”. Tasir Ibnu Sa’di.
Dan pertama kali serta yang semestinya anda memulai dalam diri anda ; hendaknya anda memunculkan dalam pribadi anda obsesi yang sangat besar, kepedulian dan penjagaan yang sangat agung terhadap Shalat , sebagaimana obsesi yang anda rasakan terhadap urusan-urusan dunia yang beragam seperti ; kebutuhan makan, minum, belajar, berkeluarga dan lain sebagainya, karena sesungguhnya setiap perilaku pasti didahului dengan keinginan, perhatian dan pemikiran, dahulu sebagian ulama salaf memotifasi dirinya dan bersungguh-sungguh dalam memperbanyak shalat-shalat sunnah dengan kesungguhan yang luar biasa, sehingga Tsabit Al Bannani Rahimahullah berkata : Aku terus menerus melakukan Qiyamul lail selama dua puluh tahun dan selama itu pula akau merasakan kenikmatan yang tiada tara .
Dan tidaklah cukup sekedar perhatian dan pemikiran belaka sehingga pemikiran dan perhatian terhadap ibadah tersebut direalisasikan dengan sarana menjaga shalat, dan bagaimana anda mensiasati diri anda sehingga anda bisa konsisten terhadap apa yang sudah difardlukan oleh Allah Ta’ala, sedang manusia itu memiliki kemampuan yang besar dalam hal memilih yang terbaik sarana-sarana yang akan membantunya mewujudkan apa yang dikehendakinya. Maka jagalah oleh anda untuk bersegera melaksanakan shalat setiap kali anda mendengarkan suara muadzin mengumandangkan takbir, dan rasakanlah sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Agung dari setiap dunia yang anda disibukkan dengannya , lalu beranjaklah ke tempat ibadah anda untuk melaksanakan Shalat sebagaimana yang Allah telah mewajibkannya kepada anda, dan jangan lupa anda memanjatkan do’a yang Nabi kita Shallallahu Alaihi Wasallam telah mengajarkannya kepada kita agar kita baca di setiap selesai melaksanakan Shalat :
( اللهم أعِنِّي على ذِكْرِك وشُكْرِك وحُسْنِ عِبادتِك)
“Yaa Allah bantulah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, senantiasa mensyukuri nikmat-Mu, dan senantiasa bagus dalam beribdah kepada-Mu ”.
Dan anda telah menyebutkan bahwasannya kalian semua sekeluarga sangat menjaga puasa sunnah enam hari di bulan Syawwal, dan ini merupakan pertanda baik dan sebuah bekal kebaikan yang bisa membantu anda dalam melaksanakan shalat tepat waktu, ketika anda melihat ibunda anda dan saudari-saudari anda melaksanakan shalat tepat waktu maka sanjung dan pujilah Allah Ta’ala atas yang demikian itu, maka betapa banyak diantara pengaduan-pengaduan dan, laporan-laporan yang datang dari para anak-anak yang keluarga mereka memukulinya karena mereka meninggalkan shalat dan melepaskan jilbab ( Tidak lagi berjilbab ), dan anda … sungguh Allah Ta’ala telah memulyakan anda dengan keluarga yang mereka senantiasa membantu anda bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Bergaullah dan jadikanlah sahabat para pemudi-pemudi yang senantiasa melaksanakan Shalat dan Istiqomah dalam menjalankannya, dan mintalah bantuan kepada mereka untuk senantiasa mengingatkan, dan saling berwasiat kepada anda dalam hal shalat , yang demikian merupakan kebaikan yang telah ditentukan bagi anda.
Dan akhirnya berhati-hatilah dan jahuilah perbuatan maksiat karena maksiat merupakan pangkal segala penyakit, dan perbuatan maksiat itu akan mendatangkan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain sehingga akan terhimpun dalam diri manusia dan perlahan-lahan akan membinasakannya, yang diantara akibatnya seorang hamba akan merasa berat dalam melaksanakan shalat dan dia akan diharamkan dari cahaya dan keberkahannya, kami memohon kepada Allah keselamatan dunia dan akhirat. Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata : Kemaksiatan itu akan menanamkan kemaksiatan-kemaksiatan yang sejenisnya, dan sebagiannya akan melahirkan sebagian kemaksiatan yang lain, sehingga akan menjadikan seorang hamba berat untuk meninggalkannya dan keluar darinya, sebagaimana perkataan sebagian ulama Salaf : sesungguhnya balasan dan akibat dari perbuatan buruk itu keburukan yang datang setelahnya, dan sesungguhnya imbalan dari perbuatan baik adalah kebaikan yang akan didapat setelahnya . Dari kitab “ Al Jawaabul Kafi ” halaman: 36 .
Yang kedua :
Adapun pertanyaan anda tentang puasa Ramadhan, dan sesungguhnya anda ragu-ragu dengan hari-hari yang anda tinggalkan dan tidak berpuasa di dalamnya dengan tanpa adanya udzur yang syar’i, maka kami jawab pertanyaan anda : janganlah anda kembali menengok kepada keragu-raguan tersebut, karena nampaknya yang mendominasi pada prasangka anda adalah bahwasannya anda telah melaksanakan ibadah tersebut pada waktu diwajibkannya bersama keluarga anda, dan dominasi prasangka sudah melaksanakan sebuah ibadah dianggap cukup untuk menggugurkan beban pelaksanaannya untuk yang kedua kali, maka keragu-raguan setelah pelaksanaan ibadah tidak dianggap dan tidak dijadikan sebagai tolok ukur. Disebutkan didalam “ Fatawa Al Lajnah Ad-Daaimah ” (7/143 ) : “ Keragu-raguan yang datang setelah selesai melaksanakan ibadah Thowaf, Sa’i dan Shalat, maka tidak diperkenankan kembali menengok kepadanya ; karena secara dhahir ibadah tersebut sudah benar dilaksanakan”. As Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah berkata : “Apabila timbul keraguan setelah selesai melaksanakan Ibadah ; maka tidak diperkenankan menengok kembali kepada ibadah tadi dengan timbul keraguan dalam hati apakah ibadah tersebut sah ataukah batal, selama tidak ada perkara yang meyakinkan bahwa ibadah tadi batal ”. Dari kitab : “ Majmu’ Fatawa As Syaikh Al Utsaimin ” ( 14/ soal nomer : 746 ). Kemudian jika meninggalkan puasa itu dengan tanpa ada ‘Udzur Syar’i maka tidak wajib mengqodlo’ atau membayar kaffarot, akan tetapi diwajibkan bertaubat dan memperbanyak Istighfar, sebagaimana yang telah disebutkan penjelasannya dahulu pada jawaban soal nomer ( 50067 ). Saya memohon kepada Allah Ta’ala agar menuliskan pahala bagi anda, dan agar anda senantiasa diberikan keteguhan hati dalam kebenaran dan jalan agama dan agar senantiasa menjaga anda dari godaan syetan yang terkutuk .
Wallahu A’lam.
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam