Saya bepergian setiap hari sejauh kira-kira 122 Km untuk bekerja. Akan tetapi disela-sela Ramadan, saya tinggal di kota dimana saya bekerja. Hal itu dari hari senen sampai Jum’at. Saya tidak menemui keluarga sepanjang pekan. Apakah saya dibolehkan berpuasa di tengah perjalanan, karena perjalanan tidak meletihkan di tengah hari-hari ini. Apakah puasaku sah? Kalau saya mengambil cuti kerja pada sepuluh malam akhir Ramadan, apakah (lebih bagus) saya beri’tikaf di kota yang sama atau beri’tikaf bersama keluargaku dimana saya belum banyak menghabiskan waktu bersama mereka? Begitu juga untuk membatu istriku dalam pekerjaan rumah karena dia sangat lelah sekali dan tidak memungkinkan melakukan banyak ibadah. Apakah yang terbaik bagiku beri’tikaf atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan beribadah bersama-sama?
Apakah I’tikaf Pada Sepuluh Malam Akhir Sendiri Atau Pulang Ke Tengah Keluarga Dan Beribadah Bersama Mereka?
Pertanyaan: 65956
Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.
Pertama,
Orang musafir dibolehkan berbuka di bulan Ramadan. Berdasarkan Firman Allah Ta’ala:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ (سورة البقرة: 185)
“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Tidak ada perbedaan antara safar yang meletihkan atau mudah. Apakah yang terbaik baginya berpuasa atau berbuka? Jawabannya adalah yang lebih utama dia berpuasa. Kecuali dalam kondisi kepayahan, maka yang lebih utama adalah berbuka. Anda dapatkan perincian dari jawaban ini di soal no. 65629 dam 20156.
Kedua,
Yang lebih utama bagi saudaraku adalah pulang ke keluarga anda dan tinggal diantara mereka untuk membantu istri anda dalam mengurus rumah. Dan membantu mereka dalam melakukan ketaatan dan menyibukkan pada sepuluh malam akhir. Keberadaan anda di antara keluarga anda dan anjuran kepada mereka agar berada dalam ketaatan dan ibadah itu lebih baik daripada i’tikaf anda sendirian disertai halangan mereka dari (ibadah) disebabkan jauhnya anda. Aisyah radhiallahu anha mengabarkan kondisi Nabi sallallahu alaihi wa sallam pada sepuluh malam akhir. Di antaranya ‘Membangunkan istrinya’ maksudnya adalah membangunkan mereka untuk ketaatan, ibadah, shalat dan doa. Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah beri’tikaf dan meninggalkan keluarganya tanpa ada perhatian dan bimbingan. Terdapat riwayat bahwa Shofiyah radhiallahu anha mengunjunginya saat beliau sedang beri’tikaf. Juga terdapat riwayat bahwa istri-istri beliau beri’tikaf bersama beliau.
I’tikaf adalah ibadah khusus yang tidak berdampak kepada orang lain (aktif). Sementara keberadaan anda bersama keluarga anda dan ajakan anda kepada mereka untuk melakukan ibadah dan berinteraksi yang baik dengan mereka termasuk amalan yang manfaatnya berdampak kepada orang lain selain anda, tanpa menghalangi pahala ketaatan mereka dan tidak menghalangi diri anda untuk beribadah. Karena memungkinkan bagi anda menemani keluarga anda melakukan qiyamul lail di salah satu masjid. Memungkinkan bagi anda membangunkannya di akhir malam untuk berdoa dan membaca Al-Qur’an. Ini adalah suatu kebaikan yang melebar kepada anda dan ke keluarga anda. Maka kami nasehatkan agar anda pulang ke keluarga dan tinggal diantara mereka pada sepuluh malam akhir. Serta menganjurkan kepada mereka untuk ketaatan dan ibadah. Dan memungkinkan bagi anda apabila telah melihat kondisi keluarga telah stabil dengan ketaatan, untuk beri’tikaf pada beberapa malam di masjid sekitar. Sehingga dapat terkumpul diantara macam-macam ketaatan. Dan mengalirkan kebaikan yang banyak insyaallah. Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memberi taufik kepada anda sesuai apa yang dicintai dan diridhai. Dan semoga Allah menerima (amalan) anda dan keluarga anda.
Wallahua’lam .
Refrensi:
Soal Jawab Tentang Islam
Tema-tema Terkait