0 / 0

Bantahan Terhadap Argumentasi Gereja Tentang Keyakinan Bahwa Nabi Isa Adalah Anak Allah

Pertanyaan: 45470

Saya membaca argumentasi gereja yang berdalil ayat-ayat Al-Quranul Karim bahwa Isa adalah anak Allah. Dalil mereka adalah, bahwa saat Allah masih esa, Dia berfirman,

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا (سورة طـه:14)

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku.” (QS. Thaha: 14)

Dia menyatakan dalam bentuk mufrad (tunggal).
Akan tetapi, setelah Dia menciptakan Isa alaihissalam, metode sebagian ayat berubah menjadi bentuk jamak. Mereka memberi contoh misalnya ayat-ayat berikut;

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ (سورة الحجر: 9)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,.” (QS. Al-Hijr: 9)

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ (سورة ق: 43)

“Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan.” (QS. Qaaf: 43)
Mereka berkata, “Allah berbicara dalam bentuk jamak, yang dimaksud adalah; Allah, Isa alaihissalam, Ruhul Qudus)

Teks Jawaban

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Beragamnya bentuk kata ganti dalam Al-Quran tatkala Allah menerangkan tentang diri-Nya, kadang dalam bentuk mufrad (tunggal) kadang dalam bentuk jamak, semata untuk menunjukkan kemuliaan. Ha tersebut bukan dalil yang menunjukkan bahwa Isa alaihissalam adalah anak tuhan atau dia sendiri sebagai tuhan. Hal tersebut dapat dinilai dari beberapa perkara;

Pertama:

Beragamnya metode dalam Al-Quran tentang bentuk jamak dan mufrad (tunggal) sudah ada sejak sebelum Allah menciptakan hamba-Nya, Isa alaihissalam beserta ibunya Maryam ribuan tahun sebelumnya, atau ketika Dia menciptakan mereka berdua atau setelah menciptakan menciptakan mereka berdua. Tidak ada pengaruh adanya mereka berdua dalam gaya bahasa tersebut. Hal tersebut justeru memiliki tujuan lain yang akan dijelaskan berikut ini;

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ  . وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ  (سورة الحجر: 26-27)

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. . Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr: 26-27)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ (سورة الكهف: 50)

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?” (QS. Al-Kahfi: 50)

Dalam ayat ini gaya bahasanya sudah beragam sebelum diciptakannya Isa serta ibunya alaihimassalam.

Allah Ta’ala berfirman,

  إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدىً وَنُورٌ (سورة المائدة: 44)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (QS. Al-Maidah: 44)

Hingga firman-Nya

فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ* وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْس ِ (سورة المائدة: 44)

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa.” (QS. Al-Maidah: 44)

Hingga firman-Nya

وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الأِنْجِيلَ (سورة المائدة: 46)

“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 46)

Hingga firman-Nya

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ (سورة المائدة: 48)

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48)

Dia berfirman,

  إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ (سورة نوح: 1)

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya.” (QS. Nuh: 1)

Dan terkait dengan Nabi Ibrahim alaihissalam, dia berfirman,

فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلّاً جَعَلْنَا نَبِيّاً * وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيّاً  (سورة مريم: 49-50)

“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya’qub. dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (QS. Maryam: 49-50)

Dia juga berfirman terhadap hamba-Nya yang diajak bicara; Nabi Musa alaihissalam

وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيّاً * وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيّا  (سورة مريم: 52-53)

“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu Dia munajat (kepada Kami). Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, Yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang Nabi.” (QS. Maryam: 5-53)

Dia berfirman,

  إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ (سورة النساء: 163)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya.” (QS. Nuh: 163)

Dia berfirman,

  وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (سورة الأنبياء: 91)

“Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 91)

Dia berfirman,

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ   (سورة المائدة: 110)

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu.” (QS. Al-Maidah: 110)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan beragamnya (penggunaan kata ganti/dhamir) antara jamak dan mufrad dalam penciptaan Nabi Isa firman-Nya terhadapnya serta saat sebelum Dia diciptakan. Dengan demikian jelaslah bahwa gaya bahasa ini tidak mengalami perubahan setelah diciptakannya Isa alaihissalam sehingga dijadikan dalil bahwa dia adalah anak tuhan atau dia sendiri Tuhan. Justeru gaya bahasa tersebut berfungsi untuk perkara lain yang akan tampak dalam penjelasan point kedua berikut;

Kedua:

Siapa yang mengerti uslub (gaya bahasa) Arab dalam mengungkapkan sesuatu akan mengetahui bahwa dhamir (kata ganti) pertama seperti (أنا) atau (ت) untuk kata ganti pertama digunakan untuk mengungkapkan dirinya sendiri. Adapun dhamir (نحن) atau  (نا) digunakan untuk dua orang atau lebih. Tapi kadang-kadang digunakan oleh seorang yang agung atau orang yang mengaku agung dan ingin mengisyaratkan keagungannya. Susunan kalimat, kandungan pembicaraan dan berbagai kaitan yang terdapat di sekitar pembicaraan adalah perkara yang dapat mengantarkan seorang pembaca kepada makna yang dimaksud atau membantunya memamhami makna yang dimaksud. Orang yang menentang hal tersebut, boleh jadi dia adalah orang bodoh yang buta terhadap informasi, atau bisa jadi dia penentang yang hendak mencampuradukkan dan merubah kalimat dari makna sebenarnya sekedar mengikuti hawa nafsunya. 

Namun Allah akan menjelaskan yang haq dengan kalimat-kalimat-Nya walaupun orang-orang pendosa tidak menyukainya. Hal tersebut akan tampak dalam point ketiga berikut;

Ketiga:

Sesungguhnya Al-Quran merupakan kitab yang ayat-ayatnya telah jelas dan diperjelas oleh Yang Maha Menetapkan dan Maha Mengetahui. Tidak ada kebatilan padanya, baik dari depan maupun dari belakang, dia diturunkan dari Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji. Sebagian ayat menafsirkan sebagian lainnya, yang satu membenarkan yang lainnya.

Allah Ta’ala berfirman,

 ( وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا * لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا * تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا *أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا * وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا * إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (سورة مريم: 88-93)

“dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh. karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (QS. Maryam: 88-93)

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (سورة الإخلاص: 1-4)

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash: 1-4)

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (سورة آل عمران: 59)

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” (QS. Ali-Imran: 59)

Maka, diwajibkan bagi orang yang beriman kepada seluruh ayat, untuk menggabungkan ayat-ayat tersebut. Dan diharuskan bagi siapa saja yang hendak menjadikan teks-teks tersebut untuk bersikap obyektif terhadap dirinya, jangan hanya menjadikan sebagian ayat sebagai dalil dan mengabaikan sebagian ayat lainnya serta jangan mencampuradukkan antara yang haq dengan yang batil, sehingga satu sama lain saling berbenturan karena kezaliman dan permusuhan sekedar untuk mempropagandakan kebatilan, sebagaimana dilakukan para pendahulu mereka dari kalangan Yahudi terhadap Kitab Taurat. Maka Allah bantah sikap mereka dalam firman-Nya,

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ  (سورة البقرة: 85)

“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. ” (QS. Al-Baqarah: 85)

Karena itu, wajib bagi orang yang berdalil dengan Al-Quran dan Sunah atau dihadapkan oleh orang yang berdalil dengannya untuk menolak keyakinan Isa sebagai anak Tuhan atau sebagai Tuhan selain Allah. Dia harus menetapkan keesaan Allah Ta’ala sebagaimana telah disebutkan dalam berbagai ayat. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ * لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ  (سورة المائدة: 72-73)

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, Padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.  Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga.” (QS. Al-Maidah: 72-73)

Ayat-ayat serupa ini banyak terdapat dalam Al-Quran. Jika tidak, hendaknya mereka berhenti bermain-main agar kebohongannya tidak terbongkar serta menjadi bahan tertawaan seperti sebuah ungkapan, “Ini bukan urusanmu, pergilah.”.

Refrensi

(Fatawa Al-Lajnah Daimah, 3/216)

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android