Unduh
0 / 0
2245814/07/2012

Berapa Lama Ibnu Umar Menghafal Surat Al Baqoroh? Dan Apakah Saya Boleh Menghafal Matan-matan (ilmu Agama) Sebelum Selesai Dari Menghafal Al Qur’an?

Pertanyaan: 180634

Telah berlalu dari umurku 26 tahun, saya ingin menuntut dan mempelajari ilmu Syar’i, dan aku telah menetapkan untuk memulai dengan menghafal Al Qur’an Al Karim –dengan izin Alloh dan pertolonganNYA – dan pertanyaanku tentang Atsar yang menyebutkan bahwa Abdulloh bin Umar -Rodhiyallohu Anhuma- menghafal surat Al Baqoroh dalam jangka waktu delapan tahun, apakah Atsar ini shohih ? Dan apa penyebab lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghafal ? Apa tata cara yang paling sukses dan ampuh untuk menghafal Al Qur’an Al Karim ? Apakah saya melanjutkan menghafal keseluruhan Al Qur’an ataukah saya berpindah ke kitab-kitab (tentang agama atau syari’at) dan saya mencampur antara menghafal Qur’an dan menghafal matan-matan ? Meskipun saya diberi pilihan antara menghafal Al Qur’an dengan kesulitannya atau menghafal shohih Al Bukhori dengan banyak sekali kemudahannya dari pada menghafal Al Qur’an, manakah diantara keduanya yang harus dipilih?

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Yang pertama,

Menuntut ilmu merupakan
kemulyaan yang agung dan pemberian terbesar yang diberikan Alloh Ta’ala
kepada hambanya, Alloh Ta’ala berfirman : (Alloh akan mengangkat mereka
orang-orang yang beriman diantara kalian dan mereka orang-orang yang di beri
ilmu beberapa derajat).

“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Al
Mujadilah :11)

Alloh Ta’ala juga berfirman :

( قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ) الزمر/ 9

“ … Apakah sama orang-orang
yang mengerti dengan orang-orang yang tidak mengerti? Sesungguhnya hanya
orang-orang yang berakal saja yang dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar :9)

Dan kami memberikan
penghormatan kepada anda yang telah meniti jalan yang menghantarkan ke
Syurga.

عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي
مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي
جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ،
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ ،وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
،وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ
يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ ) رواه أبو داود ( 3641 ) وصححه الألباني في ” صحيح أبي
داود ” .
Katsir bin Qois ia
berkata : “Aku pernah duduk-duduk bersama Abi Darda’ di masjid di Demaskus
lalu ia didatangi seorang lelaki seraya berkata : Wahai Abu Darda’
sesungguhnya aku datang kepadamu dari kotanya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam bukan karena satu urusan, tapi hanya  demi satu hadits yang sampai
kepadaku bahwasannya engkau meriwayatkannya dari Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam, ia berkata sesungguhnya aku telah mendengar Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang meniti jalan untuk
mencari ilmu (syari’ah Islamiyyah) maka Alloh akan menuntunnya satu jalan
dari jalan-jalan ke Syurga, dan sesungguhnya para Malaikat akan meletakkan
sayap-sayapnya karena ridho (untuk menaungi) terhadap orang-orang yang
mencari ilmu, dan sesungguhnya penduduk langit dan bumi juga ikan-ikan yang
berada di dasar air akan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berilmu,
dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim dengan seorang ahli ibadah itu
bagaikan keutamaan bulan purnama atas sekalian bintang-bintang, dan
sesungguhnya para Ulama’ itu pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi
itu tidak mewariskan Dinar dan Dirham akan tetapi mereka mewariskan Ilmu,
maka barangsiapa yang meraihnya maka ia mendapatkan bekal atau bagian yang
amat banyak ).”  Hadits riwayat Abu Daud (3641 ) dan disahkan oleh Albani
dalam Shohih Abu Daud. 

Dan cukuplah dengan hadits
ini kemulyaan, ganjaran dan pahala bagi penuntut ilmu.

Yang kedua:

Diantara hal yang paling
utama yang disyari’atkan bagi seorang muslim adalah menghafal al Qur’an Al
Karim,

فعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم : ( يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا
كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ
تَقْرَؤُهَا ) رواه الترمذي ( 2914 ) وقال : حسن صحيح ، وأبو داود ( 1464 ) ،
وحسنه الشيخ الألباني في ” مشكاة المصابيح ” (2134) .
 

Abdullah bin ‘Amr ia berkata
: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “ Diucapkan bagi pembaca
dan penghafal Al Qur’an; bacalah dengan tartil dan naiklah, sebagaimana
engkau telah membacanya di dunia, sesungguhnya derajatmu (di surga) sesuai
dengan akhir ayat yang engkau membacanya (didunia). ” Hadits riwayat
Turmudzi (2914) dia berkata: Hadits Hasan Shahih, Abu Daud (1464), dan
Syaikh Albani menghasankannya sebagaimana disebutkan dalam kitab : “Misykat
Almashabih” (2134)

dan yang dimaksud dengan kata
: Al Qiro’ah dalam hadits tersebut adalah : Alhifdlu (menghafal). Dan
hadits-hadits semacam ini amatlah banyak dengan keutamaan- keutamaan yang
luar biasa. 

Ibnu Abdil Barr –
Rahimahullah – berkata : “Menuntut ilmu itu memiliki tingkatan- tingkatan
kebajikan dan urutan–urutan yang seseorang  tidak selayaknya melampaui
batasan-batasannya, dan  barangsiapa yang melampaui batasannya secara global
maka sungguh ia telah menyalahi jalan yang ditempuh para salafussholih
Rohimahumulloh, dan barangsiapa yang melampaui batasan-batasannya  dengan
sengaja maka ia akan tersesat, dan barangsiapa yang melampaui  pembatasnya
sedang dia bukanlah orang yang lalai maka dia akan tergelincir. Maka
permulaan ilmu itu adalah menghafal kitab Allah ‘Azza wajalla  dan
memahaminya, dan setiap ilmu yang menunjang kemudahan untuk memahaminya maka
wajib dipelajari bersamanya, aku tidak mengatakan bahwa menghafal seluruh Al
Qur’an merupakan sebuah keharusan, akan tetapi menghafal Al Qur’an suatu hal
yang wajib dan lazim bagi seseorang yang ingin disebut sebagai seorang
‘Alim.” Diambil dari kitab : “ Kumpulan penjelasan keutamaan  Ilmu” (166/2).

Yang ketiga :

Adapun Atsar tentang Ibnu
Umar ; maka Imam Malik Rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya “Almuwattho’”
(479) bahwasannya riwayat tentang Ibnu Umar yang menghabiskan waktu selama
delapan tahun dalam mempelajari surat al Baqoroh, adalah riwayat  yang 
terputus  di awal sanadnya sehingga riwayat atau Atsar ini lemah (Dlo’if ).

Ada sebuah riwayat dari Ibnu
Umar Rodliyallahu anhu dengan sanad yang shahih  dan tersambung ;
bahwasannya beliau menghabiskan waktu selama empat tahun dalam mempelajari
surat Al Baqoroh, hal ini sebagaimana yang diriwayatkan  oleh Ibnu Sa’ad
dalam kitab “At Thobaqoot Al Kubro” (164/4), ia berkata :  Mengabarkan
kepada kami Abdullah bin Ja’far menceritakan kepada kami Abu Al Malih dari
Maimun “ Sesungguhnya Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqoroh dalam waktu
empat tahun”. Timbul sebuah pertanyaan ; Apakah kata Ta’allum (belajar)
dalam dua atsar diatas berartikan menghafal atau memahami dan mendalami ?
perkara ini memiliki dua kemungkinan, bisa jadi hidayah Sahabat itu tercurah
dan fokus untuk memahami dan mendalami, sebab ada sebuah riwayat ;  Abu
Abdur Rahman As Sulami berkata : “Diceritakan kepada kami bahwasannya mereka
yang mengajarkan Al Qur’an  kepada kami, mereka tidak akan melampaui sepuluh
ayat Al Qur’an sebelum mereka memahami dan mengetahui apa yang terkandung
didalamnya dari sisi ilmu dan amal”.

Azzarqoni Rohimahullah
berkata : “ yang demikian itu bukan berarti karena lambannya hafalan mereka
– Kita berlindung kepada Allah akan hal ini – akan tetapi mereka para
sahabat mempelajari fardlu–fardlu, hukum–hukum dan hal–hal yang berkaitan
dengan ayat–ayat tersebut, diriwayatkan bahwasannya  Nabi Shallallahu Alaihi
wasallam melarang menyegerakan dan mempercepat dalam menghafal Al Qur’an
tanpa memahaminya, dan bisa jadi  Ibnu Umar tatkala menghafal surat Al
Baqoroh beliau juga mencampur dan mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan
dengannya, yang demikian itu karena ada kehawatiran akan  kesalahan dalam
mentakwilkan Al  Qur’an, sebagaimana yang disampaikan oleh Al Baji dalam ;
“Syarh Azzarqoni limuwattho’ Malik (27/2).

Yang keempat :

Adapun tatacara yang paling
baik dalam menghafal Al Qur’an sangat banyak sekali, akan tetapi wajib bagi
anda mengetahui kadar kemampuan anda dalam menghafal, waktu luang anda, lalu
kapan anda akan memulai bekerja. Dan kami memberikan nasihat kepada anda
akan beberapa perkara :

1.Tidak
memperbanyak menghafal melebihi kapasitas kemampuan sehingga tidak timbul
kejenuhan dan senantiasa energik untuk menghafal pada hari-hari berikutnya.

2.
Bergabung dengan kumpulan Halaqoh penghafal  qur’an atau menghafal kepada
Syaikh; karena hal ini akan menjadikan berkesinambungan.

3.
Memahami ayat–ayat sebelum menghafal, hal ini akan memberikan motifasi
tersendiri bagimu dan akan lebih melekat dalam benak dan yang demikian
dengan mentelaah Tafsir Muyassar.

4.
Memberikan porsi muroja’ah hafalan yang lebih banyak dibanding waktu untuk
menghafal. Dari Abu Musa dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda : “Hendaklah kalian senantiasa menjaga hafalan kalian, maka demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya ; sesungguhnya Al Qur’an itu akan
lebih cepat hilangnya dari pada onta yang diikat pada tambatannya”. Hadits
riwayat Muslim (791).

5.Tidak
bergonta–ganti dalam menggunakan mushaf Al Qur’an, sehingga bentuk lembar
dan halamannya tergambar dalam benak dan ingatan.

6.
Memperbaiki tilawah beserta hafalan dihadapan Qori’ Al Qur’an.

7.
Banyak mendengarkan tilawah para Qori’ yang Tersohor.

8.
Mengamalkan dan melaksanakan apa yang  telah anda hafalkan dan hal ini
merupakan tujuan puncak keutamaan.

9.
Laksanakan Qiyamullail dengan menerapkan apa yang anda hafal dari Al Qur’an
atau anda memperdengarkan untuk diri anda sendiri pada saat shalat disiang
hari.

10.
Memperbanyak berdo’a dan senantiasa memohon Taufiq kepada Allah Subhanahu
WaTa’ala.

Lihat juga jawaban soal nomor
(7966).

Yang kelima :

Jawaban dari pertanyaan
apakah menghafal Al Qur’an terlebih dahulu, kemudian berpindah kepada
disiplin ilmu yang lain ataukah menggabung antara keduanya ?  Yang paling
utama dan lebih bagus adalah apabila anda mengerahkan segala kemampuan untuk
menghafal al Qur’an, dan jika anda telah selesai menghafalkannya lalu anda
berpindah ke disiplin ilmu yang lain, akan tetapi jika anda mendapati diri
sedang tidak semangat dan  malas maka segarkanlah dengan beralih kesebagian
ilmu-ilmu yang lain dengan tanpa berlebihan. Adalah Syaikh Muhammad bin
Ibrahim Alus Syaikh – Rohimahullah – apabila datang kepada beliau seorang
mahasiswa yang ingin menuntut ilmu, beliau bertanya kepadanya; apakah engkau
telah hafal al Qur’an ? dan bila mahasiswa ini menjawab tidak, beliaupun
memerintahkannya untuk menghafal al qur’an terlebih dahulu, dan pendapat
semacam ini telah disampaikan sebelumnya oleh Imam Ibnu Abdil Barr
–Rahimahullah- .

Yang keenam :

Adapun pertanyaan anda yang
terakhir ; maka sesungguhnya menghafal Al Qur’an lebih mudah dari pada
menghafal hadits nabawi karena telah dimudahkan dari sisi Allah Subhanahu
WaTa’ala, Allah berfirman :

“Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran? “ (Al Qomar:17)

akan tetapi anda mendapati
saat ini peluang–peluang dan dauroh–dauroh untuk menghafal hadits nabawi
lebih banyak dari pada menghafal al qur’an sehingga hal ini yang memberikan
semangat dan motifasi kepada anda untuk lebih giat menghafal hadits-hadits
nabawiyyah, tidak jadi masalah kecenderungan untuk menghafal hadits kemudian
setelah itu kembali lagi untuk menghafal Al Qur’an. Ada yang tidak
membenarkan dan merupakan sebuah aib bagi penuntut ilmu jika ia hafal 
Shohih Bukhori akan tetapi tidak hafal Al Qur’an, sungguh firman Allah lebih
utama untuk dihafal dan difahami karena merupakan asal sumber hukum.

Aku memohon kepada Allah agar
memberikan Taufiq dan keridhoannya kepada anda dan memberikan keberkahan
pada setiap waktu anda dan memudahkan anda dalam menghafal Al Qur’an dan
Assunnah serta mengamalkan keduanya.

Wallahu A’lam.

Refrensi

Soal Jawab Tentang Islam

answer

Tema-tema Terkait

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android